"GWEN! AWAS!!"
Guinevere terkesiap saat seseorang meneriaki namanya dan orang itu tidak lain adalah Kimmy. Dilihat dari perilakunya sambil memegang sebuah alat yang terus-terusan bergetar dan mengeluarkan asap. Guinevere tahu kalau alat itu pasti akan mengeluarkan sesuatu--- naasnya Guinevere tak sempat menghindar.
Untungnya Granger dengan sigap menarik lengan Guinevere kedalam dekapannya, sehingga membuat kedua pemuda itu terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berpelukan. Guinevere terkesiap dengan tindakan Granger membuat wajahnya tersipu.
Sebuah cairan berwarna pink tepat meluncur kearah patung hiasan kolam itu, tak berselang lama patung itu perlahan meleleh sampai tak tersisa sedikitpun, "oh sial sepertinya aku gagal lagi!" Keluh Kimmy.
Granger yang saat ini sedang memeluk Guinevere, segera melepasnya dan memastikan majikannya baik-baik saja. "Anda baik-baik saja, nona?"
Guinevere mengedipkan matanya berkali-kali, "y-ya... aku baik-baik saja... terima kasih..." Sahutnya pelan.
"Oh my! Kimmy! Lagi-lagi kau melakukan percobaan aneh!" Suara teriakan berasal dari atas yang tidak lain adalah Fanny, gadis itu turun dari atap rumah dibantu dengan gear di kedua sisi pinggangnya. "Kau ini tidak takut apa dimarahi oleh komandan Tigreal? Baru saja kemarin kau dimarahi olehnya." Celoteh Fanny.
"Hey, aku hanya membuat sebuah percobaan untuk memeriahkan festival! Tapi siapa sangka hasilnya mengejutkan sekali." Balas Kimmy membela dirinya.
Fanny memutar bola matanya, "dan percobaanmu itu hampir melukai Gwen! Lihatlah itu!" Fanny menunjuk patung hiasan kolam yang sudah menjadi icon di tempat itu yang sekarang hanyalah semen yang mencair. "Kau merusak patung yang sudah berdiri lama disini! Kau beruntung bertemu denganku, jika Tigreal tau... Mungkin sekarang kau sudah menjadi gelandangan."
"Hey ucapanmu terlalu berlebihan!" Titah Kimmy.
"Sudah-sudah berhenti berkelahi!" Sela Guinevere, "yang terjadi sudahlah terjadi. Tinggal kau bertanggung jawab atas tindakanmu." Ucap Guinevere pada Kimmy.
Kimmy hanya menghela nafas gusar. "Baiklah!" Kimmy berjalan kearah kolam, "aku hanya tinggal menggeser benda ini--- eeeerrggghh!!"
Guinevere dan Fanny saling bertatapan sekilas lalu kembali menyaksikan teman mereka sedang berusaha untuk mendorong patung air mancur tersebut. Berbagai arah Kimmy lakukan demi patung itu bergerak, hasilnya nihil.
"Ah sial patung ini sama sekali tak bergerak!" Makinya putus asa. Akhirnya dia terduduk di pinggir kolam dengan bertelanjang kaki. "Ya sudahlah... aku siap menjadi gelandangan..."
Guinevere dan Fanny saling tersenyum gemas dengan sikap pasrah Kimmy. Guinevere menatap Granger yang sembari tadi diam di belakangnya, gadis itu memberi kode kepadanya seperti untuk meminta tolong.
"Hey, Kau ini Kimmy yang kukenal atau bukan si?" Guinevere melontarkan pertanyaan membuat gadis berambut pirang runcing itu menatapnya bingung. "Kimmy yang kukenal tidak langsung menyerah seperti ini, dia juga adalah gadis yang kuat!"
Fanny pun ikut duduk disamping Kimmy sambil menompang sahabatnya itu, "benar. Kimmy yang kukenal tidak akan buntu di tengah jalan." Fanny tersenyum seraya memberi semangat.
"Huh kalian.... benar-benar nenek sihir yang jahat!" Kimmy kembali ceria sekaligus terharu. Dia bangkit dengan semangat api yang membara.
Beberapa saat kemudian ketiga gadis beserta satu lelaki tersebut berhasil memindahkan patung kolam yang sudah tak layak disebut patung itu. Dengan kondisi bagian atasnya meleleh mengenaskan membuat Kimmy merasa sangat bersalah, perasaannya kini tercampuk aduk sekaligus penuh dengan kerendahan dalam dirinya. Berapapun kali mencoba dan merevisi tetap saja hasil jauh dari kata sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfiction"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...