Michelle

275 36 6
                                    

Cerita ini dimulai dari seorang anak perempuan yang lahir dimasa diskriminasi, pertempuran dan haus akan kekuasaan menjadi hal yang lazim. Peperangan dalam merebut wilayah sampai harus menggugurkan banyak korban jiwa, bahkan sekelompok yang memiliki fisik atau status yang berbeda harus merasakan berbagai hinaan, tindasan, bahkan perlakukan yang tak seharusnya dilakukan oleh kemanusiaan.

Ragnivt, adalah sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang dari lingkungan kumuh dengan derajat rendah. Namun mereka memiliki teknologi sendiri yang diciptakan murni hasil dari kedua tangan para klan Ragnivt. Memang tak masuk akal bagaimana bisa kelompok dengan status rendah dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah teknologi yang bahkan Moniyan tidak dapat menandinginya.

Meski begitu mereka tetap mendapat perlakuan yang tak baik, sampai hari itu tiba..

Mereka melakukan pemberontakan, tidak ada lagi yang namanya penindasan. Seluruh hasil penemuan dijadikan sebagai senjata mematikan. Ragnivt bukan lagi ras terendah, Ragnivt bukan lagi sekelompok yang harus ditindas, Ragnivt pantas untuk berdiri di atas.

"Kenapa harus ada kasta? Semua manusia itu sama!"

Seperti itulah pola pikir klan Ragnivt.

Hasil dari pemberontakan itu telah menimbulkan banyak korban jiwa serta kerusakan yang cukup parah. Sebagai gantinya, klan Ragnivt telah mendapat tempat tinggal baru.

Hidup mereka menjadi lebih baik.

.

.

.

.

.

.

Namun itu tak berlangsung lama..

Moniyan melakukan invasi besar-besaran, mereka ingin memperluas wilayah serta melakukan pembersihan untuk para pemberontak Ragnivt. Hari itu, seorang anak perempuan berusia 12 tahun menyaksikan langsung bagaimana seluruh keluarga serta kerabat telah terbantai. Bahkan teknologi Ragnivt pun tidak mampu melawan sihir murni.

Kasih sayang orang tua terhadap anak memanglah besar, tapi bagaimana jika seorang orang tua memberikan sepantah kata terakhir di sisa hidupnya kepada sang anak bahwa itu adalah tanggung jawab yang besar?

"Hiduplah Michelle...! Kau harus terus hidup untuk meneruskan darah Ragnivt!"

"Balaskan.... Balaskan dendam Ragnivt! Bunuh mereka semua!"

"Yang paling terpenting.... Jangan percaya siapapun!"

Sang anak perempuan pun berlari, berlari dan terus berlari. Dengan mengenakan sebuah jas dengan logo tercoret, Satu-satunya barang terakhir dari klan miliknya. Berharap suatu hari ia dapat membangkitkan kembali klan.

...

Tidak ada jalan untuk kabur lagi, anak itu telah terkepung.

Sembunyi pasti akan tetap ketahuan!

Depan, belakang, maupun samping telah di penuhi oleh prajurit lengkap dengan armor.

Walaupun sia-sia, menggunakan lubang besar pada batang pohon sebagai tempat persembunyian terakhir tetap saja akan tertangkap, bukan?

Setidaknya mati tanpa menyerahkan diri itu lebih baik!

"Hey nak, kau baik-baik saja?"

Aneh. Harusnya anak itu langsung mati tanpa harus ditanya kondisinya, namun bagaimana bisa ada orang yang perhatian pada musuh?

Jangan Ikuti Aku! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang