05.B

3.5K 161 1
                                    


"Bagaimana progress acara pernikahan kita sayang?" Tanya Leo seraya mengunyah makanannya.

Lily yang sedang menyendok pasta menghentikan gerakannya, Ia terdiam sejenak. "Sudah siap 20 persen, mas."

Leo menganggukkan kepala, 20 persen dengan sisa waktu lima bulan bisa dikatakan masih oke. "Apakah tidak apa-apa jika aku jarang menemanimu untuk mengurus pernikahan?" Tindakan ini salah satu cara Leo untuk mengurangi intensitasnya bertemu dengan Kate, Ia berniat sepenuhnya melupakan perempuan itu. Terserah jika dirinya dicap gagal move on.

Lily menatap Leo. "Tidak apa-apa Mas."

Leo menggenggam erat sebelah tangan Lily. "Terima kasih sayang, kamu selalu mengerti aku, selalu di sisi aku. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk pernikahan kita." Benar, Lily-lah pelabuhan terakhirku, masa depanku. Batin Leo menguatkan keputusannya.

"Aku juga Mas, aku berjanji selalu di samping kamu dan melakukan yang terbaik untuk pernikahan kita." Balas Lily seraya membalas genggaman tangan Leo.

Leo dan Lily tersenyum satu sama lain.

#

Kate menatap gedung pencakar langit di depannya dengan pandangan tidak yakin. Apakah yang aku lakukan sudah tepat? Batinnya.

Kate memberanikan diri melangkah memasuki gedung tersebut. Ia mendekati resepsionis. "Selamat siang Mbak." Sapa Kate.

Resepsionis itu pun menoleh pada Kate. "Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?"

Kate menggigit bibirnya ragu untuk menjawab. Ia menghela nafas sebelum berkata. "Saya ingin bertemu dengan Pak Leonardo Wirjawan, Mbak."

"Maaf, apakah Mbak sudah memiliki janji temu?" Tanya resepsionis ramah.

Kate menggeleng. "Tapi Mbak, apakah bisa membantu dengan menelpon terlebih dulu? Bilang saja Kate ingin bertemu, saya teman lamanya Pak Leonardo, Mbak."

Resepsionis terlihat ragu, tapi Ia akhirnya mencoba. "Baik Mbak, saya hubungi sekretaris Pak Leo dulu ya Mbak."

Kate mengangguk. "Terima kasih Mbak."

Resepsionis tersenyum lalu menghubungi sekretaris Leo.

____

Sementara di lain tempat.

Leo sedang fokus membaca beberapa dokumen yang harus ditandatanganinya. Hingga sebuah ketukan menginterupsinya. "Masuk." Ucap Leo.

Ulvi sang sekretaris muncul. "Maaf Pak, resepsionis bilang ada yang ingin bertemu, teman lama bapak namanya Kate."

Leo seketika menegang, tidak menyangka Kate akan menghampirinya. Jantungnya berdegup kencang hanya karena mendengar nama Kate. "Saya akan menemuinya, bilang resepsionis."

Ulvi mengangguk. "Baik Pak." Lalu berlalu dari hadapan Leo.

Leo memegangi dadanya yang tak kunjung berhenti berdegup kencang. Tenanglah... tenang. Ucapnya untuk menenangkan dirinya. Kita cari tahu apa maksud kedatangannya.

___

Resepsionis tersenyum pada Kate. "Mbak, silahkan. Saya antar ya."

Kate tersenyum membalas, walau begitu tidak kunjung membuang rasa ragunya.

Dalam perjalanan menuju ruangan Leo, Kate terdiam, ingin hatinya lari saja, tapi tak tega jika semua kerugian ditanggung oleh tim-nya, Kate menghela nafas.

"Mbak silahkan, kita sudah sampai di ruangan Pak Leo." Ucap Resepsionis.

"Terima kasih Mbak." 

"Kalau begitu saya undur diri ya Mbak." Pamit Resepsionis.

Kate mengangguk dan mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Kate berjalan ragu, ruangan Leo yang dikhususkan untuknya sangat luas, menambah kesan dingin. 

"Dengan Mbak Kate, ya?" Tanya seseorang yang diperkirakan Kate merupakan sekretaris Leo.

Kate mengangguk. "Benar Mbak."

Sekretaris Leo tersebut mengetuk pintu. "Permisi Pak, Mbak Kate sudah tiba."

"Masuk." Jawab Leo dari dalam.

"Silahkan Mbak." Sekretaris Leo mempersilahkan.

Kate meneguk ludahnya. Memantapkan hati untuk melangkah.

#

29 Desember 2021 - 10:35


Gagal Move On? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang