"Malam ini kita akan kedatangan tamu penting. Guinevere, ibu mengharapkan perilaku baikmu. Tunjukan sikapmu sebagai anak bangsawan Baroque." Ucap nyonya Baroque tegas.
Guinevere tak membalas maupun menghiraukannya, dia terlalu sibuk memainkan bola sihirnya. Sebenarnya gadis itu merasa terheran, situasi pasca penyerangan dadakan membuat kota Lumina masih dalam status waspada. Dan dengan mudahnya si tamu ini yang entah berasal dari mana mampir dengan santai untuk meminum teh di rumahnya.
Menyanggah pun mustahil yang ada dia akan mendapat banyak ceramah yang tak ada habisnya.
"Siapa tamu kita ini, ibunda?" Tanya Lancelot penasaran.
"Lebih baik tidak perlu tahu. Untuk berjaga-jaga dari sesuatu hal yang tak terduga." Nyonya Baroque melirik kearah putrinya.
Lancelot berdeham seraya tahu apa yang dimaksud oleh sang ibu, jika tebakannya benar maka dia harus bersiap dengan sesuatu yang mungkin akan terjadi nanti malam.
Guinevere merasa jenuh, tidak ada sesuatu yang dapat dia lakukan saat ini sampai seterusnya. Ingin menemui teman-temannya pun itu tidak mungkin karena Guinevere yakin mereka berdua lebih sibuk ketimbang dirinya yang hanya berleha-leha.
Dari pada hanya duduk dan bernafas, Guinevere memilih untuk bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari rumah menuju halaman belakang.
Gudang peralatan kebersihan, itulah tujuannya. Gadis itu menaiki tiap anak tangga untuk mencapai atas. Namun sayangnya tempat itu sepi, sama sekali tak menunjukan sosok yang selalu bersamanya.
Aneh, pikirnya. Hari masih petang namun sang adam tak menunjukan diri di zona nyaman, bahkan kontraknya masih panjang sebelum benar-benar di pulangkan.
Tak boleh egois dia juga punya urusan sendiri.
Sang gadis mendekus, dia kembali menurunu anak tangga dengan perasaan kecewa. Di luar, Guinevere mengedarkan pandangan melihat seluk beluk pot tanaman yang tertata rapih.
Lebih baik Guinevere menghabiskan waktu sampai malam hari tiba dengan membaca buku seputar sihir zaman dahulu....
"Masih belum ada kabar tentang Fanny?" Tanya Granger kepada para pria beramor.
Salah satu dari mereka menggeleng dengan ekspresi putus asa. "Kami sudah mencari ke seluruh kota, bahkan kami sudah mencari ke tempat biasa beliau kunjungi. Namun nihil!"
Tigreal menghela nafas gusar sembari memijat kening, pekerjaannya sudah sangat banyak dan sekarang sang adik hilang entah kemana. Padahal baru saja kemarin gadis itu sempat berpamitan untuk berpatroli, namun malam itu dia tak kunjung kembali.
"Kemarin hujan lumayan lebat jadi tidak ada satupun warga yang keluar dari rumah." Ucap Granger.
Seorang pria berbadan kurus terlihat seperti warga biasa mendekati Granger. "Permisi tuan, apakah anda salah satu anggota Lightborn?" Tanya pria itu.
Granger menanggapinya. "Ya, ada yang bisa kubantu?"
"Anu... Kemarin saya sepertinya sempat melihat nona Fanny."
Spontan Tigreal langsung berdiri dan mendekati pria tersebut. "Ceritakan pada kami!"
Pria itu sempat terkesiap dan mulai bercerita. "Kemarin, saya keluar untuk membeli obat. Di tengah perjalanan saya seperti mendengar suara mesin yang biasa nona Fanny gunakan jadi saya mendongak dan itu benar adalah dia! Kemarin hujan lumayan lebat sehingga penglihatan saya kurang baik, tapi saya ingat betul beliau memasuki gang." Akhir sang pria dengan detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfiction"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...