"Aku ingin berdua denganmu saja."
Hening keduanya, Granger sampai tidak menyentuh es serut sama sekali. Sementara Guinevere menutupi wajah merahnya karena malu.
"Jika itu keinginanmu, baiklah. Kau tidak perlu malu seperti itu."
Lantas Guinevere mengangkat kepalanya, menatapi Granger yang saat ini mengukir kan sebuah senyum kecil. Jantung Guinevere hampir saja copot karena serangan mendadak yang diberikan oleh Granger.
Guinevere langsung berdiri. "K-kalau begitu ayo!" Gadis itu berjalan duluan sambil membawa es serutnya yang masih utuh. Dengan jalan bertatih-tatih sampai dia hampir saja menabrak tiang penyangga tenda, tentu melihat itu membuat Granger terkekeh.
Selama perjalanan tanpa tujuan, Guinevere hanya memakan es serutnya sampai habis tak tersisa. Semua tempat dari berbagai sudut sudah dilalui oleh mereka dan kini keduanya bingung harus kemana lagi.
"A-acaranya si mulainya malam. Dan sekarang masih siang, a-apa sebaiknya kita pulang saja ya?" Tanya Guinevere terbata bata tanpa melihat kearah Granger.
"Terserah dirimu, aku hanya mengikutimu disini." Balas Granger.
"Huh, sekarang kau sudah kembali seperti dirimu lagi" Ujar Guinevere seraya berkacak pinggang. "Ah, tunggu. Sepertinya aku tahu kita harus kemana lagi." Lanjutnya lalu mengulas senyum.
Guinevere berjalan seraya menarik tangan kanan Granger. Gadis itu nampak sangat antusias dengan sesuatu yang akan dia lakukan nanti dan terlihat sudah tidak sabar.
Keduanya melewati gerbang kota Lumina yang dijaga oleh pasukan puppet dan bukan lagi di jaga oleh pasukan Moniyan, sebenarnya Guinevere merasakan samar samar energi sihir pada robot tadi, tapi Guinevere langsung menghiraukan nya karena bisa saja yang dia rasakan saat ini hanyalah milik orang-orang lewat.
Singkat waktu, sampailah mereka berdua di sebuah lapangan hijau yang amat asri dan beberapa bunga bermekaran disana. Pemandangan yang cukup menyegarkan mata dan fisik, bau rumput yang menjadikan khas tempat itu.
"Kita sampai! Ini adalah tempat bermain saat aku dan kak Lance masih kecil. Dan terkadang jika aku ingin sendirian... Aku sering kemari." Ujar Guinevere.
"Tempat yang bagus, sangat cocok untuk menenangkan diri. Jadi, untuk apa kita kemari?" Tanya Granger sementara Guinevere membalasnya dengan senyuman.
"Kita akan mencari semanggi daun tiga!" Seru Guinevere antusias. "Katanya jika kita mendapat semanggi daun tiga maka keberuntungan besar akan datang padamu."
Granger mengangkat kedua alisnya terlihat tertarik. "Benarkah? Kalau begitu aku akan mendapatkannya untuk keberuntunganku."
"Oke! Kau cari disebelah sana dan aku akan mencari di atas sana." Ucap Guinevere dan dibalas anggukan oleh Granger.
Mereka pun berpisah dan sibuk dengan tugas masing-masing untuk mencari daun semanggi daun tiga tersebut. Walau saat ini sinar matahari terbilang cukup panas, tetapi tidak menghalangi mereka berdua. Lagi pula disana terdapat banyak pohon sehingga mereka dapat terlindungi di balik daun-daun pohon.
Granger sempat melirik kearah Guinevere. Angin meniup rambut panjang milik sang gadis sehingga membuatnya tampak lebih cantik, Granger sedari tadi terpaku padanya. Kedua matanya tak bisa lepas dari gadis Violet.
"Granger! Aku mendapatkannya!" Teriak Guinevere sukses membuat Granger buyar.
Guinevere terlihat senang sampai tak bisa berkata-kata, dia pun memilih untuk memperlihatkannya juga kepada Granger. "Tunggu aku akan kesa--- HUWAAAAA!" Sayangnya kakinya tersandung oleh batu yang berada di depannya sehingga Guinevere terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfiction"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...