Bab 16

223 27 0
                                    

Tidak terasa sudah 2 minggu Kaluna dan Rasen menjalani KKN di lokasi yang sama. Tinggal dan beraktivitas di rumah dan lingkungan yang sama. Lokasi KKN mereka di salah satu desa yang terletak di bagian terluar kabupaten Bogor. Dikelilingi bukit dan pemandangan indah walaupun jalan menuju ke sana tidak mudah karena jalan yang berbatu. Untung saja listrik, air dan sinyal tetap lancar. Hubungan keduanya makin dekat walaupun belum ada unsur romansa karena Kaluna yang benar-benar profesional menjalani hari-hari sebagai mahasiswa KKN. Tapi bukan Rasen namanya kalau tidak mencuri kesempatan. Seperti pagi ini melihat Kaluna yang sibuk di dapur menyiapkan sarapan, Rasen dengan sengaja menghampiri Kaluna. Berdiri tepat di belakangnya dan tiba-tiba menjulurkan tangannya ke rak di atas kepala Kaluna untuk mengambil kopi.

"Astaghfirullah!" Kaluna berjengit kaget dengan muka bersemu merah menyadari jaraknya dan Rasen yang sangat dekat. Bahkan kalau dia tidak menjauhkan wajahnya, jarak keduanya benar-benar sudah sangat dekat. Rasen terkekeh melihat ekspresi Kaluna.

"Ngagetin tau!" omel Kaluna sambil menggeser posisinya agar Rasen bisa maju.

"Ngapain?" tanya Rasen.

"Mau siapin sarapan lah."

"Jadwalnya sama siapa hari ini? Cewek-cewek yang lain mana?"

"Zemira sama Anandita ke rumah sebelah mau pinjam tepung, udah abis punya kita. Tadi sih bareng Axel."

Rasen melotot pada Kaluna saat mendengar nama mantan kekasih tunangannya disebut.

"Ngapain berduaan sama dia? Lo kan nggak ada jadwal bareng dia."

"Ya orangnya mau bantuin." Kaluna mengangkat bahu cuek sambil berusaha menyembunyikan tawanya melihat raut Rasen saat ini.

Hubungannya dengan Axel sudah baik-baik saja sekarang. Saat awal-awal KKN, Axel sulit mendekati Kaluna karena Rasen dan Zemira yang terus menempel pada Kaluna seolah memberinya batasan untuk jangan berani mendekati Kaluna. Rasen bahkan meminta Prana yang ditunjuk sebagai koordinator Posko untuk tidak menyatukan Kaluna dan Axel dalam kelompok yang sama. Tapi setelah seminggu berlalu, sepulangnya mereka dari hajatan yang diadakan salah satu warga, Axel memberanikan diri meminta waktu untuk bicara berdua dengan Kaluna. Intinya mau meminta maaf atas kesalahannya dulu dan memberi selamat atas pertunangan Kaluna.

"Malesin." Rasen berdecak sebal.

"Daripada ngambek mending bantuin gue deh. Jam 10 gue mau ke SD soalnya."

"Oh iya giliran kalian yang penyuluhan yah?" Kaluna mengangguk. "Kelompok gue kayaknya ke kebun kopi pak RT deh."

"Nanjak bukit yah? Hati-hati abis hujan soalnya." Kata Kaluna sambil mengocok telur.

"Gitu dong perhatian sama tunangannya." Dengan iseng Rasen mencolek pipi Kaluna yang membuat Kaluna berjengit karena sadar mukanya mulai terasa panas. "Kok merah pipinya? Salting yah?" Rasen tertawa kecil.

Kaluna menarik kembali kata-katanya dulu yang menganggap Rasen jelmaan kulkas 2 pintu karena sekarang dia nggak ada jaim-jaimnya malah jadi kayak buaya dangdut.

"Kaluna salting yah?" bukannya berhenti Rasen makin menjahilinya dengan mencubit pipinya.

"Lo kalo cuma mau ganggu mending minggir deh." Sungut Kaluna.

"Nggak mau, kan gue mau dekat-dekat sama lo. Kapan sih lo bisa suka sama gue? Udah pake cincin loh ini."

"Bisa diem nggak?" Kaluna meletakkan baskom berisi kocokan telur sambil mendelik kesal ke Rasen yang malah makin melebarkan cengirannya.

"Kok gemes siiiih?" Rasen mencubit kedua pipi Kaluna membuat Kaluna kesal dan membalas mencubit pinggangnya.

"Aww...sakit sayang. Iya..iya ampun." Bukan berhenti Kaluna malah mencubit makin kuat karena salah tingkah dipanggil sayang. "Sakit please, iya gue berhenti."

LOVE GROWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang