Part 17 • Rumah

17 3 0
                                    

- • Happy Reading • -

Matahari menampakkan sinarnya yang menyengat panas, jalanan sepi seolah mewakili orang-orang yang enggan keluar pada siang hari karena panasnya.

Mereka tidak tahu jika ada obat ampuh yang bisa digunakan saat hari panas seperti ini, apalagi jika bukan ice cream atau es krim ajalah ya.

Duduk di halte sembari menikmati es krim coklat yang segar di tenggorokan membuat Isha senang. Kepalanya bergerak kecil ke kanan dan ke kiri guna mengekspresikan yang dia rasakan.

Andra yang ada di samping Isha terus-terusan menatap gadis itu. Rasanya es krim vanila yang dia makan tadi kalah manis dari Isha, senyumnya terukir indah saat Isha berbalik menatapnya.

Plak!

Isha menepuk tangannya tepat di depan wajah Andra membuat si empu tersadar. "Andra!, es krim lo" Isha menunjuk es krim di tangan Andra yang meleleh.

Sisa es krim yang tinggal sedikit ternyata meleleh di tangan Andra, pemuda itu berlari menuju tempat sampah untuk membuang stik serta bungkus es krim nya.

Isha menghampiri Andra sembari mengeluarkan tisu dan air mineral, ia membuang bungkus es krim miliknya terlebih dahulu lalu bersihkan tangan Andra dengan telaten membuat si empu hampir pingsan jika tidak bisa mengontrol detak jantungnya sendiri saat berada dekat dengan gadis itu.

"Cuci tangan lagi" ujar Isha kembali menyadarkan Andra, pemuda itu menurut kemudian mereka kembali duduk di halte setelah selesai.

"Lo ngantuk ya, Ndra?" tanya Isha. Andra memggeleng, "Enggak, cuma emang lagi ngelamun aja tadi" jawabnya.

"Rugi banget Thania gak mau pulang bareng gue, kan gak bisa makan es krim" Isha tertawa mengejek Thania tanpa sepengetahuan sahabatnya itu.

Namun di tempat lain, orang yang sedang dibicarakan tiba-tiba bersin beberapa kali, sepertinya dia merasakan kalau ada yang membicarakannya dari jauh.

"Dia mau pergi les kan?, gak apa-apa kali" ujar Andra. "Kita pulang jam 2 Andra, Thania les abis magrib, masih banyak waktu buat istirahat bentar" balas Isha.

Andra jadi teringat sesuatu, "Bicara soal makan, gue udah janji kan mau ajak lo ke toko roti?".

Isha mengangguk antusias, "Ayo!" serunya. Andra mengulurkan tangannya pada Isha dan di terima dengan senang hati oleh gadis itu.

Sepeda milik sang Ibunda Andra kayuh melewati ramainya jalanan kota. Isha benar-benar memeluk Andra kali ini, mencari kenyamanan di punggung Andra yang tertutup tas berisi buku.

Andra menghela nafas mencoba menenangkan diri agar tidak berteriak histeris. Dengan ragu ia sentuh tangan Isha yang melingkar di pinggangnya, mengusap punggung tangan itu dengan ibu jarinya.

Tanpa Isha sadari, dia menjadi lebih tenang. Rasanya ada seseorang yang memberikan kasih sayang lebih kepadanya, sejenak dia melupakan tentang acara makan bersamanya dengan Divan yang gagal.

Deru motor di tempat lain yang bersamaan memasuki area parkir sebuah cafe sederhana mengundang perhatian beberapa orang yang juga baru datang.

Para gadis turun dari motor di ikuti oleh laki-laki nya. Mereka masuk ke dalam cafe, Karina melambai sambil berlari kecil mendekati Arbay yang sedang berada di kasir.

"ADEK GUE!" teriak Nabila menyerobot Karina yang hendak memeluk Arbay.

"Adek gue juga kali" ucap Karina sedih, tak lama dia mendapatkan rangkulan dari Daniel yang tertawa kecil.

"Pantesan absen mulu di OSIS" si Ketua ikut berbicara. Arbay menggaruk tengkuk nya, "Ya maaf, Bang" ujarnya sambil meringis.

Divan tertawa renyah kemudian menepuk bahu Adik kelasnya itu, "Diem aja tiba-tiba buka cafe, gak nyangka gue".

Ketos, I Love You! | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang