- • Happy Reading • -
Setelah apel pagi berjalan dengan lancar, kini guru-guru sedang mengadakan rapat, begitu juga dengan para anggota OSIS.
Jamkos, salah satu jam sekolah paling asik. Di kelas Isha sendiri tengah ada konser dadakan, jumlah laki-laki yang tidak banyak membuat mereka hanya bernyanyi kecil namun saat geng Selvia bergabung, kelas mulai ramai.
Isha melihat Thania yang tertidur dengan lipatan lengan sebagai bantalnya, ia jadi bosan melihat Thania tidak bersemangat seperti dirinya.
Seperti biasa, Isha akan melihat ke luar jendela. Taman belakang sekolah yang sepi menjadi pemandangan indah untuknya.
Ia goyangkan lengan Thania mengganggu si empu yang sedang tertidur, "Apa sih, Sha?" tanya Thania setelah menegakkan badannya.
"Ke taman belakang yuk!" ajak Isha, jarinya menunjukkan pemandangan di luar jendela, "Tuh, sepi".
Thania menggeleng, "Mending kita belajar di perpus aja, ajak Selvia juga"
"Olimpiade nya masih lama, OSIS aja baru rapat kok" rengek Isha menjatuhkan kepalanya di meja tanda malas.
Thania berdecak, "Oh ya, gimana sekarang udah gak di rumah sendiri lagi?" tanya gadis itu.
"Seneng" jawab Isha seadanya. "Kayak terpaksa gitu seneng nya" ujar Thania.
"Terus gue harus apa?, kayang?".
"Ya gak gitu juga, Isha!" Thania yang kesal lantas mencubit gemas lengan atas sahabatnya itu membuat si empu meringis.
"Sakit!" adu nya, "Jadi lo sekarang gak bisa main lagi ke rumah gue dong" ujarnya sedih sambil mengusap lengannya yang perih.
"Maaf" ucap Thania memasang wajah sedih nya, "Tapi kita bisa bareng terus di sekolah".
"Gue jadi inget berita kemarin, Kak Divan gimana ya?".
Suara pintu yang terbuka pelan menimbulkan suara horor membuat perhatian semua orang di dalam kelas teralihkan. Seorang yang baru saja Isha bicarakan datang ke kelasnya, auranya kelam menatap tajam pada pojok ruangan dimana orang yang ia cari duduk di sana.
Selvia menghampiri Divan yang ada di ambang pintu, melambaikan tangan menyapa, "Hai, Kak!, cari siapa ya?".
"Ishana Anandhini".
Semua mata langsung tertuju pada Isha yang tak tahu apa-apa, dia berkedip beberapa kali mengembalikan kesadarannya dan melihat sekeliling seolah hendak bertanya tentang apa yang terjadi.
Thania menyenggol lengan Isha kemudian menunjuk ke arah Divan dengan dagunya, mengisyaratkan pada Isha untuk segera menghampiri pemuda itu.
Isha berdiri kemudian berjalan mendekati Divan. Belum juga Isha menghentikan langkahnya, Divan menarik lengan Isha sampai gadis itu tersandung dan jatuh, tak peduli dengan itu Divan meneruskan langkahnya membuat Isha sedikit terseret.
Gadis itu meringis sakit pada kaki dan lengannya, bekas cubitan Thania tadi masih nyeri di tambah cengkraman tangan Divan seolah ingin mematahkan lengannya.
Hal itu tak luput dari perhatian seluruh siswa kelas 10 MIPA, termasuk Andra yang sedang membuang sampah dan sudah pasti berada di luar kelas, melihat dengan kedua matanya sendiri Isha di bawa oleh Divan entah kemana.
Dengan langkah lebar ia mengikuti Divan dan Isha sampai ke taman belakang sekolah melewati celah sempit diantara dinding dan kamar mandi siswa putri yang juga pernah Isha lalui.
Tak ada satupun yang menjadikan masalah Divan dan Isha sebagai tontonan, hanya Andra yang berdiri jauh dari dua orang itu.
"Kamu bilang ke mereka semua, kalau berita kemarin itu bohong" tekan Divan memberi perintah yang tak bisa di bantah pada Isha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos, I Love You! | SELESAI
Ficção AdolescenteKata orang, cinta pandang pertama itu gak ada! Tapi Ishana Anandhini gak percaya. Gadis itu gencar mendekati laki-laki pemilik mata hitam teduh yang dia temui saat hari pertama sekolah, sangat berbeda dengan Rizky Divan Ardiansyah yang malah merasa...