Tetesan Langit

446 44 4
                                    

⚠️ SEDIKIT PERINGATAN ADA ADEGAN UNTUK PEMBACA BERUSIA 18 TAHUN. YANG MASIH DI BAWAH UMUR DIMOHON KEBIJAKANNYA, YA ⚠️

 YANG MASIH DI BAWAH UMUR DIMOHON KEBIJAKANNYA, YA ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Ayah... Ayah telah meninggal dunia."

Hening. Tidak ada satupun suara yang keluar, bahkan jam dinding keberadaannya berada di ruangan sebelah dapat terdengar dengan jelas.

"Kakak... Bicara apa si...? Bercandamu kelewatan, pasti Ayah sedang berada di kamarnya ya? D-dia pasti kelelahan dan langsung ke kamar untuk beristirahat---"

Ucapannya terhenti, melihat dari ekspresi kakak dan ibunya itu berati tidak ada candaan atau kebohongan dari berita yang diberikan oleh kakaknya Lancelot. Bahkan Guinevere kembali memastikan dengan menatap para pegawai di rumahnya termasuk Michelle, sembari tadi menundukan kepala tanpa melihat sama sekali.

"Bohong kan....? Itu semua bohong.... Kan?" Tanya Guinevere menahan isak tangis.

".... Pemakaman akan dilakukan hari ini. Ganti pakianmu." Ucap ibu Baroque dengan suara serak, dia harus terlihat tegar di depan anak-anak serta para pegawai. Karena sekarang beliau harus menggantikan posisi sang ayah.

"Ibu! Ini bohong kan?! Kakak hanya sedang bercanda kan?!" Seru Guinevere tidak bisa menerima kenyataan.

Ibu Baroque menghiraukan puterinya, dia terus melangkah menjauh dari pandangan Guinevere. Guinevere pun melepas tangisannya dengan sangat keras.
Sementara Granger tidak bisa berbuat apa-apa selain menatap sendu Guinevere yang sedang di peluk oleh kakaknya.

...

Sorenya di pemakaman umum, hari itu cuaca sedang tidak bersahabat. Deras air dari langit jatuh membasahi Moniyan, Guinevere menatap kosong baru nisan milik sang ayah tanpa memperdulikan ujung pundaknya yang tidak terkena payung seutuhnya.

Para kerabat mulai membubarkan diri setelah masing-masing memberikan doa untuk almarhum. Ibu Baroque mendekati buah hatinya untuk membicarakan hal serius.

"Guinevere sayang." Panggilnya.

Guinevere menoleh tanpa ekspresi maupun balasan.

"Pernikahanmu dengan putera Paxley harus segera di laksanakan, nyonya Paxley akan segera datang ke rumah kita bersama calon suamimu." Ucapnya ibu Baroque.

Entah kenapa ucapan yang di lontarkan oleh ibunya cukup menusuk dada Guinevere, rasanya sangat sesak, bahkan darahnya terasa mendidih. Disaat Guinevere sedang berduka, kenapa ibunya masih memikirkan soal pernikahan? Apa tidak ada kata lain untuk menghibur dirinya?

Guinevere menatap tajam ibunya seperti menatap seorang musuh. "Apa ibu sekali saja tidak membicarakan soal ini? Apa kau tidak lihat aku sedang sangat terpuruk setelah ayah pergi?"

Jangan Ikuti Aku! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang