Part 4 • Roti susu

18 3 1
                                    

- • Happy Reading • -

"Nama, Ishana Anandhini" tangannya bergerak menulis di atas kertas sambil bergumam, mata Isha berkedip beberapa kali lalu melihat ke arah Thania yang tengkurap di lantai kamarnya.

Isha turun dari kasur tanpa ranjang itu lalu berguling sampai berbaring di samping Thania, "Ikut ekskul apa, Than?" tanya Isha.

"Bentar, masih mikir" jawab gadis yang sedang mengisi titik-titik panjang di kertas putih itu.

"Than, besok MOS hari terakhir tau" ucap Isha, dia sedikit mengangkat kepalanya lalu bergabung di bantal Thania membuat si empu menggeser sikunya.

"Iya, tau" balas Thania.

Isha diam sejenak menatap langit-langit kamarnya, "Lo udah pilih mau masuk ekskul apa?" tanyanya lagi.

Kini posisinya berubah menjadi tengkurap melihat formulir yang sudah Thania isi, "PMR?" Isha menoleh menatap sahabatnya penuh tanya, "Beneran?".

Thania mengangguk sebagai jawaban, dia berguling sampai naik ke kasur lalu melihat formulir milik Isha, alisnya menukik lalu melemparkan kertas itu pada pemiliknya.

"Gue lanjut nanti malem aja deh" Isha bangkit membawa kertas putih itu ke meja belajar, menyelipkan nya di antara beberapa buku baru.

Gadis itu duduk di kursi, meraih toples wafer di dekatnya lalu dia buka. Melihat jumlah uang koin dan kertas berbagai warna masih lumayan banyak membuat Isha membentuk senyum kecil, "Cukup lah, ya".

"Kenapa gak nitip jualan di kantin lagi aja?" tanya Thania, gadis itu merubah posisinya menjadi duduk dengan bantal menutupi lututnya yang dilipat.

"Ibu di rumah sakit, gue gak sempet belanja sama masak".

"Gak sempet atau emang gak bisa?" sahut Thania tepat sasaran membuat Isha meringis kaku. Si cantik bangkit berjalan lesu ke kasur lalu membanting tubuhnya di samping Thania.

"Lo tau toko roti deket sini, gak?" tanya Isha. Thania berpikir sejenak, "Tiga gang dari sini, kan?" tebak Thania, Isha mengangguk.

"Kenapa?, lo mau lamar kerja di sana?" tanya Thania. Isha menjentikkan jarinya, "Pinter banget sih, sahabat gue".

"Yakin mereka nerima?, lo baru aja masuk SMA loh".

"Besok gue kesana, anterin" pinta Isha, "Kalau emang mereka gak nerima, gue pikir ulang deh, nitip jualan di kantin" lanjutnya.

"Oke" Thania mengangkat jempol dan telunjuknya membentuk O, "Eh tapi, gue laper tau" tangannya berganti mengusap perutnya yang rata.

"Gue juga, beli bakso depan yuk!" ajak Isha, dia merogoh saku rok birunya memeriksa apakah masih ada uang di dalam sana.

"Yuk!" Thania berdiri diikuti oleh Isha. Keduanya meninggalkan rumah, berjalan ke warung pinggir jalan tempat abang bakso berjualan.

"Abang!" sapa Isha.

"Eh, Neng Is sama Neng Tamia" balas Abang bakso sambil tersenyum ramah.

"Thania, Bang!, bukan Tamia!" tekan Thania kesal. Abang bakso tertawa, "Iya, maaf lah, kebiasaan".

"Bang, bakso nya dua dong, biasa ya" pinta Isha. Abang bakso mengacungkan jempolnya, "Siap, duduk dulu".

Isha langsung duduk di meja terdekat begitu juga Thania di depannya. "Kira-kira kalau kita jualan bakso juga depan sekolah, gimana?" tanya Isha berbisik sedikit mencondongkan tubuhnya pada Thania.

"Kita?, lo aja kali" balas Thania kemudian meringis kala mendapat cubitan kecil di punggung tangannya oleh Isha.

"Gue ngambek" ketus Isha lalu memalingkan pandangannya dari sang sahabat, melihat gambar menu-menu yang tertera di dinding selebar hampir 5 meter itu.

Ketos, I Love You! | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang