[11] Dua Tahun Tanpa Kita

91 4 0
                                    

"Udah, putusin gih Abangku. Trus pacaran aja sama aku...", canda Raka ketika dia main ke rumahnya.

Asti tertawa!

Ini bukan pertama kali Asti mendengar kelakar Raka.

"Dia nggak bisa putusin aku...", suara bariton yang tak asing di telinga itu muncul tiba-tiba.

Tawa Asti terhenti! Setelah dua tahun, akhirnya lelaki itu muncul juga di depan pintu rumahnya. Bahkan berani tersenyum manis padanya. Seolah tak ada jeda diantara mereka.

Bukannya mendekati, Asti malah berbalik pergi. Kakinya berlari cepat menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Rian segera mengikuti. Sementara Raka dan Heidi mengamati di belakang.

"Badai datang...", ujar Raka.

"Akan terjadi perang...", sahut Heidi.

🍀🍀🍀


Rian sebenarnya bisa dengan cepat menghampiri Asti. Tapi ia membiarkan saja demi menjauhi pandangan kedua saudara mereka.

Sampai depan pintu kamar, Rian menahannya. Asti mengibaskan tangan Rian.

"Mau apa kesini?", tanyanya ketus. Matanya menatap Rian dingin.

Rian tak langsung menjawab. Ia memandangi Asti lama. Sebenarnya ia cukup sering update kabar terbaru Asti baik lewat media sosial maupun saudara-saudaranya. Dalam hal ini, sahabatnya Heidi termasuk salah satu yang sering mengiriminya foto-foto Asti. Tapi melihat langsung begini pastilah berbeda.

Gadis itu sedikit lebih tinggi sejak terakhir mereka bertemu. Wajahnya pun lebih tirus.

Rian memegang bahu Asti dan kembali di dorong.

Rian terus saja mendekati Asti meski penolakannya makin keras.

"Nggak rindu aku?", Rian merayu.

Asti makin terlihat marah. Tangannya mendorong Rian lebih kuat. Sekali. Dua kali. Lalu bahunya mulai terguncang karena tangis.

Rian segera meraih tubuh Asti dalam pelukannya. Satu dua pukulan masih ia terima disela tangis gadis itu. Bajunya pun basah oleh air mata. Dan ingus Asti tentunya. Sepertinya Asti sengaja menjadikan bajunya lap.

🍀🍀🍀

Di kamar Heidi...

"Sudah baikan?", tanya Heidi sambil menyorongkan segelas air.

Rian tersenyum. Tapi Heidi tahu, itu artinya belum!

"Ahh...aku nggak ngerti kalian! Dari dulu juga sudah kularang. Kalian nggak cocok...", keluh Heidi.

Rian diam. Heidi kemudian menyadari sahabatnya ini juga bertambah kurus.

"Kemarahannya akan bertahan lama kan?", gumam Rian saat teringat tingkah tunangannya tadi. Saat ia pikir, Asti sudah memaafkannya, gadis itu malah masuk kamar. Meninggalkan Rian sendirian dan menyuruhnya pergi saja!

Heidi diam. Tapi kepalanya mengangguk. Adiknya lumayan pendendam. Tak mungkin dia membiarkan Rian yang sudah menyiksanya dua tahun tanpa kabar itu bisa kembali tanpa mendapat masalah kan??

"Dan dia berubah...", tebak Rian.

Heidi menarik nafas. Ini bukan pertama kali ada yang mengeluh tentang perubahan padanya.

"Kalian sama-sama berubah...", koreksi Heidi.

Giliran Rian yang menarik nafas panjang!

🍀🍀🍀

Rian datang bersama Heidi ke acara kelulusan Asti.

Teman-teman Asti sibuk berbisik.

"Oh, itu kan Kak Rian..."

"Ngapain Kak Rian kesini?"

"Adeknya kan lulus bareng kita..."

"Raka?"

"Enak yaa Asti, bisa lulus bareng pacar..."

Langkah Rian terhenti. Heidi yang menyadari reaksi Rian langsung berbisik, "Jangan bilang kamu percaya gosip ya?"

Tapi di depan sana, tampak Asti mencoba memasangkan dasi untuk Raka. Sementara Raka sendiri terus menggoda Asti dengan menarik-narik riasan rambutnya. Asti yang kesal mulai menendang kaki Raka. Raka lari dan Asti mengejar di belakangnya. Kedekatan Raka dan Asti, entah bagaimana membuat Rian tak nyaman.

"Udah, putusin gih Abangku. Trus pacaran aja sama aku...", kalimat Raka kemarin seperti bel peringatan yang berdentang keras di telinga Rian.

Heidi menarik nafas di sebelah Rian melihat kelakuan adiknya. Ia takkan menyalahkan Rian jika cemburu melihat pemandangan semacam itu. Dia sendiri pun juga pernah menyangka hal yang sama saat melihat kedekatan Asti dan Raka.

"Termasuk inikah perubahan itu?", tanya Rian.

"Kamu pergi 2 tahun tanpa menghubungi Asti sama sekali. Dan selama itu, Raka lah yang menjadi temannya...", Heidi mengingatkan Rian sambil menarik sahabatnya itu mendekati adik-adik mereka.

Menyadari kehadiran Rian dan Abangnya, Asti berhenti bermain dengan Raka.

Rian tetap tersenyum meski Asti menerima bunga di tangannya dengan wajah masam. Sepertinya gadis itu masih ingin marah meski levelnya tak lagi parah. Buktinya, Asti tak menolak saat Rian meraih jemarinya.

Di satu sisi, hati Rian senang saat kedua telapak tangan mereka bertemu seperti itu. Jarang-jarang Asti membiarkannya bersikap mesra di depan publik.

Tapi disisi lain, Rian pun tak tenang karena tunangannya itu lebih banyak bercanda dengan Raka di sebelahnya.

Seperti inikah Asti setelah dua tahun tanpanya?

🍀🍀🍀

*ditulis dengan cinta...💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang