Part 11 • Berita pertama

13 3 0
                                    

- • Happy Reading • -

Kakinya melangkah masuk dalam sebuah ruangan sepi, dua orang yang duduk di depan laptop mengalihkan perhatian saat pintu terbuka.

"Halo, kamu anak jurnalis kelas 10, kan?" sapa salah satu gadis yang bangkit dari duduknya.

"Iya, Kak" balas laki-laki itu.

"Ada apa kesini, Dek?, mau bantu-bantu kita?" tanya gadis yang masih sibuk dengan mata terfokus pada layar laptop, mendesain berita tentang MOS sekolah mereka agar lebih menarik untuk di pasang di Mading Sekolah.

Tangannya mengepal meyakinkan dirinya sendiri untuk mengatakannya, "Saya punya berita yang bisa kalian tempel di Mading Siswa".

Keduanya langsung menatap laki-laki itu dengan pandangan terkejut, "Bukan tentang Aida si primadona angkatan kamu, kan?".

"Bukan, ini tentang si Ketua OSIS kalian itu!" pemuda itu tidak bisa lagi menahan emosinya.

Dua gadis di depannya saling melempar pandang lalu menyiku satu sama lain meminta salah satu dari mereka untuk bicara.

"Kita gak bisa meliput tentang Ketua OSIS dari sudut pandang para siswa, dia aset sekolah" ucap Irma, gadis itu sampai mengesampingkan pekerjaan pada layar di depannya hanya untuk memberitahu Adik kelasnya itu.

"Jadi kalian cuma liat baik-baik nya dia aja, kan?, kalian gak mau sisi buruknya dia?".

Senyum tipis hadir kala melihat dua gadis itu sepertinya tertarik dengan berita yang dia bawa.

"Kita gak bisa, Dek, maaf ya" ucap Hana halus menolak penawaran pemuda itu.

Akhirnya dia pergi dengan kecewa, menutup pintu ruangan tersebut lalu berdiri di baliknya, terpikir satu rencana dalam kepalanya namun ada pertanyaan muncul sebelum dia benar-benar melakukan itu. Apakah yang dia lakukan ini benar?, tapi bagaimana jika Isha membencinya?.

***

Riuh berisik suara para siswa siswi bersahut-sahutan dalam satu tempat membuat pusing kepala. Kantin kini sangat ramai, apalagi ada Aida yang duduk di meja tengah bersama tiga teman perempuan nya dan empat laki-laki yang tertawa terbahak-bahak entah membicarakan apa.

Isha seolah tuli, buta dengan keadaan sekitarnya, ucapan Divan tadi terus berdengung di kepalanya membuat Isha lupa segalanya. Lengannya terus di sentuh oleh Thania namun tak ada respon apapun dari gadis itu, Thania akhirnya pergi memesan makanan, pikirnya Isha diam karena mungkin dia lapar.

"Sha!" panggil Thania sambil menepuk pundak Isha membuat gadis itu tersadar.

Thania memberikan semangkuk soto untuk Isha, "Makan, gue tau lo laper" ujar nya. Ia mengambil sambal untuk meracik rasa soto nya sendiri sedangkan Isha langsung memakan makanan di depannya.

"Ashh!" pekik Isha terkejut merakan lidahnya terbakar, air mineral punya Thania dia sahut lalu meneguk nya secara terburu-buru.

"Lo kenapa sih, Sha?" tanya Thania setelah Isha selesai minum, jawaban Isha hanya dengan gelengan kepala.

"Gue serius, lo aneh!" ujar Thania, "Cerita, Sha" lanjut Thania dengan suara yang mulai melembut.

Isha kembali menggeleng, "Gak ada, Than, gue cuma ngantuk sedikit" ucapnya.

Sejujurnya Isha ingin menangis, hidungnya memerah karena menahannya. Dia buat soto yang dia makan menjadi pedas agar bisa membuat hidungnya yang mampet lega.

Perasaan bahagia yang Isha bangun semalam ternyata tidak bertahan lama saat bertemu Divan di pagi hari, ia kira bertemu dengan laki-laki itu akan semakin membuat mood nya naik namun hal itu malah membuat perasannya jatuh seketika.

Ketos, I Love You! | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang