"K-kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Guinevere was was.
Tiba-tiba saja Granger mendekatinya dengan aura menekam seperti bersiap untuk menghabisi sesuatu yang ada di depannya. Guinevere berfikir apa dia salah berbicara atau sesuatu yang membuatnya yang menjadi seperti ini. Tapi mana mungkin seorang pengawal berani untuk melawan majikannya.
"Mereka selalu disini.. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapat apa yang mereka mau." Ucap Granger dibalik mantelnya yang menutup mulutnya.
Guinevere mengangkat sebelah alisnya bingung dengan maksud dari perkataan Granger. Siapa yang mereka maksud ini? Tujuan apa yang mereka inginkan? Semua itu menjadi seribu pertanyaan dan rasa penasaran untuk Guinevere.
Saat Guinevere hendak berbicara, Granger menimpa duluan. "Ini sudah menjelang malam, sebaiknya anda segera kembali ke dalam rumah."
"Tunggu! Aku tidak akan beranjak dari sini sebelum aku tahu siapa mereka yang kau maksud." Balas Guinevere tegas,
"Anda harus masuk."
"Tidak mau."
"Ini sudah menjelang ma---"
"Aku tidak peduli!"
Terkadang Guinevere akan menjadi sangat keras kepala jika dia belum menemukan jawabannya walau harus membahayakan dirinya. Bahkan kakaknya sendiri harus mengalah demi keselamatan adiknya sendiri, mau tidak mau.
"Aku benar-benar tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kau memberitahuku. Well, aku tidak peduli kau mau pakai cara apapu---....." seketika perkataan Guinevere terhenti saat suara cekrekan pistol tanda pengisian peluru. Kewaspadaan gadis Baroque tertuju pada pengawalnya, matanya terbelalak saat Granget sudah memegang sebuah pistol.
"Wowowo.... Tunggu! A-apa yang kau lakukan?!" Tanya Guinevere waspada.
Bukannya jawaban, malahan pistol itu ditodongkan kearah Guinevere. Sepertinya Granger melakukan cara diluar nalar untuk meladeni majikannya yang keras kepala. Tentu Guinevere mematung di tempat, ingin berteriak pun rasanya tak bisa karena peluru itu pasti sudah menebus kepalanya duluan.
Guinevere mengangkat kedua tangan, "o-o-oke! Aku akan menurut! Aku akan menurut!" Serunya berulang kali.
Sayangnya Granger sama sekali tidak mengurungkan niatnya, dia tetap menodongkan pistol kearah Guinevere. Jari telunjuknya sudah berada di pelatuk pistol, hanya tinggal menekannya sebuah peluru akan keluar dan menebus apa saja yang ada di depannya. Sialnya Guinevere tak berkutik sama sekali saking ketakutannya, dia hanya memejamkan mata pasrah menunggu ajalnya tiba---
DOOORRR
....
....
"A-apa aku sudah mati....?"
"Anda masih disini." Jawab Granger.
Guinevere membuka matanya perlahan. Lalu dia memeriksa sekujur tubuhnya. 'Masih utuh' pikirnya.
"K-kau tidak menembakku?" Tanya Guinevere lirih.
"Saya tidak mungkin menembak nona Baroque." Balas Granger datar, dia memasukan pistolnya ke dalam kantung pistol dibalik jubahnya.
Guinevere jatuh terduduk, kakinya sudah tak kuat menahan tubuhnya. Rasanya seperti di teror oleh segerombolan serigala yang sudah siap menyantap mangsanya. Tapi, jika Granger tak menembakinya lalu dia menembak apa? Tidak mungkin dia menembak hanya untuk menakuti Guinevere.
Terdengar sebuah raungan kesakitan di belakang Guinevere, suaranya sangat serak dan tak mungkin ini adalah suara hewan liar. Guinevere memberanikan diri untuk menengok ke belakang. Dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fiksi Penggemar"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...