Rasen menatap gadis di hadapannya. Tidak ada yang berubah, masih cantik bahkan lebih cantik dengan polesan make up tipis di wajahnya. Aroma parfumnya juga masih sama, perpaduan aroma buah dan bunga. Senjani Ashalina masih secantik dulu saat Rasen mengantarnya di bandara kurang lebih 3 tahun yang lalu. Senyum Senjani terkembang melihat Rasen.
"Still handsome." Ucap Senjani dengan suara renyahnya.
"Apa kabar?" tanya Rasen.
Mata Senjani turun sejenak menatap cincin yang melingkar di jari manis Rasen dan tertawa pelan.
"Kamu udah tunangan beneran ternyata. I thought I still have a chance dengan kamu yang tiba-tiba berubah pikiran untuk menemui aku."
Senjani menatap mata Rasen yang balik menatapnya dengan datar. Tidak ada emosi di sana, tidak ada tatapan dan senyuman hangat seperti yang selalu dia berikan dulu setiap mendengar cerita receh Senjani. Sementara dalam pikirannya, Rasen menarik kesimpulan di beberapa menit awal obrolan mereka kalau Senjani yang duduk di hadapannya saat ini bukanlah Senjani yang dulu.
"Gue cuma mau dengar penjelasan lo." Ucap Rasen datar.
Senjani mendengus pelan, "no aku-kamu lagi? Aku kesini bukan mau bicara soal masa lalu. Past is a past, aku tau aku sudah melakukan kesalahan besar dulu dan sekarang aku mau menebusnya."
Rasen tertawa sinis, entah kenapa dia malah tiba-tiba jadi lebih merindukan Kaluna. Ingin segera menyelesaikan obrolan ini dan secepatnya pulang menemui Kaluna.
"Mau menebus dengan cara apa Senjani?" Rasen mengangkat alis sebelahnya.
"Meminta kesempatan, memberikan cinta yang harusnya kamu dapatkan dulu. Kamu belum menikah kan? Baru tunangan? Sedikit aja apa masih ada rasa cinta kamu untuk aku? Aku dengar dari bunda pertunangan kamu atas dasar perjodohan."
"Jadi?" alis Rasen terangkat semakin tinggi.
"Please, you know I hate small talk. I want you, I want us."
"While I want to hear from you is just a reason. Kalo lo lupa, lo yang minta gue take everything slowly tapi 3 bulan kemudian lo minta gue lupain segalanya. And I did, I did very well. After every good things happen to me in this 3 years, lo seenaknya bilang mau menebus kesalahan lo. Gue tadinya udah lupa loh."
Senjani terdiam. Senyum penuh percaya diri yang sejak tadi terpajang di wajahnya menghilang. Kata-kata Rasen menyadarkannya, kalau dia baru saja bertingkah seperti perempuan yang tidak punya malu. Yang pergi seenaknya dan saat kembali bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
"Sorry." Lirihnya pelan sambil menunduk.
Rasen menghela napas panjang dan membuangnya gusar.
"Jujur gue terganggu dengan kepulangan lo lagi. Gue nggak ada niat mau ketemu lo lagi. Tapi gue diminta untuk ketemu sama lo, dengar penjelasan lo. Dengan begitu mungkin gue bisa maafin lo dan melupakan marah dan kecewa gue ke lo karena bagaimanapun lo pernah menjadi salah satu alasan bahagia gue dulu. But seriously Senjani? Apa yang mengubah lo menjadi seperti sekarang ini?"
Kepala Senjani semakin tertunduk. Bahunya bergetar menahan tangis.
"Jangan nangis. Just tell me everything."
Senjani mengangkat wajahnya, matanya sudah memerah menahan airmata yang siap keluar kapan saja.
"Maafin sikap pengecut aku dulu. Aku terlalu larut dengan perasaan takut kehilangan. Saat itu aku belum siap untuk menjalin hubungan lebih. Tapi bodohnya aku malah nyakitin kamu. Harusnya saat itu aku jujur aja kalo aku belum siap dan takut. Aku takut suatu saat nanti saat semuanya gagal aku juga akan kehilangan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GROWS
Romance"Kita tunangan, tapi gue tetap sama cewek gue. Lo kalo mau cari cowok lain juga nggak apa-apa." "Dengerin gue. Hanya karena gue nggak menolak perjodohan ini bukan berarti lo bisa seenaknya ngomong begitu. Pilihan kita saat ini cuma dua. Satu, menola...