"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!"
Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya!
Apakah...
Ruangan besar dengan sebuah meja bundar ditengah sebagai tempat para petinggi melakukan rapat atau pertemuan disana.
"Apa tidak apa-apa acaranya kita undur beberapa hari?" Tanya seorang pemimpin kerajaan Moniyan tidak lain puteri Silvana.
Seorang pria berkacamata bersurai hitam tersenyum ramah pada sang puteri, "saya tak keberatan. Lagi pula, acara besar ini harus dipersiapkan dengan matang."
Silvana mengangguk, "saya sangat senang anda menjadi pastor untuk acara ini. Mengingat pastor sebelumnya entah kenapa tidak bisa dihunungi."
"Saya merasa terhormat puteri memilih saya." Pria tersebut menyeruput teh hangat yang sudah disiapkan. "Aku dengar saat acara berlangsung, orang-orang akan melepas sihir mereka sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur agar kelak mereka akan senang. Apa itu benar?"
"Ya, itu benar." Balas Silvana ramah, "selama mereka tidak menggunakan sihir untuk membahayakan orang lain."
"Wah, itu sangat menarik! Saya tak sabar menantikan acara nanti."
Silvana terkekeh, "kita lakukan yang terbaik demi rakyat. Terima kasih sudah memberikan waktu anda, Divus."
Divus tersenyum lebar, matanya perlahan terbuka dan menampilkan warna manik yang berbeda. "Saya tidak akan mengecewakan anda.."
...
"Michelle! Aku ingin mengadakan pesta teh sekarang!" Seru Guinevere dari arah taman.
Michelle yang saat itu sedang mengelap meja taman terhenti, saat majikannya meminta sesuatu yang sangat mendadak.
"Kenapa tiba-tiba anda ingin mengadakan pesta teh?" Tanya Michelle kebingungan.
Guinevere segera mendekati pelayannya lalu berbisik, "kau tau sendiri 'kan, jika aku mengadakan pesta teh itu berati tidak boleh ada satupun laki-laki yang berada di area pesta nanti."
"Anda bermaksud untuk lepas dari pengawasan tuan Granger, ya...?" Michelle geleng kepala dengan kelakuan majikannya. "Hah... Anda akan mengundang nona Kimmy dan Fanny... Benar?"
Guinevere mengangguk mantab, "akan kutunggu di tempat biasa!" Guinevere segera berlari pelan meninggalkan Michelle, sedangkan Michelle sendiri tersenyum dan segera menyiapkan semua kebutuhan pesta teh.
Tidak butuh waktu lama, para maid menyiapkan peralatan teh dan tidak lupa dengan sedikit cemilan. Sedangkan sang gadis Baroque tengah berjongkok memandangi bunga kesukaanya, tak berselang lama dua perempuan dengan warna rambut mungkin hampir sama telah datang sambil membawa sebuah bingkisan. Tidak heran, apa lagi kalau isinya bukan cemilan manis yang dijual di pasar.
"Yo! Gwen!" Sapa seorang gadis tomboy bernama Kimmy.
Guinevere memalingkan wajahnya dari bunga-bungan, "cepat sekali kalian datang!" Sahutnya antusias.
"Mumpung lagi gak ada kerjaan. Kebetulan aku juga ingin mengobrol santai." Kata Fanny duduk duluan.
Guinevere segera menyusul kedua temannya, ia mempersiapkan teh yang terbuat dari bunga. Yup, teh bunga mawar ungu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.