[4] Love-Hate Relationship

170 7 2
                                    

"Mana cincinmu?"

Pertanyaan Rian memulai mimpi buruk Asti. Wajahnya yang pucat pasi membuat Rian berhenti tersenyum.

"Kamu menghilangkannya?", tebaknya.

"Ada kok...", Asti menjawab gugup. Tangannya serta-merta menarik kalung di balik kerudungnya. Ada cincin disana. Tanda pertunangan mereka enam tahun lalu.

"Kamu menyembunyikannya?", suara Rian meninggi.

Mata-mata di sekitar mereka memperhatikan. Asti panik. Bagaimana caranya ia menenangkan Rian? Saat marah, terkadang ia menakutkan!

"Kamu kan tahu, aku nggak apik memakai beginian. Daripada hilang dan kamu marah, makanya aku pakai begini...", jelas Asti dengan suara rendah agar tak tambah menarik perhatian.

"Yaa...karena kalau dipakai begitu, orang nggak bakal tahu kamu sudah punya tunangan kan?", lelaki itu bergeming dengan tuduhannya. Nada suaranya sudah naik beberapa oktaf. Wajahnya bahkan memerah. Jelas sedang menahan amarah!

"Kenapa sih selalu berprasangka begitu?", Asti juga mulai tersulut emosi.

Rian langsung berdiri kemudian berbalik pergi. Hanin, Emma dan Lia menghampiri Asti.

"Kenapa?", tanya mereka serempak.

Asti menggeleng, tak menjawab. Ia segera mengejar Rian ke parkiran.

"Kak...", Asti memanggil Rian yang sudah membuka pintu mobil. Lelaki itu sama sekali tak menggubris panggilannya.

Asti membenci keadaan ini. Sejak dulu Rian memang seringkali membuatnya serba salah. Tapi harus ada yang mengalah kan?

"Kak...please, setidaknya mari jangan bertengkar hari ini", permohonan Asti pun membuat Rian kembali!

🍀🍀🍀


6 tahun lalu...

"Datang sendiri-sendiri aja kenapa siih? Repot banget kalau aku harus mendampingi kalian terus?!", gerutu Heidi begitu keluar dari mobil.

Mereka bertiga berdiri di depan sebuah hotel berbintang demi menghadiri ulang tahun Yuda, sohib dekat Heidi lainnya.

"Biar nggak ketahuan...", ujar Asti kalem kemudian menggandeng abangnya.

"Kalian yang pacaran, aku jadi korban!", keluh Heidi.

"Psstttt...jangan nyaring-nyaring!", Asti kesal sambil mencubit gemas lengan abangnya.

"Auww...sakit tahu!"

Rian cuma tersenyum sambil geleng-geleng melihat kelakuan kakak beradik itu.

Ya. Niat Asti buat pacaran diam-diam di belakang Heidi nggak pernah kesampaian. Asti berdalih, dia butuh abangnya untuk melindungi diri jika tak ingin menjadi korban gosip satu sekolahan.

Apes bagi Asti, pesta ulang tahun itu kemudian berubah menjadi wadah bagi Yuda untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka di hadapan teman-teman mereka.

"Asti, aku udah lama suka sama kamu. Pacaran yuk...", ujar Yuda penuh percaya diri.

Dia cakep. Kaya. Dan sudah lama kenal Asti karena berteman dengan abangnya. Orang-orang juga tahu, sebelumnya Yuda memang sudah sering mengantar jemput Asti. Sepertinya ia punya peluang besar.

Sorak-sorai di sekitar mereka seketika gegap-gempita.

"Terima. Terima. Terima..."

Asti mendadak panas dingin. Terutama ketika melihat bunga mawar yang disorong Yuda di depan hidungnya.

Sementara di ujung sana, Heidi melongo. Dan wajah Rian menegang. Sama sekali tak menyangka bakal melihat adegan demikian.


"Terima. Terima. Terima..."

Asti dilema. Mau menolak di depan orang banyak, ia tak sampai hati. Bagaimanapun Yuda juga sahabat kakaknya dan Rian. Ia memutar otak.

Asti meraih bunganya. Tapi ia segera berbisik di telinga Yuda, "Bunganya kuterima sekarang. Tapi orangnya kupikirkan belakangan. Cuma yaa nggak ada jaminan..."

Yuda terkekeh. Dia suka Asti yang selalu sok jual mahal.

Suara tepuk tangan riuh bersahutan.

Pranggg!!

Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah. Mata Asti membelalak. Di ujung sana, tangan Rian tampak memerah!

🍀🍀🍀

Mobil Rian berhenti di depan Asrama Asti. Teman-teman Asti yang ikut di mobil itu mulai bersiap turun sementara Asti yang duduk di depan masih tertidur nyenyak.

"Asti, kita sudah sampai...", Hanin mencoba membangunkannya.

"Biar aku saja yang membangunkan dia...", ujar Rian.

Hanin dan Emma yang ikut mobil bersama Asti dan Rian saling melempar pandang. Tak rela membiarkan sahabat mereka itu hanya berduaan saja dengan Rian. Meski sudah bertunangan, tapi tetap tak sama dengan ikatan pernikahan kan?? Belum halal!!

"Ada yang mau diobrolin berdua juga sama Asti...", tambah Rian. Dia sengaja menekankan kata berdua agar mereka segera keluar dari mobilnya.

"Tolong jangan lama-lama yaa, Kak. Soalnya aturan Asrama putri agak ketat sama tamu laki-laki...", Emma beralasan.

Sejujurnya Rian agak tersinggung mendengarnya. Mereka tahu dia tunangan Asti tapi tetap membuatnya harus menjaga jarak. Namun demi kesopanan, Rian tetap mengangguk.

Dia paham. Konon anak-anak yang sedang hijrah itu memang kaku begitu! Dan Asti pun, sejak kuliah juga menjadi salah satunya!

Ketika kedua teman Asti keluar, Rian sama sekali tak membangunkan tunangannya.

"Ah...saat aku marah pun kamu masih bisa tidur nyenyak??", gumam Rian.

Tapi demi melihat perempuan berbalut gamis dan kerudung ungu yang terlelap di sampingnya itu, Rian pun menarik nafas panjang. Amarahnya seketika sirna.

Bagaimanapun, dialah pihak yang paling mencinta!

🍀🍀🍀

*ditulis sambil berharap segala cita-cita dan cinta terealisasi. Juga hal-hal baik akan terjadi di tahun baru ini... 💕

Atas Nama CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang