"Ya, harusnya sejak mulai baligh dulu aku menutup aurat dan tak berurusan denganmu dengan alasan apapun sehingga hidupku tidak kacau-balau seperti sekarang!", ucap Asti sambil pergi dari hadapan Rian.
Kini giliran Rian yang mengikutinya. Tangan Rian mencoba menahan Asti. Dia tahu, saat seperti itulah Asti akan mengingat kesalahannya dulu!
"Sudah kubilang, jangan menyentuhku sebelum kita menikah...", Asti memperingatinya.
Rian mengangkat tangannya. "Oke, maaf...", ujar Rian. "Mari kita bicara..."
Asti menarik nafas panjang. Mencoba menyabarkan diri menghadapi Rian. Bagaimana pun hubungannya dengan Rian sudah terlanjur rumit.
Di satu sisi, dia membenci lelaki itu. Terutama setelah Rian mencoba melecehkannya. Tapi toh, itu juga bukan salah Rian sepenuhnya. Karena di sisi lain, Asti sadar, dia pun punya peran di sana.
Tidak menutup aurat. Pergaulan dengan laki-laki tak dibatasi.
Meski Rian adalah seseorang yang ingin menikahinya, namun harusnya Asti mawas diri untuk tidak menginjakkan kaki ke kamar lelaki itu!
Cinta memang fitrahnya ada dan melekat pada diri manusia sebagai salah satu potensi hidupnya. Namun bukan berarti bisa disalurkan secara bebas.
Sebagai manusia, kita sudah diberi Allah SWT potensi lain berupa akal untuk berpikir. Dengan bekal akal itu, manusia bisa memilah mana yang baik dan buruk sesuai standar hukum Allah SWT. Tapi jika ternyata potensi akal itu malah tidak digunakan, lalu apa bedanya manusia dengan binatang??
Sapi atau ayam mah, bebas! Beda dengan manusia yang serba-serbi kehidupannya diatur Yang Maha Kuasa agar bahagia tak hanya di dunia, namun juga bahagia dalam kehidupan setelah dunia ini, negeri akhirat.
Tidak boleh berdua-duaan dengan lawan jenis non mahram, karena nanti yang menjadi pihak ketiga adalah syaitan. Nah, berduaan saja tak boleh. Apatah lagi berpacaran??
Sudah sering ustadz-ustadzah mengatakan bahwa pacaran bisa menjadi pintu zina tapi banyak yang tak mengindahkannya, termasuk Asti. Alasannya apalagi jika bukan cinta?
"Jadi maumu bagaimana?", tanya Rian lagi. "Berpisah saja?"
"Aku nggak bilang pisah kan??"
"Lalu?"
Asti diam. Sebenarnya dia juga bingung. Apa yang diinginkannya dari Rian. Hubungan mereka terlanjur rumit. Putus akan sulit karena sudah melibatkan keluarga sejak lama. Tapi menikah segera pun, Asti benar-benar belum siap.
Padahal menikah muda bukan sesuatu yang aneh di kalangan pemuda-pemudi yang ingin menjaga dirinya dari zina. Tapi pasangan mereka rata-rata punya visi misi kehidupan yang sama. Ingin membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Ingin menciptakan generasi pecinta al qur'an yang akan memberi mahkota kemuliaan bagi orangtuanya.
Tapi bagaimana dengan ia dan Rian? Pertemuan mereka hanya dipenuhi pertengkaran demi pertengkaran pada hal-hal yang tak krusial.
Persoalan finansial memang bukan masalah buat mereka. Tapi bagaimana dengan pola hubungan nantinya?
"Pertama, tolong beri waktu. Bukan cuma untukku saja, Kak. Tapi juga waktu buat Kak Rian sendiri untuk berpikir panjang. Apakah menikahiku memang jawaban yang Kak Rian inginkan di masa depan? Apakah Kak Rian nggak akan menyesal dengan pilihan itu?", ujar Asti kalem.
"Kedua, aku pengen kita berdua mencoba mencari cara berkomunikasi dengan baik. Aku tahu, ada banyak hal tak menyenangkan di balik hubungan kita sejak memulai hingga sekarang. Tapi jika memang kita memutuskan untuk tetap menikah, mari mencari cara untuk saling menghargai dan saling percaya satu sama lain sebagai partner kehidupan"
"Ketiga, aku tahu, Kak Rian banyak terluka karena aku. Tapi aku juga sudah bertahan selama ini di samping Kak Rian, menerima semua kebencian untuk membayar kesalahan-kesalahanku dulu. Dan kupikir, itu sudah cukup, Kak! Jadi jangan memintaku membayar lagi dengan pernikahan yang dipaksakan begini..."
Wajah Rian kaku. Telinganya memerah. Baru kali ini ia mendengar Asti mengeluarkan uneg-uneg panjang lebarnya tentang hubungan mereka. Meski mengatakan tidak ingin berpisah, tapi toh Asti tetap tak ingin menikahinya!
🍀🍀🍀
*Ditulis dengan cinta...💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta
RomanceMenikahi Rian. Kalimat itu terdengar paling menakutkan bagi Asti. Asti Pradipta. Pikirannya tak sepolos penampilannya. Dia penuh perhitungan. Dan sangat menikmati perhatian. Rian Mahardika. Lelaki pendiam dengan seribu satu pesona. Kekurangannya c...