Jika saja kamu menyadarinya. Menghabiskan hari-harimu bersamanya
membuat hatimu tumbuh dengan
sendiririmya.~ Forced Wedding ~
***
Melalui pintu gerbang masuk, Ameera Arya dan ketiga anak itu masuk ke dalam Wisata Kebun Binatang. Dari sini saja mereka sudah mendengar suara ricuh dari berbagai macam-macam hewan. Putra dan Lily tampak antusias begitu mereka melewati monyet. Si kecil Syila juga sama, meski beberapa kali dia bersembunyi di leher Arya karena merasa takut dengan hewan bernama monyet itu.
Mereka menjelajah tempat ini lebih dalam, semakin dalam mereka masuk ke sana semakin banyak juga hewan-hewan yang besar. Putra dan Lily berlari ketika melihat seekor gajah sedang di beri makan oleh petugas di sini, Ameera tersenyum melihatnya. Tapi dengan cepat dia menyusul karena takut mereka hilang di kerumunan yang cukup padat ini.
"Permisi, Pak. Apa Putra juga boleh ngasih makan gajah?"
"Oh boleh-boleh, Dek." Bapak tersebut memberikan segenggam daun liar kepada Putra. Putra menerimanya dengan antusias, tangannya terulur lalu memasukkan daun liar tersebut ke dalam lubang jaring.
"Kakak, apa Lily boleh ikutan?" Tanya adiknya lucu sambil mendongak sedikit.
"Boleh kalo kamu gak takut. Sini biar Kakak bantu aja, ya." Tawar Putra dengan baik, dia menuntun tangan Lily untuk kembali memberi makan gajah.
Ameera mengusap kepala Putra dengan lembut, "Putra, Lily. Kita jalan lagi yuk, nanti di dalem masih banyak berbagai macam binatang lagi."
"Ayo Kak!"
"Tapi inget, jangan lari-lari kayak tadi lagi, ya. Kalian berdua harus bareng sama Kakak. Coba apa pesan Ibu tadi di rumah?"
"Gak boleh nakal. Kalo kita nakal, Kakak harus jewer telinga kita." Ujarnya mengulang pesan dari Ibunya.
"Pinter, jadi gak boleh jauh-jauh dari Kakak, ya."
"Iya Kak, Putra sama Lily minta maaf." Kepala Putra menunduk dalam, begitu juga dengan Lily.
"Iya Kakak maafin. Ya udah yuk." Ameera meraih tangan Putra dan Lily. Putra berada di sebelah kanannya, sementara Lily berada di sebelah kirinya.
Mereka kembali berjalan, melewati keranjang ular, singa, buaya dan juga harimau. Putra dan Lily bergidik ngeri melihat hewan yang mereka ketahui hewan buas itu, bahkan tidak ada yang menghampiri hewan tersebut, mungkin karena takut. Sama seperti mereka juga, memilih untuk terus melewati sampai akhirnya mereka melihat seekor jerapah.
"Kak, ayok kesana. Aku mau liat jerapah yang lehernya panjaaaaang banget." Putra mengajaknya dengan antusias, Ameera membawa mereka ke sana. Di ikuti Arya di belakangnya, jika di lihat-lihat. Dia hanya diam saja, tidak tahu juga harus apa.
Arya melihat wajah lugu di dalam gendongannya ini, "Syila, mau naik jerapah gak?"
Kepala anak kecil itu menggeleng cepat, "Cila takut, Om. Badan Cila kan kecil. Kalo jelapah itu besal, nanti Cila jatoh." Tolak Syila dengan gaya bicaranya yang cadel.
"Kalo gitu kita pergi dari sini aja, ya. Kita cari tempat duduk. Syila mau? Nanti Om beliin Syila eskrim."
"Mau Om!"
Arya tersenyum, dia mendekat ke arah Ameera untuk memberitahu supaya wanita itu tidak pusing mencarinya. Niat hati ingin berbisik, dia justru mendapat reaksi terkejut dari istrinya.
"Astaghfirullah, Mas. Aku kira siapa, ngapain sih deket-deket leher aku?"
Arya nyengir, "Maaf bikin kamu kaget. Saya sama Syila nyari tempat duduk, ya. Nanti kamu nyusul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
Fiksi UmumAmeera Az-Zahra, demi tujuan yang baik dia mau membantu suaminya untuk bersatu dengan wanita yang di cintainya. Kuat? Tentu tidak. Siapa yang bisa kuat melihat suaminya mencintai wanita lain? Namun dengan hati yang ikhlas Ameera berusaha untuk mene...