[18] Tentang Cinta Kita

83 4 0
                                    

Selesai mandi dan berganti pakaian, Rian pun turun ke lantai dasar dimana tunangan dan saudaranya bercengkerama. Ia sengaja membuat kehadirannya nyata sehingga Asti langsung menghampirinya.

"Marah?", tanya Asti.

Rian tak menyahut. Ia mengambil minum lalu menuju ruang baca. Asti membuntuti.

"Kamu mau kita nikah. Tapi kamu selalu marah denganku biarpun intensitas kita ketemu jarang. Trus gimana keadaan kita kalau menikah dan tiap hari ketemu coba? Kamu bakal marah-marah kayak gini terus?"

"Kamu bisa mulai melakukan hal-hal yang tidak membuatku marah seperti yang akhir-akhir ini kamu lakukan ketika kuliah. Bersikap baik. Tidak tebar pesona. Berpakaian rapi dan sopan. Meskipun gamis dan kerudung lebar itu tampak agak berlebihan tapi setidaknya itu membuatmu menjaga jarak dengan laki-laki...", ujarnya.

Mata Asti melotot. Sungguh ia kehabisan kata-kata mendengar komentar tunangannya itu tentang perubahannya.

Ya, Asti dulu memang berbeda dengan Asti sekarang. Dulu dia tak mengenakan kerudung. Pakaian pun seksi. Suka tebar pesona kemana-mana. Sementara sekarang, Asti menutupi auratnya rapat dengan gamis dan kerudung lebar, lengkap dengan kaos kakinya. Dia bahkan membatasi pergaulannya dengan laki-laki, kecuali Rian yang memang sulit dilepaskan.

🍀🍀🍀

Jika bisa mengulang waktu, Asti ingin menghapus jejak masa lalunya. Sungguh, dia merasa tak ada baik-baiknya!

Dulu, aktivitasnya kebanyakan diisi dengan hal-hal unfaedah yang berujung pada kemudharatan. Asti merasa, seperti orang yang mengendarai mobil tanpa tujuan lalu berputar-putar di jalanan tanpa tentu arah. Buang-buang waktu dan tenaga saja. Sia-sia!

Maklumlah, kala itu dia hanya remaja labil yang belum memahami tujuan hidupnya di dunia. Dia tak pernah mempertanyakan, dari mana asalnya, mau apa di dunia ini dan akan kembali kemana setelah kehidupan dunia ini??

Mungkin itu pula lah sebabnya ia lupa bahwa setiap perbuatannya di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Termasuk perkara cinta!

🍀🍀🍀

4 tahun lalu...

Rian datang ke rumah Asti. Setelah 2 tahun pergi tanpa sekali pun menghubunginya. Rian menghindarinya tanpa memberi kejelasan hubungan mereka.

Saat itu, Asti heran mengapa laki-laki di sekitarnya suka sekali menyiksanya dengan ketidakpastian. Dulu, Bagas pun membuatnya kalang kabut. Terus menerus berada di sampingnya sejak mereka SMP, namun tak pernah sekali pun bilang suka apalagi cinta. Padahal Asti dan orang-orang di sekitar mereka, bisa melihat dengan jelas bagaimana Bagas menyukainya. Tapi bagaimana Asti membalasnya jika tak dijelaskan dalam kata?? Asti pun sama seperti perempuan lainnya, ingin mendapatkan kepastian. Akan dibawa kemana hubungan mereka nantinya? Tetap menjadi sahabat saja ataukah melangkah lebih dari itu??

Lepas dari Bagas, kini ketidakpastian hubungan Asti malah semakin parah! Rian jelas-jelas mengikatnya dengan hubungan serius. Tunangan. Tapi tindakannya juga sangat tak bertanggungjawab!

Bagaimana mungkin dia tak pernah sekalipun menghubungi Asti dalam dua tahun ini? Asti terus menduga-duga mengapa lelaki yang biasanya over protektif itu kini mengabaikannya? Apakah karena dia tahu hutang-hutangnya itu? Lalu apakah Rian membencinya dan berencana memutuskan hubungan mereka? Ataukah ini bentuk balas dendamnya? Menjadikan Asti korban ghosting?? Sampai lelah hati Asti menebaknya!

Tapi lihatlah. Rian berdiri di hadapan Asti dengan senyum berseri. Seolah tak ada yang terjadi.

Bahkan ketika mendengar kelakar Raka untuk putus dengannya, Rian dengan percaya diri mengatakan bahwa Asti tak bisa putus dengannya.

Asti marah. Ia merasa kalah!

Asti pun meluapkannya dengan mendorong dan memukul dada Rian.

Tapi...

"Nggak rindu aku?", tanya Rian sambil tersenyum.

Hati Asti sakit. Air matanya turun tanpa bisa ditahan.

Rian langsung memeluk Asti. Sekali, dua kali, Asti masih memukul lemah. Meski membenci Rian, tapi Asti menyembunyikan kepalanya di dada lelaki itu.

"Kenapa nggak pernah menghubungiku?", bisik Rian.

Apa?? Asti murka lagi mendengarnya!

Ia langsung mendorong Rian dan mengunci diri di kamar, melanjutkan tangisnya hingga lelah dan tertidur.

Saat bangun, Asti kira cuma mimpi bertemu Rian tadi. Tapi saat keluar, ia masih menemukan lelaki itu sedang duduk membaca di sofa.

"Sudah bangun?", tanya Rian lembut sambil menaruh buku yang dibacanya di atas meja. Ia mendekati Asti perlahan kemudian memeluknya.

Asti tak membalas pelukan itu namun juga tak menolaknya. Dia membiarkan Rian menyentuh wajah sembabnya kemudian merapikan rambut panjangnya.

"Masih marah?", bisik Rian di telinganya.

Asti diam. Jelas saja! Harusnya Rian tak usah tanya. Bagaimana coba, dia bisa menyingkirkan kemarahan dua tahunnya itu dalam sekejap mata?!

"Atau mau aku pergi aja?", tanya Rian lagi.

Asti masih diam. Tapi jemarinya bergerak memegang ujung baju Rian. Meski marah, dia tetap suka kehadiran Rian.

Rian tersenyum. Bagaimana pun orang jatuh cinta dengan cara berbeda. Ada yang langsung cinta pada pandangan pertama sepertinya. Atau juga karena terbiasa. Seperti Asti!

🍀🍀🍀

"Ya, harusnya sejak mulai baligh dulu aku menutup aurat dan tak berurusan denganmu dengan alasan apapun sehingga hidupku tidak kacau-balau seperti sekarang!", ucap Asti sambil pergi dari hadapan Rian.

🍀🍀🍀

*ditulis dengan cinta...💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang