[20] Kontemplasi Rian

79 5 0
                                    

"Ntar ikut program ini yaa...", Asti mengirim pesan pada Rian disertai pamflet digital. "Kita bisa mulai minggu depan", tambahnya lagi.

Kajian pra nikah?

Rian mengernyitkan keningnya. Rian meraih ponselnya kemudian menelpon tunangannya itu.

"Buat apa? Bukannya kamu tetap nggak mau menikahiku?", cecarnya agak marah begitu teringat tiga hal yang diinginkan Asti darinya kemarin.

"Kak, menikah itu perlu ilmu. Paling nggak kita jadi paham fikih pernikahan. Tahu tentang hak dan kewajiban kita masing-masing sehingga nantinya nggak ada yang terdzalimi", sahut Asti. "Lagian kapan aku bilang nggak mau menikah? Aku cuma minta diberi waktu...", kalimat kedua Asti mulai menunjukkan kegusaran.

"Waktu buat kamu cari alasan lalu melarikan diri?"

Asti menarik nafas panjang. "Ya Allah, kapan sih kita bisa ngomong tanpa saling marah? Dan kapan sih Kak Rian bisa percaya sama aku dan menghormati keinginanku?"

Giliran Rian yang menarik nafas panjang. Nampaknya Asti akan mengulang-ulang poin permintaannya kemarin.

"Jadi kamu mau aku melakukan apa?", dia nampak mengalah. "Ikut kajian pra nikah selama dua bulan ini?"

"Iya, bukan cuma Kak Rian yang ikut. Aku juga ikut. Selain kesiapan fisik dan finansial, kita juga perlu ilmunya. Jadi nanti kita bisa mendiskusikan keluarga seperti apa yang ingin kita bentuk di masa depan..."

Rian sedikit tersenyum mendengarnya. Entah kenapa, kata-kata Asti terdengar manis di telinganya!

🍀🍀🍀

"Apapun yang kita lakukan, niat merupakan salah satu hal yang terpenting", Ustadz Hamid memulai materinya. "Apalagi dalam menikah, niat yang tulus menjadi poin pertama yang harus ada, supaya mudah menentukan langkah ke depan dengan pasangan. Dan ini nantinya akan melahirkann visi yang jelas, untuk apa kita menikah? Kejelasan dan kesamaan visi antara calon suami isteri insya Allah akan melanggengkan pernikahan"

Rian mendengarkan materi hari itu dengan setengah hati. Ini kajian pertama yang diikutinya seumur hidup. Terus terang saja, dia tumbuh dalam keluarga yang tak terlalu religius. Sekolah di sekolah umum. Lingkup pergaulannya pun tak jauh berbeda. Selama ini, shalat lima waktu pun sulit baginya menjalankan.

Seingatnya, Asti pun begitu. Tapi sejak kuliah, Asti memang jauh berbeda. Dia mulai memakai gamis dan kerudung lebar saat keluar rumah. Bahkan meski di rumah sekalipun, dia sekarang tak akan menemui Rian tanpa pakaian super ribet itu. Juga tak mau lagi berduaan dengannya. Jika Rian berani memaksa, dia akan menyindir dengan perlakuan Rian padanya.

Karena itulah, mereka berangkat ke kajian pra nikah hari ini pun masing-masing saja. Sudah gitu, ternyata tempat duduknya pun terpisah. Rian merasa teralienisasi di ruang itu.

"Banyak orang yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur tetapi masih belum juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang"

Mata Rian melihat keadaan sekitar, mencari jejak Asti diantara peserta kajian yang mungkin hanya berjumlah sekitar lima puluh orang.

"Sebagai muslim yang memiliki rujukan hidup yang jelas, tentu kita tahu bahwa menikah itu karena ibadah. Visi pernikahan dalam Islam adalah menimba banyak pahala melalui aktivitas berumah tangga. Menjauhkan diri dan keluarga dari api neraka, dan akhirnya berusaha meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bila seseorang memiki visi seperti ini insya Allah hari-hari yang dilaluinya setelah menikah akan berusaha dihadapi sesuai dengan hukum-hukum Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil, Rasulullah SAW bersabda : "Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka atau perawan"

"Karena itulah, penting bagi setiap muslim untuk mempersiapkan dirinya sebelum menuju jenjang pernikahan. Antum bisa memulainya dengan memperbaiki akhlak sehingga bisa menjadi istri atau pun suami idaman. Lalu juga membiasakan diri dengan amalan-amalan wajib dan sunnah sehingga bisa dijadikan contoh baik bagi pasangan maupun anak-anak"

"Selain itu juga belajarlah untuk mengelola emosi dan kesabaran. Saat mengarungi bahtera rumah tangga, kita pasti akan menemui banyak permasalahan. Ingat, pernikahan merupakan ibadah terpanjang yang akan dijalani semasa hidup sehingga kita harus siap dengan segala risiko yang akan dihadapi"

"Karena itulah, kajian pra-nikah seperti ini sangat berguna bagi calon pasangan sebelum menikah untuk mendapatkan bekal terkait urusan pernikahan dan rumah tangga, pembagian antara pekerjaan publik dan domestik, dan lain sebagainya. Nah, itu dia beberapa hal yang harus diperhatikan para calon pasangan sebelum menikah. Semoga kita semua mendapatkan pasangan yang baik dunia dan akhirat"

Sepulang dari kajian itu, Rian berenang lama. Baru materi pertama saja, Rian sudah merasa tertampar! Seolah Asti ingin bilang, dia bukan tipe pendamping idaman yang diharapkan!

🍀🍀🍀

*ditulis dengan cinta...💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang