Kaluna dan Zemira memekik senang saat melihat Eila di depan kantor kecamatan. Hari ini ada MUSRENBANG tingkat kecamatan dan kelompok Kaluna ikut hadir sekaligus memaparkan laporan proker mereka sejauh ini karena masa KKN yang tinggal seminggu lagi. Dan beruntungnya, desa kelompok Kaluna satu kecamatan dengan desa kelompok Kalandra dan Eila begitu juga dengan kelompok Fares dan Samudera.
"Gue kangen bangeeeeet gila." Mata Eila sudah berkaca-kaca saat dipeluk Kaluna dan Zemira karena ini baru pertama kali dia pisah sendiri tidak sekelompok dengan kedua sahabatnya.
"Sehat kan lo? Kok kurusan sih?" Kaluna menangkup wajah Eila.
"Iya setres makan hati gue sama mak lampir." Gerutu Eila.
"Mak lampir siapa?" tanya Zemira.
"A word." Eila memutar kedua bola mata malas. Kaluna dan Zemira langsung paham siapa yang dia maksud.
"Gue nggak dipeluk?" Kaluna menoleh dan mendapati Kalandra sudah berdiri di belakangnya. Dia tersenyum lebar dan segera memeluk kembarannya.
"Sehat kan?" tanya Kalandra sambil mengusap kepala Kaluna. Kaluna mengangguk.
"Mohon maaf nih, nggak bermaksud merusak suasana temu kangen. Tapi kita harus segera masuk nih." Prana ikut bergabung bersama Rasen yang masih sempat berangkulan sama Kalandra. Tidak semua peserta KKN ikut dalam pertemuan ini, hanya perwakilan saja. Dari kelompok Kaluna yang menjadi perwakilan dirinya selaku sekretaris, Prana dan Anandita selaku ketua dan bendahara. Madhava, Rasen dan Zemira mendapat giliran memaparkan proker yang sudah berhasil mereka jalankan. Sisa anggota tetap di posko menjalankan jadwal kerja harian mereka.
"Kita ngumpul lagi yah nanti kalo udah selesai." Ucap Kaluna pada Eila.
Mereka lalu kembali bergabung bersama kelompok masing-masing, mengikuti serangkaian acara dan memaparkan hasil kerja selama mereka menjalani KKN di desa-desa yang ada di kecamatan ini. Kegiatan baru selesai sebelum adzan ashar berkumandang. Cukup lama dari biasanya karena warga yang antusias mengajukan pertanyaan pada para mahasiswa.
Kaluna, Eila, Zemira, Rasen, Kalandra, Prana, Fares, Samudera, Madhava dan Anandita berkumpul di depan masjid yang dekat dengan kantor kecamatan setelah sholat ashar. Mereka memutuskan untuk nongkrong sebentar di warung kopi karena masing-masing mereka sudah selesai dengan kegiatan. Hanya kelompok Kaluna yang masih dengan personil lengkap karena kelompok Kalandra dan Fares sudah balik duluan.
"Akhirnyaaaa bisa nongkrong bentar." Ucap Eila sambil bergelayut manja pada Zemira.
"Eh kenalan dulu sama Anandita." Zemira berkata pada Fares dan Samudera yang belum berkenalan dengan Anandita. Keduanya menyambut uluran tangan Anandita dengan antusias.
Mudah untuk gadis dari jurusan teknik Arsitektur ini berbaur dengan Fares dan Samudera karena dia memang tipe social butterfly. Dibanding Mala dan Ayana, dia yang lebih cepat akrab dengan Kaluna dan Zemira.
"Apa kabar kalian?" tanya Samudera.
"Baik kok." Balas Kaluna yang duduk sebelahan dengan Rasen yang saat ini sibuk memainkan jari manis Kaluna yang terlingkar cincin pertunangan mereka.
Kalandra memandangi sahabatnya sambil tersenyum tipis. Tidak lupa dalam hati mengingatkan dirinya sendiri untuk menanyakan progress perasaan Kaluna terhadap Rasen. Mereka membicarakan banyak hal termasuk soal longsor kecil yang menimpa daerah perkebunan desa Kaluna. Prana dan Madhava bergantian menceritakan kronologis kejadian dan Kaluna yang ikut menambahkan betapa paniknya dia saat itu.
"Terus lo kenapa? Makan hati kenapa?" perhatian kali ini tertuju pada Eila setelah Zemira menanyakan pertanyaan barusan.
"Hih gedeg banget gue sama mantannya Rasen."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GROWS
Romance"Kita tunangan, tapi gue tetap sama cewek gue. Lo kalo mau cari cowok lain juga nggak apa-apa." "Dengerin gue. Hanya karena gue nggak menolak perjodohan ini bukan berarti lo bisa seenaknya ngomong begitu. Pilihan kita saat ini cuma dua. Satu, menola...