[8] Drama Horor tentang Kita

113 4 0
                                    

"Dari dulu Bunda tuh pengennya kalian segera nikah...", ujar Bunda Rian.

Nikah?? Asti menelan ludah. Kapan ia menyetujui ini? Kepalanya mendadak pusing. Ini pasti lagi-lagi ulah sepihak Rian!

Berkali-kali Asti menghubungi Rian. Tak diangkat. Amarah Asti hampir meledak dibuatnya. Rian pasti sengaja!

🍀🍀🍀


Tindakan impulsif pertamanya akibat tak direspon Rian adalah menelpon Raya, adik bungsu Rian. Tapi Raya malah sibuk mengolok-oloknya sampai Asti emosi jiwa lalu lupa tujuan awalnya.

Berikutnya, ia menghubungi Raka. Adik Rian nomor dua. Tapi Raka juga mengalihkan fokusnya. Dia malah bicara tentang teman-teman sekelas mereka. Dan satu ingatan tak nyaman pun berkelebat di benak Asti tentang Raka. Jadi ia buru-buru memutus sambungan telponnya.

Terakhir ia menghujani Rian dengan berbagai pesan di bermacam aplikasi. Whatsapp. Instagram. Facebook. Menyalurkan frustasinya dengan berbagai protes akibat tindakan sepihak Rian padanya. Tapi hingga detik-detik keberangkatan pesawat, pesan-pesan Asti seolah menguap di udara.

Rian benar-benar mengabaikannya!

Terpikir menelpon Abangnya, tapi Asti pun merasa usahanaya percuma. Heidi jarang memihaknya.

Jadi, dia memang harus pulang dan bicara langsung pada Rian!

🍀🍀🍀

"Jadi kan besok kita ke...", Hanin seketika berhenti bicara saat melihat Asti tampak sibuk mengemas koper kecilnya. "Mau kemana?", tanyanya heran.

"Pulang!", jawab Asti singkat.

"Mendadak banget?!", Hanin makin heran. Setahunya, bukan kebiasaan Asti untuk pulang kampung dadakan. Dia tipe manusia perencana. Jadi Hanin berasumsi, pasti ada sesuatu yang terjadi.

Lagipula sejak tunangannya berkunjung minggu lalu, Asti tampak gelisah.

"Iya, ada urusan di rumah...", sahut Asti singkat.

"Mau nikah?", tebak Hanin.

Asti menoleh. Wajahnya agak terkejut.

"Jangan memandangku begitu", ujar Hanin tak nyaman. "Mungkin karena aku duduk paling dekat dengan kalian, jadi...", dia tak melanjutkan perkataannya.

Asti menarik nafas panjang. Dia mengerti. Hanin pasti mendengar usulan menikah yang dikatakan Rian di Restoran.

"Ya. Mungkin dalam waktu dekat ini...", jawab Asti lemah. "Dadakan banget yaa??", ujarnya lagi sambil tertawa hambar.

"Memang baiknya segera menikah kan?", sahut Hanin cepat. "Apalagi kudengar kalian sudah lama bertunangan..."

Tubuh Asti kaku mendengarnya.

Beberapa hari ini, Asti tahu, sebenarnya Hanin, Emma dan Lia terus menunggu cerita tentang tunangannya itu. Asti paham, sahabat-sahabatnya itu tak sekedar kepo. Mereka mencintainya. Mereka hanya ingin memastikan ia tetap berjalan dalam koridor hukum syara.

Asti cukup paham bahwa hubungan lelaki perempuan itu tak harusnya bebas tanpa rambu-rambu. Interaksi perempuan dan laki-laki haruslah dalam batas tertentu yang diperbolehkan syariat. Pendidikan, kesehatan, pengadilan dan muamalah saja.

Sementara saat dua anak manusia berlainan jenis ingin berdekatan dalam hubungan cinta, mereka harus menjalinnya dalam ikatan halal.

Khitbah. Lalu menikah!

Tak ada pacaran. Juga tunangan!

Dan selama empat tahun kuliah di kampus dan tinggal di asrama yang sama, tak pernah sekali pun Asti membiarkan lelaki asing mendekatinya. Sedikit banyak, mereka mungkin kecewa ketika tunangannya datang tiba-tiba.

Asti khawatir dihakimi atas ketidaksesuaian isi kepala dan perilakunya itu! Dia over thinking sendiri!

"Iya. Kami sudah tunangan sejak tahun keduaku di SMA...", jelas Asti.

"Dijodohkan orang tua?"

Asti menggeleng. Akan lebih baik jika begitu skenarionya. Setidaknya dia bisa menyalahkan pihak lain jika ada hal tak menyenangkan terjadi.

"Kami pacaran sejak aku kelas 1 SMA. Dia kakak kelasku. Sebelum dia berangkat kuliah, kami memutuskan bertunangan...", jelas Asti.

"Oh ya??", Hanin terkejut. Asti tak pernah menceritakan masa lalunya itu. Dia selalu mengatakan, lebih baik mereka tak tahu seperti apa dia dulu!

"Aku bahkan nggak sadar kamu sudah punya seseorang yang ingin kamu nikahi sejak lama...", ujar Hanin lagi.

Asti tertawa. "Ahhh...aku juga kadang lupa tentang itu", gumamnya tak jelas. Tiba-tiba, kepalanya dipenuhi ingatan tentang drama horor pertamanya. Pertunangan mendadak mereka.

Dan kini, drama itu akan berulang. Seolah memunculkan sekuel dalam bentuk pernikahan mereka!

🍀🍀🍀

*ditulis sambil mengingat orang-orang tercinta...💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang