"Ahahahaha!"
"Guinevere! Jangan terlalu jauh!"
"Ayo kak, tangkap aku!"
Dua bersaudara saling bermain kejar-kejaran di padang rumput yang amat rindang dan sepi. Hembusan angin meniup rumput panjang membawa aroma khas dari tumbuhan tersebut, serangga kecil saling bertebangan dan merayap di salah satu daun.
Seorang bocah laki-laki berusia 9 tahun tengah berusaha mengejar sang adik perempuan. Ya, mereka sedang bermain kejar-kejaran.
"Gweeen! Kau dimana? Ayolah, jangan bersembunyi hari sudah petang!" Teriak sang kakak.
Si gadis kecil Guinevere bersembunyi dibalik batu besar. "Hihihi, kak Lance pasti kesusahan mencariku."
Keseruan itu tak berlangsung lama. Dari balik semak munculah monster dengan wujud ular mengincar Guinevere. "H-hiiik...!" Monster itu merayap mendekati Guinevere kecil, "k-kakak...."
"Bisa-bisa aku kena marah Ayah dan Ibu... Anak itu juga merengek untuk ke tempat ini---"
"KYAAAAAAAK!"
"Guinevere!" Mendengar teriakan adiknya, Lancelot segera berlari menuju arah teriakan. Sesampai disana dia terkejut melihat monster ular yang amat besar kini melingkari adiknya. "Jangan sentuh adikku!"
"Kakak!" Guinevere menatap bahu kakaknya yang kini berada di depannya. Lancelot mengeluarkan pedang kayunya, "tidak apa-apa Gwen, Kakak ada disini!" Seru Lancelot.
Monster ular mengayunkan kepalanya menghantam Lancelot sampai bocah itu terpental menabrak batang pohon. "Kak Lanceeee!"
Tubuh Guinevere bergetar, dia sangat ketakutan. Tubuh monster itu perlahan melilit tubuh kecil Guinevere. Lalu, munculah bola-bola kecil berwarna violet di sekeliling Guinevere, tubuhnya pun ikut mengeluarkan cahaya violet. Guinevere bahkan tidak menyadari itu semua, dia hanya menangis sambil memanggil nama kakaknya.
Mulut sang monster terbuka dan langsung menyerbu Guinevere.
"Kak Lanceeeeee!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Hah!" Kedua manik emerald terbuka, nafasnya tersenggal-senggal, keringat membasahi keningnya. Guinevere terbangun dari tidurnya.
"Huaaaa... Aku ketiduran." Guinevere mencoba bangkit sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing, dia tersadar bahwa dirinya masih berada di kursi panjang. Seingatnya ia sedang mendengarkan permainan biola dari pengawalnya, Granger.
"Bisa-bisanya aku ketiduran karena mendengar permainannya. Hm? Selimut?" Guinevere baru sadar dirinya terselimut, kepalanya menengok kesana kemari mencari seseorang.
Granger berdiri dalam diam menatap kota Moniyan. Hembusan angin sore meniup rambut dan pakaiannya, matahari perlahan tenggelam untuk beristirahat dan akan digantikan dengan bulan.
"Hey!" Granger berbalik menatap majikannya yang kini mengambil posisi duduk, "jam berapa sekarang?"
"Mungkin sekitar jam 6 sore." Jawab Granger singkat.
Mata Guinevere melebar tak percaya. "Apa?! Aku tidur selama itu?! Kenapa kau tidak membangunkanku!"
"Anda terlihat sangat pulas." Jawab Granger lagi.
"I-itu karena permainanmu membuatku tertidur!" Pipi Guinevere sedikit memerah. Dia segera berdiri merapihkan gaun dan rambutnya. "Ayo pulang!"
Granger mengangguk, sebelum kembali Granger mengambil kembali selimut itu dan dikembalikan pada pemilik toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ikuti Aku! (END)
Fanfic"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pria dari keluarga Paxley. Kini mereka menyewa seorang pemain biola terburuk untuk menjaganya! Apakah...