- • Happy Reading • -
Anak jurnalis diam-diam memotret tanpa lampu blitz agar tidak terlihat mencurigakan padahal kamera jelas menggantung di leher mereka.
Semuanya terdiam kemudian berbisik membuat suasana terasa sangat canggung, mereka menunggu jawaban Aida dengan seksama.
Kerumunan itu membuat penasaran seorang gadis yang baru datang dengan nafas terengah-engah, perasannya mengatakan bahwa Divan ada di sana.
Tak lama kerumunan memunculkan suara tepuk tangan dan sorakan semangat untuk Divan, Isha yang mendengar lantas kembali berlari walau kakinya terasa lemas dan berat.
Isha menerobos kerumunan, senyumnya terus mengembang tak sabar melihat apa yang terjadi dengan Divan di dalam sana.
"Kak Div--".
Hampir Isha berteriak namun seketika suaranya tercekat di tenggorokan.
Tubuhnya membeku, perlahan senyumnya hilang saat kedua matanya menatap dengan jelas Divan yang ada di depannya tengah memeluk Aida erat.
Semua orang yang bertepuk tangan semakin membuat Isha bingung, ia mencoba mencari seseorang yang bisa dia tanya tentang semua ini.
Isha menutup telinga nya mencegah suara-suara masuk kemudian berlari menjauh. Dia berlari ke kelasnya yang sepi dan duduk di bangkunya, kepalanya terus menggeleng sembari bergumam, "Enggak, gak mungkin!".
Setiap kali bayangan Divan dan Aida yang dia lihat tadi melewati pikirannya, mata Isha langsung terpejam kuat.
Isha tidak bisa menahannya lagi, ia menyembunyikan wajahnya di lipatan lengan kemudian menangis.
Seseorang mengintip dari ambang pintu, dengan langkah pasti dia mendekati gadis itu lalu duduk di sampingnya. Meletakkan kamera di meja tanpa menimbulkan suara yang sekiranya bisa mengganggu si empu, namun tak di sangka Isha menoleh.
Andra tersenyum canggung sambil melambai kaku, Isha kembali menyembunyikan wajahnya tanpa berminat memberi sapaan balik untuk pemuda itu.
"Isha" panggil Andra pelan, "Kata Thania lo ijin, kok ke sekolah?".
Isha menegakkan tubuhnya membelakangi Andra untuk mengusap air matanya, "Lo ngapain kesini?" tanya Isha dengan sedikit segukan.
"Gue mau jelasin yang lo liat tadi".
"Gak usah, mereka semua suka suka hubungan Kak Divan sama Aida kok" ucap Isha, "G-gue juga".
"Berita Kak Divan sama Aida bakal ada di mading siswa besok, lo liat aja biar gak salah paham" sahut Andra.
Keduanya terdiam, sama-sama tak tahu apa lagi yang mau mereka bicarakan. Isha menundukkan kepalanya, "Lo kenapa sih, Ndra?".
Andra mendengarkan. "Kenapa lo jadi sedeket ini sama gue?, kenapa lo jadi kayak gini ke gue?" tanya Isha.
Pemuda itu terdiam, belum saatnya menceritakan semuanya kepada Isha. Dia tidak mau Isha membencinya saat gadis itu tahu lebih awal, yang hanya bisa Andra lakukan saat ini adalah menciptakan banyak momen bersama Isha.
"Kalau Thania lagi gak sama lo, gue pengen jadi tempat lo bersandar" jawab Andra seadanya karena dia tak terpikirkan apapun.
Tak ada sahutan dari Isha, gadis itu memutar tubuhnya tak lagi membelakangi Andra, "Makasih" ucapnya.
Andra merapikan helaian rambut Isha yang berantakan, "Tadi lo naik apa ke sini?".
"Lari" jawab Isha, "Nanti anter gue pulang ya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos, I Love You! | SELESAI
Teen FictionKata orang, cinta pandang pertama itu gak ada! Tapi Ishana Anandhini gak percaya. Gadis itu gencar mendekati laki-laki pemilik mata hitam teduh yang dia temui saat hari pertama sekolah, sangat berbeda dengan Rizky Divan Ardiansyah yang malah merasa...