07

3.2K 145 2
                                    

"Tidak ada penolakan Kate." Tekan Leo.

"Pergi kamu, PERGI!!!!" Kate berteriak keras mengusir Leo.

"DIAM!" Balas Leo juga berteriak.

Kate menangis histeris, sedangkan Leo mengatur nafasnya, Ia benar-benar emosi pada Kate.

Hingga akhirnya Leo berjalan menjauh, Ia membiarkan Kate menangis sendirian. "Ini belum apa-apa Kate." Ucapnya sebelum benar-benar berlalu dari hadapan Kate.

Klik. Suara pintu tertutup bersamaan dengan perginya Leo, sementara Kate semakin tenggelam dalam tangisnya.

___

Leo berada dalam mobilnya, Ia geram pada Kate karena bagaimanapun Ia tidak bisa terlalu keras pada perempuan itu. Sialan. Desis Leo seraya memukul-mukul setir mobilnya.

Dalam keadaan emosi yang masih melingkupi hatinya, Leo menghubungi seseorang yang dipercayainya, Devon, tangan kanannya.

"Malam Pak." Sapa Devon dari telpon.

"Saya ingin kamu mencari sebanyak-banyaknya informasi mengenai Kate, termasuk orang yang dekat dengannya, rekan kerja, sahabat, dan lain sebagainya. Saya tunggu segera." Perintah Leo tanpa membalas sapaan Devon.

"Siap Pak."

Leo teringat hal lainnya. "Sewa beberapa orang untuk mengawasi Kate. Mulai detik ini juga dia harus diawasi."

"Siap Pak."

Setelah mendengar jawaban Devon, Leo segera menutup telponnya. Ia kembali menatap apartemen tempat Kate tinggal beberapa saat sebelum berlalu pergi.

#

Kate menatap dirinya di cermin, terdapat sisa kemerahan pada rahangnya akibat cengkraman Leo pada dagunya. Ketika dipegang rasanya sedikit ngilu, Kate sampai meringis.

Ia mengambil telpon genggamnya untuk memfoto dirinya sebagai bukti untuk menuntut Leo, Kate tidak menyerah, Ia akan melaporkan Leo atas perbuatan tidak menyenangkan terhdapnya.

Setelah mengambil beberapa foto, Kate membuat email baru dan menyimpan foto-foto tersebut, jaga-jaga bila dibutuhkan.

Kate menghela nafas lega, ponselnya berdering telpon dari Elle.

"Apakah keadaanmu sudah membaik, Kate?" Tanya Elle.

"Elle, aku izin beberapa hari, jika Mbak Lily meminta bertemu disaat aku sedang tidak ada, tolong minta Remi untuk menghandle semuanya, tolong juga untuk mengirimkan progress ke email aku." Alih-alih menjawab pertanyaan Elle, Kate malah meminta izin untuk tidak masuk. Ya habis bagaimana? Ia tidak mungkin juga datang ke kantor dalam keadaan babak belur seperti ini.

Elle menghela nafas. "Oke, tapi kamu belum menjawab pertanyaan aku, bagaimana keadaan kamu?" Tanya Elle kukuh.

"Aku.. Jujur saja tidak baik, aku butuh waktu untuk memulihkan diriku, Elle." Jawab Kate akhirnya.

"Baiklah aku mengerti, semoga keadaanmu membaik. Nanti sore aku ke tempatmu, ya." Elle khawatir dengan Kate.

"Tidak, jangan, tidak usah." Jawab Kate panik. Kate menarik nafas lalu mengeluarkannya sebelum menjawab kali ini dengan benar. "Elle, terima kasih atas perhatian kamu untukku, tapi maaf aku sedang ingin sendiri, sekali lagi terima kasih, kamu sudah begitu baik dan peduli terhadapku."

Elle menghela nafas, ingin memaksa agar Kate mengandalkannya tapi tak kuasa mengatakannya. "Tolong kabari aku sesegera mungkin saat kamu butuh. Aku serius Kate."

Kate tersenyum, Elle memang orang yang sangat baik. "Tentu Elle."

Sambungan telpon pun terputus.

Gagal Move On? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang