"Makanannya enak juga." Gusion berkomentar untuk memecahkan keheningan.
Guinevere membalas dengan anggukan sekali sambil tersenyum tipis. "Tentu saja karena Michelle yang masak."
Lalu hening kembali, hanya terdengar suara piring beradu dengan pisau dan garpu dan percakapan antara orang tua di ruangan sebelah yang samar samar terdengar.
"Emm... Setelah ini apa kau mau berjalan-jalan di tamanmu?" Tawar Gusion.
"Tentu... Ya! Boleh..!" Gadis Baroque sedikit kikuk dengan senyum terpaksa.
Gusion mengetahui itu, namun dia terpaksa terus mengikuti skenario yang dibuat oleh kedua orang tuanya hanya demi keuntungan marga Paxley. Pria itu melirik kearah Granger yang sembari tadi diam mengawasi dengan mata tertutup,
Dia tidur sambil berdiri? Gusion penasaran sampai terus-terusan fokus terhadap Granger.
"Aku tidak tahu kalau kau memiliki ketertarikan terhadap pria." Celetuk Guinevere.
Gusion terkesiap dan segera menggeleng cepat. "Aku ini normal!" Serunya dengan wajah bersemu malu.
Sang gadis terkekeh kecil. "Aku hanya bercanda." Guinevere meletakan pisau dan garpu di tempat semula lalu beranjak dari bangku. "Ayo, kita jalan-jalan sekarang."
Gusion mengamini, setelah melahap satu suap dia meletakan asal garpu dan pisau. Menyadari sang majikan akan pergi, Granger berniat untuk mengikuti namun Guinevere menatapnya seperti memberi kode untuk tidak perlu. Akhirnya Granger menurut dan memilih untuk pergi.
...
"Wow, kau memiliki taman yang luas dan penuh dengan pot bunga." Ujar Gusion membuka obrolan.
"Tentu saja, karena ibu sangat suka dengan berbagai jenis bunga. Jadi, taman ini wajib dipenuhi oleh tanaman bunga sampai aku tak sanggup menghitung dengan jari." Sahut Guinevere seraya berjalan menuju kolam air mancur.
Dia duduk pada tepi kolam diikuti oleh Gusion. Keduanya saling menatap langit malam yang hanya dipenuhi oleh bintang-bintang tanpa sinar bulan.
Gusion melirik kearah Guinevere dengan perasaan canggung, lalu mencoba untuk membuka mulut. "Emm... Ini sangat mendadak ya."
"Aku sudah diberitahu dari jauh hari sebelum ayahku meninggal. Jadi aku sudah mempersiapkan diri sewaktu-waktu dipertemukan oleh calon suamiku." Guinevere melipat kedua tangan di depan dada dan menatap Gusion. "Tapi aku tidak menyangka bahwa si Paxley yang selalu dibicarakan oleh ibuku adalah kau."
Gusion menanggapi dengan tawa kecil, "kau sangat tenang ya, Gwen."
Dari pada dibilang tenang, Guinevere lebih memilih dengan kata pasrah. Mengikuti semua kemauan sang ibu tanpa memikirkan perasaan dirinya, Guinevere sudah tidak peduli.
"Bagaimana dengan Lesley? Apa dia tahu?" Tanya Guinevere.
Pria itu terdiam sejenak sebelum menjawab. "... Begitulah, bahkan dia bersikap biasa saja atau mungkin tak peduli."
Guinevere jadi teringat dengan Granger, bisa dibilang bahwa posisi mereka sama. Mengetahui kebenaran pahit dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
"Aku sangat menikmati makan malam hari ini, katakan pada Michelle kapan-kapan buatkan daging panggang saat aku datang lagi." Ucap Gusion, pria itu bangkit dari duduknya dan menghadap ke Guinevere.
"Kau sudah mau pulang?"
"Ya, lagi pula aku sudah mengantuk."
Lantas Guinevere ikut berdiri dan berkata. "Kalau begitu akan kuantar sampai depan pintu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfiction"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...