Aib itu di simpan
Bukan di umbar.***
"Iya ini saya lagi siap-siap."
Ameera melirik Arya yang sedang berjalan menuruni anak tangga dengan rusuh, ponselnya terselip di antara telinga dan pundaknya. Saat matanya menyusuri penampilan suaminya yang urakan, dia geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
Ameera berjalan mendekati Arya, tangannya meraih kancing kemeja Arya lalu membukanya satu-satu. Hal itu membuat Arya yang sedang bicara di telpon langsung berujar geram, "Kamu ngapain, sih!"
"Kamu make kancingnya jigjag, Mas. Biar aku yang benerin."
Kepala Arya menunduk melihat kancingnya yang terpasang tidak benar, lalu membiarkan Ameera yang sedang membenarkan kancing kemejanya. Sementara dia melanjutkan pembicarannya lagi.
"Itu Bu Talita ya, Pak? Kok suaranya beda?"
Sial!
Arya bisa merasakan kepala Ameera mendongak menatapnya, hanya sebentar. Sebelum akhirnya gadis itu kembali melanjutkan membenarkan kancing kemejanya.
"Dua puluh menit lagi saya sampai."
"Baik, Pak."
Tut
Sambungan di putus olehnya. Bertepatan dengan itu juga Ameera sudah selesai, gadis itu seperti biasa menawarinya sarapan pagi. Tapi lagi-lagi dia menolak, dia harus cepat-cepat pergi agar Ameera tidak banyak bertanya soal Talita.
Setelah Arya pergi dari rumah, Ameera menyiapkan bekal untuknya makan siang di Toko. Dia masak banyak hari ini, rencananya ingin mampir ke kontrakannya Ibu Winka, Ibu-Ibu yang dia tolong tadi malam. Ameera menata setiap undakan rantangnya dengan rapih.
Setelah semuanya siap, Ameera langsung bergegas keluar rumah saat suara klakson mobil grab sudah ada di depan rumahnya. Mobil pun melaju dengan kecepatan rendah menuju kontrakan Ibu Winka.
***
"Assalamu'alaikum."
"Waalikumcalam." Jawab suara yang lucu berasal dari dalam, Ameera masuk ke dalam rumah dengan membawa rantang dan juga dua buah tote bag.
"Halo Syila." Sapa Ameera riang pada gadis mungil yang sedang duduk di karpet bulu berhadapan dengan Televisi.
"Halo, Onti."
"Aduh lucunya, siapa yang ngajarin Syila nyebut Kakak dengan sebutan Onti?"
"Abang."
"Oh Abang, mana Abang sekarang?"
"Di dapul, cali makanan."
Ameera sampai lupa, dia berjalan menuju dapur saat mendengar suara benda yang jatuh. Ternyata itu suara rantang yang jatuh dari raknya, terlihat Putra dan Ibu Winka sedang mencari sesuatu.
"Ibu cari apa?"
"Eh Nak Ameera, Ibu lagi nyari sisa bahan makanan. Tapi gak ada."
"Astaghfirullah, Ibu maaf ya Ameera lama kesininya. Tadi abis ngurus Mas Arya dulu, ini Ameera bawa makanan. Ayok kita sarapan sama-sama, kebetulan Ameera juga belum makan."
"Lagi-lagi kamu bantu Ibu, Nak."
Ameera tersenyum, dia merangkul bahu Ibu Winka dengan lembut, "Ibu jangan bilang kayak gitu lagi, ya. Anggap aja Ameera ini anak terbesar Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
BeletrieAmeera Az-Zahra, demi tujuan yang baik dia mau membantu suaminya untuk bersatu dengan wanita yang di cintainya. Kuat? Tentu tidak. Siapa yang bisa kuat melihat suaminya mencintai wanita lain? Namun dengan hati yang ikhlas Ameera berusaha untuk mene...