- • Happy Reading • -
Kakinya berjalan santai membawa selembar uang dalam genggamannya menuju warung terdekat.
"Bu!, beli!" seru Isha sambil mengintip pintu rumah si pemilik warung yang terbuka.
"Beli apa, Neng?" wanita paruh baya keluar dari rumah bersama anak laki-laki nya yang sedang cemberut.
"Kenapa tuh, Bu?" tanya Isha melirik bocah yang juga meliriknya.
"Diajak temennya main bola, malem-malem gini kok main bola" jawab sang Ibu, "Belajar sana!".
Dengan langkah kesal anak laki-laki itu kembali masuk ke dalam rumah. "Mau beli apa, Neng?" tanya Ibu berubah lembut setelah menyentak anaknya.
"Es batu nya 2, sama kopi hitem nya 4 aja" ucap Isha, sambil menunggu dia melihat berbagai jajanan yang ada di depannya.
"Di rumah lagi ada tamu ya?" tanya Ibu warung. "Iya, Bu" jawab Isha sambil menerima plastik merah ukuran sedang, "Ini uangnya, pas?".
"Pas, Neng, terima kasih". Isha melambai singkat kemudian pergi, kembali ke rumah lewat samping dan langsung ke dapur.
"Gini ini gimana, Sha?, masa tamunya di kasih gula yang kamu jatuhin tadi?" ujar Sania saat menyadari anaknya baru saja masuk ke dalam rumah.
"Isha gak sengaja" ucap Isha, ingin rasanya membantah namun dia tak kuasa dan itu hanya bersarang dalam kepalanya saja.
"Ya udah balik ke kamar, belajar" ujar Sania. Isha langsung berjalan cepat menuju kamarnya, hal itu menarik perhatian Sania dan membuatnya kembali berujar.
"Jangan ngambek, Isha!". Langkah Isha berhenti di depan pintu, "Gak usah marah gitu, gak akan merubah keadaan juga" lanjut sang Ibu.
Isha menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya, "Iya, Bu, maaf" ucapnya, "Isha gak marah kok".
Setelahnya Isha masuk ke dalam kamar, duduk di depan meja belajarnya seperti biasa untuk mengerjakan PR.
Besok adalah pengumpulan tugas mata pelajaran Sejarah, dia bolak-balik halaman buku paket untuk mencari jawaban pada soal, cukup mudah.
Isha santai mengerjakannya, sesekali sambil memakan makaroni rasa pedas manis yang dia beli di kantin sekolah.
Mengingat tentang kantin, Isha akan kembali menjual roti susunya. Setelah pulang sekolah, dia akan ke rumah Thania untuk membuat roti susu itu lalu akan dibawa ke sekolah oleh Thania esok harinya.
Senyuman Divan memang membuatnya kembali bersemangat. Isha seolah lupa dengan kata-kata yang sering menyakiti hatinya, hanya karena sebuah senyuman kecil dari orang yang dia suka.
Ketukan pintu terdengar, Sania meminta Isha untuk ke luar dan menyalami tamu yang akan pulang.
"Tadi temen ku cerita, anaknya latihan badminton terus dari pagi sampe sore, pengen jadi atlet katanya" ujar Hardi setelah teman-temannya pergi, Sania hanya mendengarkan dengan seksama.
"Ada juga yang mau ujian sabuk taekwondo, hebat lah pokoknya" lanjut pria paruh baya itu kemudian melirik anaknya yang sedaritadi diam.
"Selain Thania, anak temen-temen Ayah juga berbakat, anggap mereka kayak sebuah motivasi buat kamu".
Isha mengangguk kecil, "Isha lanjut belajar di kamar".
"Halah!" Hardi mengibaskan tangannya, "Ya udah sana, belajar terus sampe ada perubahan kalau bisa".
Gadis itu berlari kecil kembali ke kamarnya, menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Tangannya mengepal menahan hasrat untuk berteriak, ia hanya bisa mengatur nafasnya yang memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos, I Love You! | SELESAI
Novela JuvenilKata orang, cinta pandang pertama itu gak ada! Tapi Ishana Anandhini gak percaya. Gadis itu gencar mendekati laki-laki pemilik mata hitam teduh yang dia temui saat hari pertama sekolah, sangat berbeda dengan Rizky Divan Ardiansyah yang malah merasa...