Pagi hari yang cerah menyinari Moniyan Empire, angin pagi seperti biasa selalu menusuk kulit manis dari sang gadis Baroque. Matahari telah bangun dari tidurnya, semua orang langsung beramai-ramai melakukan aktivitas rutin.
Hanya seorang gadis bangsawan Baroque saja yang masih menggeliat di kasur queen size-nya.
"Nona Baroque, ini sudah pagi."
"Emm.... 5 menit lagi Michelle...." balas Guinevere dari dalam selimutnya.
Guinevere pun melanjutnya aktivitas tidurnya---tetapi ditengah aktivitas tidur, ada rasa janggal dalam diri Guinevere. Tidak seperti biasanya Michelle membiarkan dirinya melanjutkan tidur, apa lagi jika Guinevere membalut seperti kepompong seperti ini harusnya Michelle sudah mengeluarkan kekuatannya untuk membangunkan Ms. Violet.
Rasa penasaran membuat Guinevere keluar dari selimutnya dan menatap kearah sumber si pembangun tersebut.
Manik merah
Itulah hal pertama yang Guinevere lihat.
Sebuah manik merah di dalam kegelapan kamarnya.. Dengan proposi badan yang cukup besar. Guinevere hampir saja berteriak jika si pemiliki manik itu tak menampakan dirinya.
Dan, yang benar saja.
Guinevere terdiam.
"Selamat pagi, nona."
Sebuah teriakanpun menggema sampai keluar rumah bangsawan Baroque, bahkan pedagang yang baru keluar saja keluar dari rumah itu hampir saja menjatuhkan gerobak miliknya saking terkejutnya.
Mendengar teriakan tersebut sang tuan muda Baroque bersama Michelle segera mendobrak pintu kamar Guinevere.
"Ada apa, Gwen!?"
Dengan posisi menutup tubuhnya dengan selimut, Guinevere menunjuk kearah sumber yang membuat Guinevere berteriak.
"Granger? Kenapa kau disini?" Tanya Lancelot.
"Menjaga nona." Jawabnya singkat.
"T-tapi... Kenapa sampai masuk ke kamar...?"
"Saya baru disini dari pukul 4 pagi."
"APA?!" Guinevere terlonjak kaget, "KAU BANGUN JAM 4 HANYA UNTUK MASUK KE KAMARKU DAN MELIHATKU TIDUR?!"
Dengan tatapan dingin. "Saya menjaga anda."
Guinevere hampir saja lepas kendali jika tidak ditahan oleh Michelle. Lancelot segera mengajak Granger pergi keluar untuk mencari udara segar.
"Granger, aku tahu kau ingin menjaga Guinevere. Tetapi caramu ini terlalu berlebihan." Lancelot geleng kepala, "kau 'kan bisa menjaga dari luar kamar."
"Tidak. Keselamatan nona Guinevere yang paling utama." Balas Granger dingin.
"Iya aku mengerti maksudku kau tidak usah seperti it---" belum selesai Granger langsung memotong,
"Nona Guinevere tidak aman, banyak yang mengincarnya."
Lancelot terdiam mendengar perkataan Granger ia mengubah posisinya untuk berhadapan pada pria berjubah hitam tersebut.
"Berapa orang?" Tanya Lancelot pelan.
"Saya tak yakin."
"... Kalau begitu, selidikilah pelan-pelan." Lancelot menepuk bahu Granger sebelum pergi meninggalkannya.
Perlahan tapi pasti, suara hentakan sepatu berasal dari belakang. Semakin lama suara sepatu itu semakin besar dan.... Sepertinya pemilik sepatu itu melompat.
Dengan reflek Granger bergeser ke kanan dan tentu saja, pemilik suara tadi tidak lain adalah majikannya sendiri. Mukanya yang memerah bagaikan tomat saking kesalnya.
"Kenapa kau malah menghindar?!" Tanya Guinevere sewot.
Ya, Guinevere baru saja 'ingin' menendang Granger. Tapi sayangnya pria itu sudah menyadarinya.
"Aku benar-benar ingin menghancurkan wajahmu sampai penyek!!"
Saking emosinya, Guinevere mengumpulkan energi Magenya tepat di tangan kanan. Perlahan sebuah bola berwarna violet berkumpul di tangannya tersebut, Guinevere seperti tidak menyadari bahwa dia mengumpulka energi sihirnya terlalu banyak.
Segeralah dia melepaskan tinjunya kearah Granger---pria itu bahkan tak bergeming sama sekali.
Rasakan itu!
Sayangnya tak sesuai ekspetasi. Posisinya sudah terbalik, bahkan Guinevere tak sadar sedikitpun bahwa kini, posisinya terpojok.
Guinevere bersandar di tembok sementara tangan kanan telah di kunci---oleh pengawalnya sendiri. Tangan kanan Granger menahan tinju Guinevere sementara tangan satunya lagi ia tempel ke tembok.
Ya, Granger melakukan kabedon.
"Apa-apaan..." gumam Guinevere.
Mata merah... Semerah darah milik pria berponi putih, menatap tajam ke manik emerald milik gadis Baroque.
Mereka saling bertatapan dalam waktu cukup lama, Guinevere bisa merasakan dadanya berdetak dengan keras. Tubuhnya sangat sulit untuk dipertintahkan, seolah lawan di depannya telah merantai dirinya.
"Kekuatan anda..." Granger membuka suara, "sangat berharga, anda harus menjaganya."
DEG
Tidak seperti biasanya...
Tidak seperti biasanya Granger berbicara lembut seperti ini, nada yang sangat lembut membuat Guinevere terus terpukai menatap wajahnya.
Sampai tidak sadar pelayan setianya sudah memperhatikan mereka dari tadi,
"Ehem! Sarapan anda bisa dingin, lho." Ucap Michelle mencairkan suasana.
Granger segera melepas Guinevere, sang gadis masih terdiam untuk mensingkron otak dan jantungnya terlebih dahulu.
Guinevere menatap tajam Granger---tetapi tatapan pria itu lebih tajam, membuat Guinevere kembali membuang muka.
"Iyaaaa, aku sudah sangat lapar!" Guinevere melewati Granger dengan kesal.
Dirinya sudah tidak ingin menatap Granger, cara Granger memperlakukannya membuat emosi Guinevere teracak.
Aku sudah tidak mau peduli lagi! Bodo am---
"Maaf."
Guinevere terhenti.
"Saya minta maaf... Atas sikap saya hari ini." Seru Granger datar.
Guinevere membeku beberapa detik, dia kembali berjalan meninggalkan lorong.
Setelah pintu lorong tertutup... Guinevere sontak berjongkok sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Michelle sampai bingung dan memanggil majikannya beberapa kali,
Guinevere menyembunyikan wajah panasnya, jantungnya terus berdetak dengan kencang. Guinevere sendiri bingung pada dirinya, kenapa pula dia harus seperti ini hanya karena si pengawal dingin itu?
Curang....
Cara kau memperlakukanku... Sangat curang, Granger!
- shinoncat
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfiction"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...