Sudah jam 9 malam tapi Kaluna masih berkutat dengan lembaran kertas untuk mempelajari kasus yang dipegang firma hukum yang menjadi tempat dia menimba ilmu sebagai mahasiswa magang. Minggu depan akan digelar sidang perdana dan setelah satu bulan magang Kaluna akhirnya mendapat kesempatan untuk mengikuti jalannya sidang. Rasen belum pulang karena harus lembur, tapi tadi dia mengabari kalau sudah mau pulang.
Duduk di meja makan dekat dapur minimalis tapi mewah di apartemen yang semi Penthouse saking luasnya, Kaluna mendongak saat mendengar langkah kaki dan tersenyum menyambut Rasen. Lelah terpancar jelas di wajah tampannya, dengan bawah mata yang mulai menghitam. Beberapa hari terakhir Rasen tidak pernah pulang di bawah jam 8 malam.
"Masih kerja?" sapanya sambil mengusap kepala Kaluna.
"Nggak, cuma lagi pelajari kasusnya aja. Udah makan?"
Rasen mengangguk sambil berjalan ke dispenser untuk mengambil minum. Kaluna beranjak menghampiri tunangannya.
"Capek banget?" Kaluna mengusap bawah mata Rasen. "Mandi air hangat aja dulu. Gue bikinin susu yah? Biar enak tidurnya."
Rasen mengangguk, "lo juga istirahat dulu."
"Iya udah kok. Itu tadi gue sambil nunggu lo pulang daripada gabut mending baca-baca lagi."
"Ya udah. Gue mandi dulu."
Rasen beranjak menuju kamarnya untuk mandi. 15 menit kemudian dia bergabung bersama Kaluna di sofa ruang tengah. Apocalypse dari Cigarettes After Sex mengalun dari piringan hitam yang diputar Kaluna.
"Ngapain?" tanyanya saat melihat Kaluna yang menatap layar ponsel sambil tertawa pelan.
Kaluna menoleh pada Rasen sekilas sebelum kembali menatap layar ponsel, "lucu aja bacain keluh kesah Eila di grup."
Rasen meneguk susu buatan Kaluna kemudian merebahkan tubuhnya dengan menjadikan paha Kaluna sebagai bantal. Posisi ternyaman setiap letih menyerangnya. Kaluna mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum meletakkan benda tersebut di meja.
"Kantor lagi banyak masalah? Kok pulang malam terus?" tangannya membelai kepala Rasen lembut.
"Nggak juga sih tapi bolak-balik kantor cabang ke kantor pusat. Disuruh papi ngawasin tender. Bang Alvin sih tapi kan gue lagi cosplay jadi asisten bang Alvin jadi dimana dia, disitu juga gue wajib berada."
Kaluna terkekeh mendengar ucapan Rasen.
"Fares apa kabar? Nggak bikin kekacauan kan di kantor?"
Kaluna tertawa pelan. Dia dan Fares memang magang di firma hukum yang sama.
"Lumayan mulai agak setres karena lagi bantu megang kasus perceraian."
Rasen tertawa. "Pantesan tiap ditanya di grup no comment mulu."
Kaluna kembali mengusap bawah mata Rasen, "besok gue pakein eye mask yah?" Rasen mengangguk dan memejamkan mata menikmati usapan lembut Kaluna di rambutnya.
"Gue capek tapi tiap pulang disambut lo capek gue menguap."
"Bisa aja abang dangdut."
"Hehehe." Rasen menggenggam tangan Kaluna yang bebas, mengecupnya singkat dan menempelkan tangan Kaluna di dadanya. Matanya memejam menikmati alunan lagu dan belaian Kaluna.
"Sayang..." gumam Rasen masih sambil memejamkan mata.
"Hmm?" Kaluna menunduk menatap wajah Rasen. Rasen membuka matanya.
"Nikah yuk?" ucapnya pelan.
"Hah? Ngawuuur. Skripsi-an aja belum." Kaluna memencet hidung Rasen.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GROWS
Romance"Kita tunangan, tapi gue tetap sama cewek gue. Lo kalo mau cari cowok lain juga nggak apa-apa." "Dengerin gue. Hanya karena gue nggak menolak perjodohan ini bukan berarti lo bisa seenaknya ngomong begitu. Pilihan kita saat ini cuma dua. Satu, menola...