Part 32 • Dekat (2)

9 1 0
                                    

- • Happy Reading • -

Hari cerah seperti biasanya, embun pagi masih terasa diiringi kicauan burung yang semangat menyambut hati menambah kesan yang memenangkan hati.

Suara ramai khas anak sekolah menjadi pelengkap, hari ini adalah hari pertama UAS.

Langkah demi langkah membawanya masuk ke gerbang sekolah sambil terus menatap kartu tes yang sedari tadi dia pegang.

"Semoga sama Kak Divan" kalimat itu terus di gumam oleh Isha sejak dari angkot dan terus berlanjut seiring langkahnya menuju gerbang sekolah.

Isha menyempatkan diri berhenti di area parkir seperti biasa, mengharap bertemu dengan si Ketos namun hanya motornya yang dia lihat.

Selain terus bergumam tentang Divan, dia juga komat-kamit menghafal rumus. Bisa-bisanya hari pertama disambut dengan Matematika.

Ruang 2, 10 MIPA 1 dan 11 IPS 1. Mata Isha melotot membacanya, mengingat kejadian kemarin membuatnya takut.

Namun gadis itu tak gentar, ia tarik nafas dalam-dalam dan berlagak berani seperti biasanya.

"Pagi".

"HAH!" kaget Isha sampai melempar kartunya dan jatuh ke lantai.

Isha gelagapan hendak mengambil kembali kartunya begitu juga orang yang menyapanya tadi membuat kepala mereka tanpa sengaja berbenturan

"Akh!" pekik keduanya.

Si pemuda menegakkan tubuh mengusap kepalanya, begitu juga Isha setelah berhasil mengambil kartu tes nya.

"Kak Divan" sapa Isha sambil tersenyum manis seperti biasa.

"Tumben banget ya saya nyapa duluan kayak tadi" ujar Divan, "Sampai kaget gitu".

"Iya" cengir Isha, "Kak Divan di ruang mana?".

"Ruang 10, 11 MIPA 2" jawab Divan. Isha menunjuk lantai dua, "Di sana?, saya di sini, Kak!" telunjuk Isha turun menunjuk kelas yang dia tempati.

"Setiap istirahat saya bisa liat Kak Divan dong di atas" gadis itu ceria sekali, "Nanti Kak Divan nengok aja ke bawah, terus kita ke kantin bareng deh, gimana?".

Divan tertawa kecil, sesuka itu gadis ini kepadanya sampai membuat kesepakatan tiba-tiba.

"Kalau saya inget" balas Divan. "Saya yakin Kak Divan gak akan lupa" ucap Isha lalu tersenyum tipisnya.

"Kamu berani banget ya" ujar Divan membuat kedua alis Isha terangkat seolah bertanya, "Terang-terangan nunjukin kalau kamu suka sama saya".

Mata Isha menyipit disertai senyuman miring, "Jadi Kak Divan udah peka nih?".

"M-maksud saya" pemuda itu mengusap tengkuknya yang tiba-tiba gatal, "Maksudnya cara kamu itu, beda".

"Sebelumnya saya gak pernah tau ada yang suka sama saya sampai tiba-tiba saya nemu banyak surat warna-warni di meja" ujar Divan, "Kalau pun saya tau, mereka jadi super obses sama saya".

Isha mendengarkan namun diakhir cerita dia menahan tawa, "Dih, percaya diri banget Pak Ketos".

Sepertinya Divan kesal, terlihat dari alisnya yang menukik tipis, "Saya duluan" ucapnya kemudian pergi mengabaikan Isha yang melambai.

Isha mengangkat bahunya tak acuh, dia masuk ke dalam kelas dan mencari tempat duduk nya yang ternyata jauh dari Thania.

Pukul 7.30 tepat bel berbunyi, pengawas masuk ke ruangan membuat satu sekolah benar-benar hening.

Isha menulis rumus yang dia ingat pada kertas kosong yang diberi, "Kok gak ada?" gumamnya menatap hasil hitungannya dengan pilihan yang tertera bergantian.

Ketos, I Love You! | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang