15. FW : Perdebatan Kecil Di Meja Makan

976 83 10
                                    

Di hatinya hanya ada satu nama,
hanya ada satu wanita dan hanya
ada satu orang. Tentunya wanita
itu bukanlah dia.

~ Forced Wedding ~

Arya membuka pintu utama dengan pelan, semua lampu sudah menyala. Itu berarti Ameera sudah ada di rumah, matanya melirik ke arah pintu kamar Ameera. Menimang-nimang apakah dia harus menjelaskan kejadian siang tadi atau tidak? Tapi... untuk apa?

Arya menggeleng, lagi-lagi dia tidak mengerti mengapa dirinya bisa seperti ini? Dengan tekad yang bulat, kakinya melangkah menuju tangga. Tidak perlu menjelaskan apapun kepada Ameera, itu tidak penting untuk hubungan mereka.

Lagipula, Ameera juga mendukung hubungannya dengan Talita. Lalu untuk apa lagi dia repot-repot menjelaskannya? Biarlah ini berjalan seperti semestinya.

Belum sempat Arya menginjak tangga pertama, telinganya mendengar suara pintu di buka. Sosok Ameera keluar dengan pakaian piyamanya, kepala wanita itu di balut dengan hijab bergo sebatas dada.

Tanpa di sangka-sangka, Ameera justru berjalan mendekatinya. Menyalimi tangannya seperti biasanya, seolah tidak terjadi apa-apa. Dia kira Ameera akan mendiaminya sama seperti waktu itu, saat hubungannya dengan Talita di ketahui oleh wanita itu. Tapi ternyata dugaannya kali ini salah, Ameera justru terlihat sama seperti biasanya.

"Kamu udah makan?" Tanya Ameera lembut.

Untuk beberapa saat Arya terdiam, tapi dua detik berikutnya dia tersadar. Mengangguk sebagai jawabannya, Ameera juga turut mengangguk kecil.

"Ya udah, kamu mandi, ya."

Arya mengangguk, "Iya, saya ke atas dulu."

Ameera hanya diam menanggapinya, setelah Arya masuk ke dalam kamarnya. Ameera melanjutkan langkahnya menuju dapur, niatnya keluar kamar karena dia ingin minum. Tapi dia tidak menyangka akan berpapasan dengan suaminya. Karena tidak ada pilihan lain, jadi dia menyalimi tangan Arya. Ingin terlihat baik-baik saja.

Pintu kulkas terbuka, hawa dingin langsung menyeruak menembus kulitnya. Terasa begitu segar karena Ameera merasa gerah malam ini, tangannya mengambil botol minum yang di isi oleh air putih. Ameera menuangkannya ke dalam gelas, lalu meneguknya setelah mengambil duduk di kursi dekat dengan meja pantry.

Suara deringan telpon membuat Ameera menolehkan kepalanya ke arah meja, sahabatnya menelponnya. Ameera menggeser icon hijau lalu menempelkan ponselnya ke daun telinga.

"Assalamu'alaikum, Ria."

"Wa'alaikumussalam, tadi lo kemana gak dateng ke Toko? Mana telpon gue baru di angkat daritadi."

"Aku berasa di telpon sama suami, deh. Kamu posesif banget sih Riaaa."

"Gak usah ngalihin pembicaraan deh, lo kemana tadi?"

Ameera terdiam untuk beberapa saat, "Aku di rumah, lagi kurang enak badan jadi aku mutusin buat istirahat aja."

"Beneran?"

"Iya, Mariaaaa."

"Oke, gue nelpon lo bukan cuma itu. Besok kita ada jadwal lunch bareng sama seseorang. Jam sepuluh gue jemput."

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang