Part 6 • Teman baru (2)

17 3 1
                                    

- • Happy Reading • -

Dengan membawa plastik merah besar di tangannya, gadis itu berlari sekuat tenaga keluar dari gang rumahnya. Angkutan umum di depan sana sudah menunggu, dia harus segera sampai agar bisa naik ke dalam kendaraan yang akan mengantarnya ke sekolah itu.

"PAK!, TUNGGU!" teriaknya saat kendaraan roda empat itu tiba-tiba melaju.

Kaki kecilnya dia hentak kesal, "Akh!, gimana ini?!" kepalanya menggeleng kuat melampiaskan kekesalannya tak peduli dengan rambut yang dia cepol asal itu semakin berantakan.

Isha memutuskan untuk berlari sembari mencari angkot yang akan berbaik hati memberinya tumpangan.

Kring kring!

"Awas woe!" teriak seseorang.

Isha berhenti namun pasir di jalan membuat sepatunya licin, "Akh!" pekik gadis itu saat tubuhnya jatuh di jalan.

Laki-laki itu turun dari sepeda nya lalu membantu si gadis berdiri, "Gak apa-apa, kan?" tanyanya sambil membersihkan pasir dari lengan sampai siku si empu.

"Iya" jawab Isha, tanpa sengaja ia melihat logo sekolah yang tertera di lengan kanan seragam orang yang hampir menabrak nya ini, "Dari SMA Nenggala juga?" tanya Isha antusias.

"Iy--"

Dengan penuh harap Isha menepuk pundak pemuda itu, "Gue minta tolong banget, kita harus berangkat bareng" pintanya.

"Ayo" laki-laki itu mengiyakan, dia bersama gadis yang seperti pernah dia lihat ini pergi ke sekolah bersama.

Mengayuh sepeda warna biru punya Ibunya di jalanan ramai bukan hal yang mudah, terlebih menahan diri untuk tidak lewat trotoar yang bebas hambatan.

"Ini sepeda punya siapa?" tanya Isha sedikit berteriak karena khawatir orang di depannya tidak mendengar karena kondisi jalanan yang bising.

"Bunda" jawab laki-laki itu.

"Emang boleh di bawa?" tanyanya lagi.

"Boleh, asal yang duduk di belakang ini mau jadi mantu nya".

Matanya Isha melebar lantas mencubit pinggang pemuda yang asal bicara itu membuat si empu meringis dan mengaduh.

"Kita gak kenal, ya!, gak usah sok akrab" ujar Isha. Yang di ajak bicara tidak peduli, dia sibuk mengusap tempat bekas cubitan dari Isha yang masih terasa perih.

Tak ada lagi obrolan diantara mereka, hanya ada Isha yang terus berteriak kesal meminta pemuda di depannya untuk lebih cepat mengayuh. Sampai di parkir sekolah, Isha turun begitu saja dari boncengan lalu berlari meninggalkan laki-laki itu.

"MAKASIH, YA!" teriaknya sembari berlari menjauh. Laki-laki itu menunduk menyembunyikan senyumnya.

Tanpa mereka tahu, orang yang selalu Isha ganggu ada di sana, duduk di atas motornya yang belum lama terparkir. Tatapan biasa itu seolah memiliki arti lain bagi orang yang berpikir bahwa ada sesuatu diantara Divan dan gadis kelas 10 itu.

Divan mengangkat bahunya tak acuh, itu bukan urusannya dan dia tidak pernah mencampuri urusan orang lain. Laki-laki tinggi itu meninggalkan area parkir, berjalan menuju kelasnya karena sekitar 5 menit lagi bel masuk berbunyi.

Di tempat lain, Isha masih berlari melewati lorong kelasnya membuat Thania yang hendak ke luar kelas menghentikan langkahnya karena terkejut.

Gadis itu mengusap dadanya lalu menoleh melihat orang yang hampir menabraknya tadi.

Ketos, I Love You! | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang