4 tahun lalu...
Ketika Asti lulus SMA dan Rian pulang, Bunda Rian menggagas liburan dua keluarga sebagai hadiah kelulusan Asti dan Raka. Asti sih senang-senang saja.
Tapi suasana hati Rian sepertinya tak baik. Rian bisa melihat pandangan Raka yang berbeda. Ia jelas menyukai Asti lebih dari teman. Dan Asti, entah tak sadar atau hanya seperti biasa, justru membiarkannya. Wajar saja jika orang-orang berspekulasi mereka menjalin hubungan spesial kan??
"Jika sekarang saja kamu memandangi mereka dengan mata laser begitu, bagaimana nanti?", Heidi menghampiri Rian yang diam-diam memandangi Asti dan Raka yang sejak tadi ribut mendiskusikan menu makan mereka.
"Nanti kenapa?", Rian bertanya balik.
"Kan mereka satu kampus..."
Rian terkejut.
"Asti sama Raka belum cerita?", kali ini giliran Heidi yang terkejut.
Melihat Rian meninggalkannya dan langsung menarik tangan adiknya, Heidi sadar ia telah memicu perang lagi.
"Kak...sakit", ujar Asti saat mereka sudah menjauh dari saudara-saudara mereka.
Baru Rian melepaskan tangannya.
"Kamu mendaftar di kampus mana?"
Tapi belum juga sempat dijawab, Rian sudah menyambung, "Sama dengan Raka?"
Asti mengangguk.
"Kamu suka Raka?"
Asti tersenyum geli. Abangnya juga pernah mengajukan pertanyaan serupa.
"Aku suka Kak Rian", sahut Asti sambil tersenyum. "Sukaaa...banget sama Kak Rian. Puas?"
"Kalau gitu ikut aku ke Jepang", ujar Rian dingin.
Asti waspada. Pasti ada sesuatu lagi yang membuat Rian marah padanya.
"Aku sudah punya rencana sendiri, Kak...", ujarnya hati-hati.
"Iya, tapi nggak harus dengan Raka", balasnya.
"Emang kenapa dengan Raka?", tanya Asti.
"Dia laki-laki..."
"Tapi dia kan adikmu...", mata Asti membelalak tak percaya saat menyadari maksud Rian. "Kak, kamu cemburu sama saudaramu sendiri?", Asti menahan tawa.
"Dia memang adikku tapi dia juga laki-laki, Asti. Dan dia menyukaimu...", suara Rian tak berubah.
"Tapi kami cuma berteman...", sahut Asti kalem.
"Ya udah, kamu ikut aku ke Jepang. Masih ada waktu untuk mendaftar di kampusku sampai awal bulan depan...", simpul Rian.
"Kaaak...", Asti panik!
🍀🍀🍀
Asti bangun keesokan harinya dengan pemandangan vila yang rusuh. Ayah Rian menanyai perihal Rian dan Raka yang tiba-tiba adu otot.
Tapi tak satu pun mau menjelaskan. Raya yang menyaksikan ikut mengunci mulut. Ia cuma bilang melihat mereka berkelahi saja tanpa tahu asal mulanya.
Wajah Rian dan Raka lebam. Raya yang menengahi pun turut kena getahnya. Dahinya membiru.
Heidi menarik Asti menjauh. "Kamu yakin nggak ada apa-apa sama Raka?", selidik abangnya.
Asti kaget. "Bang...", protesnya.
Heidi menarik nafas panjang. "Kalau aku aja bisa salah memahami kedekatanmu dengan Raka, bagaimana menurutmu dengan Rian?"
"Tapi Raka kan adeknya Rian. Aku nggak pernah nganggap lebih...", jelas Asti.
"Kamu enggak tapi Raka belum tentu...", ujar Heidi.
Asti terhenyak. Ya, selama ini ia memang sering mendengar Raka memintanya memutuskan Rian dan pacaran dengannya. Tapi ia pikir itu cuma kelakar saja.
"Mereka nggak akan berkelahi kalau Raka nggak suka kamu..."
Kalimat Abangnya membuat Asti syok. Ia sungguh tak menyadari perasaan Raka. Ketika pertama kenal, Raka bahkan bersikap tak ramah. Hanya karena Asti rindu Rian, ia terus menempeli Raka. Ia ingin tahu kabar Rian. Itu saja! Tak terpikir sikapnya ini malah menimbulkan salah sangka.
🍀🍀🍀
Asti mengobati wajah Rian. Bibirnya pecah. Rahangnya agak bengkak dan membiru.
"Aku suka Raka", ujar Asti tiba-tiba.
Rian menggertakkan gigi demi menahan marah. Wajahnya refleks berpaling sehingga tangan Asti tak bisa menjangkaunya. Asti menghela nafas. Kemudian memaksa wajah Rian kembali menghadapnya. Tangannya kembali sibuk mengolesi antiseptik di wajah tunangannya itu.
"Aku juga suka Raya", ujar Asti lagi. "Bunda juga Ayahmu..."
Rian masih diam. Sesekali mengernyit, menahan sakit.
"Aku menyukai mereka semua karena mereka adalah keluargamu. Kebetulan saja, Raka yang paling dekat denganku karena sejak dia pindah sekolah, kami pun jadi teman sekelas..."
"Kalau kamu nggak suka aku dekat dengan Raka, aku akan mencari kampus lain. Tapi aku juga nggak bisa ikut Kak Rian ke Jepang"
Asti selesai mengobati.
"Terserah...", sahut Rian sambil bangkit berdiri meninggalkan Asti.
Asti pikir, episode tentang Raka pun berakhir di sini. Tapi rupanya ia keliru!
🍀🍀🍀
*ditulis setelah edit sana-sini lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Cinta
RomanceMenikahi Rian. Kalimat itu terdengar paling menakutkan bagi Asti. Asti Pradipta. Pikirannya tak sepolos penampilannya. Dia penuh perhitungan. Dan sangat menikmati perhatian. Rian Mahardika. Lelaki pendiam dengan seribu satu pesona. Kekurangannya c...