Mata Kate kembali ditutup saat masuk dalam mobil. Kate hanya pasrah mengikuti.
____
Karena matanya ditutup memudahkan Kate untuk tidur selama perjalanan. Ia terbangun karena merasakan guncangan pada tubuhnya.
Leo tidak membangunkannya, tetapi menggendongnya sampai Ia dibaringkan ke kasur.
"Sudah boleh dibuka penutup matanya?" Tanya Kate.
Leo tidak menjawab, tetapi Ia membantu Kate untuk melepaskan ikatan.
Butuh waktu untuk membiasakan matanya melihat sampai akhirnya benar-benar seperti biasa.
Tidak ada perbincangan antara Kate dan Leo, mereka memiliki fikiran masing-masing dalam kepala mereka.
"Aku mau mandi, boleh?" Tanya Kate meminta izin.
Leo mengangguk, Ia menuju lemari yang berada dalam kamar.
"Baju kamu dan aku ada dalam satu lemari. Baju aku di sisi kanan, baju kamu di sisi kiri. Handuk ada di dalam kamar mandi." Jelas Leo singkat mengenai pengaturan lemari.
Kate mengangguk. Ia mendekati lemari untuk mengambil pakaian ganti.
Sementara Leo masih berada tepat di depan lemari hanya bergeser sedikit.
Setelah selesai memilih pakaian yang akan dipakainya, Kate menutup lemari.
Ketika akan berjalan menuju kamar mandi, Leo menahan Kate lalu memojokkannya ke depan lemari. Leo memerangkap Kate.
Kate meneguk ludahnya. Ia menundukkan pandangannya.
Leo memegang rahang Kate membuatnya menatap Leo.
Leo semakin mendekat, memupus jarak diantara mereka.
Tangan Kate bergetar.
Sementara Leo semakin mendekat hingga bibir mereka bertemu.
Leo perlahan menyesap bibir atas dan bawah Kate dengan hati-hati. "Buka bibir kamu, balas aku."
Kate menurutinya, Ia perlahan membuka bibirnya membiarkan Leo semakin dalam menyesap bibirnya.
"Balas aku, belitkan lidah kamu pada lidah aku."
Kate kembali menurutinya, Ia membelitkan lidahnya pada lidah Leo.
"Nngghhh..." Desah Leo. Ia melepaskan tautan bibir mereka.
"Aku sudah boleh mandi?"
Leo mengangguk. Sebelum benar-benar melepas Kate, Leo mengecup keningnya.
Klik. Pintu kamar mandi ditutup dengan Kate berada di dalamnya.
Leo menelpon Devon sang tangan kanan.
"Sore Pak." Jawab Devon dengan sigap.
"Kamu sudah menyiapkan semuanya?"
"Sudah Pak, besok pagi rencana bapak bisa langsung dilaksanankan."
Leo mengangguk puas atas jawaban yang diberikan Devon. "Oke."
Telpon pun terputus.
Leo menatap kamar mandi beberapa saat. "Sebentar lagi Kate..." Ucapnya lirih.
#
Keesokan Harinya.
Kate terkejut karena saat membuka mata, Leo berada di kamarnya sedang menatapnya dalam. "Leo?"
Leo berjalan menghampiri Kate yang belum sadar sepenuhnya.
"Cepat bangun, bersiaplah. Hari ini kita akan pemberkatan pernikahan." Ucap Leo seraya menyelipkan beberapa rambut Kate ke belakang telinga.
Kate menegang. "Tidak... Ini tidak benar."
Emosi Leo perlahan meningkat karena Kate yang menyangkal. "Percuma menolak, kamu lakukan saja selagi aku baik."
"Untuk apa?"
"Tidak perlu bertanya, Kate." Leo sedikit menggeram. Kesal.
"Kata kamu, aku hanya akan jadi simpanan kamu. Simpanan tidak perlu dinikahi, Leo."
"Diam Kate, cepat bangun dan bersiap!"
"Tidak, aku tidak mau!!! Gila kamu!"
"KATE!!!! BISAKAH KAMU MENURUT SAJA, HAH!!!" Leo sudah tidak dapat menahan emosinya.
Kate menggelengkan kepalanya. Ia tetap bertahan.
Leo tidak tinggal diam, Ia menyeret Kate yang tidak mau menurut.
"Aku tidak mau! Aku tidak mau!!!!" Kate terus berontak dan berteriak menolak.
Leo sejenak diam. Ternyata Ia harus melakukan ini. Ia mengambil ponsel di saku lalu menelpon orang suruhannya. "Persiapkan diri kalian, bakar rumah Elle dan Remi."
Kate tercengang mendengar perintah itu. Tidak tanggung-tanggung perintah Leo, meminta dua rumah dibakar bersamaan. Memang dasar gila! Batin Kate berteriak.
Leo yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Kate tersenyum miring. "Benar Kate, aku tidak main-main. Kalau kamu tidak juga mau bersiap dalam lima belas menit kedepan, giliran kantor kamu yang akan aku bakar! Sudah kehilangan rumah, kehilangan kantor juga. Sangat menyengsarakan, bukan?!"
Leo berjalan keluar kamar, Kate menahannya. "Kenapa kamu melakukan semua ini? Kenapa kamu selalu saja melibatkan orang lain dalam masalah ini? Kamu akan menikah dengan Mbak Lily, tidak seharusnya juga kita menikah. Aku menerima jadi simpananmu, apa itu belum cukup? Kenapa tidak sekalian kamu bunuh saja aku, Hah?!"
Kate sudah lelah mengemis pada Leo untuk berhenti melibatkan orang lain pada permasalahan mereka.
"Tidak usah bertanya, Kate. Kamu selalu saja menentang apapun yang aku katakan!" Hardik Leo. "Bakar sekarang juga!" Perintahnya melalui telpon.
Kate mengangkat tangannya tanda menyerah. "Oke, oke... Aku lakukan apa yang kamu mau. Jangan dilanjutkan." Kate akhirnya mengalah saja mengikuti semua apa yang dimau oleh Leo.
"Tahan." Perintahnya pada orang suruhannya.
Leo menatap Kate. "Cepat bersiap."
Kate mengangguk pasrah.
#
Pernikahan sudah dilakukan, Kate dan Leo sudah resmi menjadi suami istri.
Kate tidak merasakan apapun pada pernikahannya, tidak ada kegembiraan, tidak ada kesedihan, hanya datar saja. Ia hanya melakukan ini agar Leo tidak bertindak lebih jauh.
"Kamu tidak mandi?" Tanya Leo yang baru saja keluar kamar mandi.
"Mandi." Kate bergegas ke lemari mengambil pakaian ganti dan segera memasuki kamar mandi.
____
Selesai mandi, Leo menepukkan sebelah sisi kasur yang kosong meminta Kate untuk menempatinya.
Kate menghela nafas lalu mengikuti.
Leo mendekap Kate, mengusap kepala dan mencium kening Kate.
Kate diam saja menerima perlakuan Leo.
Sampai akhirnya, Leo mulai mencium bibirnya dan meremas payudara Kate.
Kate tidak siap, Ia menegang. Leo menyadari itu.
"Rileks." Ucap Leo lirih.
Leo kembali melanjutkan gerakannya dengan perlahan, semakin lama semakin intens, panas dan dalam.
#
20 Februari 2022 - 10:55
