Suara tawa menyambut Rasen begitu dia memasuki rumah dan yang membuatnya lebih terkejut saat menemukan sosok Kaluna yang sedang asyik bercengkerama dengan bundanya. Entah apa yang mereka tertawakan tapi tawa keduanya sanggup membuat kedua sudut bibir Rasen terangkat. Sudah lama dia tidak mendengar tawa hangat di rumahnya. Ayahnya sibuk, terkadang bunda juga harus mendampingi ayah sehingga membuat Rasen sering menghabiskan waktu sendirian di rumah.
"Eh sayang sudah pulang?" Ayuna yang baru menyadari kepulangan anaknya segera menghampiri Rasen dan memberikan pelukan untuk anak semata wayangnya.
"Capek nggak? Udah makan?" tanya Ayuna lagi yang dijawab Rasen dengan senyuman dan gelengan kepala. "Ya udah kamu mandi dulu yah, nanti makan malam bareng yah? Ayah juga sudah di jalan pulang."
"Tumben." Gumam Rasen pelan. Bukan tanpa alasan, tapi ayahnya memang lagi sibuk-sibuknya akhir-akhir ini sampai jarang makan malam di rumah.
"Lah gimana sih kamu, pas ayah sibuk ngambek. Giliran bisa makan malam bareng malah dibilang tumben." Ayuna mencubit pipinya yang membuatnya tergelak pelan.
"Ya udah Rasen mandi dulu yah?"
Rasen menoleh pada Kaluna yang tersenyum padanya dan pamit sebentar untuk mandi. Saat dia selesai mandi dan turun ke ruang makan, ayah, bunda dan Kaluna sudah duduk menunggunya.
"Weh bro, tumben cepet pulang." Candanya pada Agung sang ayah. Agung hanya terkekeh mendengar sapaan anaknya.
"Bun siapa katanya yang misuh-misuh kemarin gara-gara ayah lembur terus?" Agung bertanya pada Ayuna padahal jelas untuk menyindir Rasen.
"Anak tetangga kali." Canda Ayuna yang membuat Rasen mencebik.
"Bunda mah gitu, nggak ce-es-an lagi kita."
Rasen merajuk tanpa sadar kalau Kaluna sedang memandanginya sambil menahan tawa. Rasendriya Ghifari yang terkanal cool dan jaim ternyata sehari-harinya di rumah kayak bocah ambekan. Saat sadar sedang diperhatikan, Rasen segera berdeham dan kembali memasang mode jaim.
"Eh Kalu kapan-kapan kita nonton drakor-nya bareng yah? Bunda kalau gabut suka nonton juga." Ucap Ayuna sambil menyendok nasi ke piring suami dan anaknya.
"Iya tante, tapi yang berbobot dramanya. Jangan yang tema selingkuh, bisa ke-trigger nanti." Sahut Kaluna sambil menahan tangan Ayuna yang hendak menyendokkan nasi untuknya, memberi kode kalau dia sendiri yang akan mengambil nasi.
"Udah dibilang jangan panggil tante tapi panggil bunda ih." Ayuna mencebikkan bibirnya yang membuat Kaluna tertawa pelan. Kenapa jadi mirip Rasen? batin Kaluna.
"Eh tapi bunda emang sekarang kalau mau nonton suka yang temanya ringan-ringan aja. Kayak malas mikir kalau kebanyakan teori."
"Nonton karya PD Shin aja bun. Reply series, Prison Playbook, Hospital Playlist. Ceritanya ringan, nggak ada antagonis nyebelin, kehidupan sehari-hari. Aku nonton Reply 1988 lama move on loh bun, hangat banget dramanya."
"Okey noted, bunda mau nonton."
"Iya bun, nonton yang kayak gitu-gitu aja sekarang. Aku tuh pernah baca sharing seorang psikolog yang lewat timeline twitter aku. Ada dua realita dalam hidup manusia yaitu realita artifisial dan realita organic. Contoh yang organic tuh kedamaian yang kita rasain pas sedang berkebun atau hadir seutuhnya saat main sama anak, yang God made lah. Kalo realita artifisial itu tuh pikiran kita yang memainkan skenario terburuk. Curiga, khawatir atau buruk sangka karena trauma masa lalu, acara TV, film, berita bohong. Eh aku kebanyakan ngomong yah?" *
Kaluna tersadar kalau sudah banyak bicara dan melemparkan tatapan tidak enak pada tiga orang di depannya yang sedang memperhatikannya.
"Nggak apa-apa sayang, biasanya ini meja makan sepi. Ayo lanjut." Ucap Ayuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GROWS
Romance"Kita tunangan, tapi gue tetap sama cewek gue. Lo kalo mau cari cowok lain juga nggak apa-apa." "Dengerin gue. Hanya karena gue nggak menolak perjodohan ini bukan berarti lo bisa seenaknya ngomong begitu. Pilihan kita saat ini cuma dua. Satu, menola...