Ponsel Kate berdering, Ia merogoh kantung celana untuk mengetahui siapa yang menelpon. Tangan Kate bergetar karena yang menelpon adalah Leo.
Wajah panik Kate dilihat oleh Remi. "Siapa yang menelpon Kate?"
Kate gelagapan. "Ah.. ini... bukan... sebentar aku ke toilet dulu." Kate beranjak memegang ponselnya erat.
Setelah cukup jauh, Ia pun mengangkatnya. "Ha.. halo..." Suara Kate bergetar, takut.
Suara Leo yang terkekeh sinis terdengar, walaupun tidak melihat langsung, tapi Kate tahu. "Remi... Prana... Haruskah aku memberinya pelajaran, Kate?" Leo menyebutkan nama lengkap Remi.
Kate menelan ludah.
"Harus, Kate?" Tanya Leo lagi penuh intimidasi.
"Jangan..." Jawab Kate pelan.
"Cepat tinggalkan tempat itu, sekarang juga kamu ke kantor aku." Leo tetap dengan nada penuh intimidasi memerintah Kate.
"Oke... oke... aku kesana sekarang, jangan lakukan apapun pada siapapun.. Aku mohon..." Kate memohon dengan sangat.
"Semua tergantung kamu, Kate.. seberapa cepat kamu bisa sampai kantor aku." Jawab Leo.
Mendengar itu tanpa membuang waktu Kate segera berlari menuju meja tempat Ia menaruh tas yang juga tempat dimana Remi duduk.
"Kate?" Remi terkejut melihat Kate yang begitu tergesa-gesa.
"Aku pergi ya, ada hal penting. Aku yang akan bayar." Kate berlalu menuju kasir, dengan segera Ia membayar bill miliknya lalu melesat pergi tidak mempedulikan Remi yang menghampirinya dan terus bertanya.
"Kate... Kate... Hei!" Remi berteriak memanggil.
Kate segera menyetop taksi lalu menyebutkan alamat kantor Leo. Sepanjang perjalanan Kate diliputi kekhawatiran. "Pak, maaf bisa lebih cepat? Tolong Pak.."
"Iya Mbak, ini saya sudah berusaha secepatnya." Jawab Pak supir taksi.
Kate menggigiti kukunya, Ia benar-benar takut akan ancaman Leo di telpon.
20 menit kemudian akhirnya Kate sampai di pelataran kantor Leo. "Terima kasih Pak." Kate membayar ongkos taksi tidak lupa dengan tips untuk si bapak.
"Terima kasih Mbak!" Bapak supir berterima kasih atas tips lumayan yang diberikan Kate.
Kate berlari menuju kantor menghampiri resepsionis yang sama saat pertama kali ke kantor Leo dengan nafas terengah-engah. "Mbakh-"
"Mbak sudah ditunggu Pak Leo, silahkan naik ke atas." Resepsionis sudah tahu perihal kedatangan Kate lalu memberikan kartu akses untuk menaiki lift.
Kate menerimanya. "Terima kasih, Mbak." Jawab Kate dengan suara terengah-engah lalu menuju lift.
Kate menggigiti kukunya ketakutan saat lift sudah berjalan. Semoga aku tidak telat, semoga Leo tidak melakukan apapun. Doanya dalam hati.
Ting. Lift sudah berhenti di lantai tempat Leo berada, Kate tidak membuang waktu, segera menuju ke ruangan Leo.
Sekretaris Leo yang berada tepat di ruangan tidak Kate indahkan, Ia langsung saja membuka pintu dan menutupnya.
Kate menghampiri Leo. "Aku sudah secepatnya kesini." Nafas Kate terengah-engah.
Leo menatap Kate dengan pandangan yang tidak Kate mengerti, yang jelas ada amarah dalam tatapan itu. "Sepenting itukah lelaki itu, Kate?"
Kate menggeleng cepat. "Tidak seperti itu, aku hanya tidak ingin ada orang yang tersakiti karena aku."
Leo mengambil sesuatu dari laci meja yang berada disebelah kanannya, sebuah remot. Leo memencet beberapa tombol, lalu seluruh jendela yang berada di sekitar ruangan itu tertutup.
Kate memperhatikan bagaimana tirai-tirai itu otomatis menutup semua jendela, seketika ruangan hanya diterangi oleh lampu. "Le... Leo?"
Leo beringsut berdiri dari tempat duduknya sementara Kate berjalan mundur. "Aku tidak melakukan apapun pada lelaki itu, atau belum-"
Kate berhenti saat Leo mengatakan itu sementara Leo tetap berjalan mendekati Kate.
#
21 Januari 2021 - 15:21
