Kate serempak menutup kedua matanya, lucu. Aku mengecup kedua matanya yang tertutup, dia semakin menegang kaku. Ini bukan kali pertama kami dalam momen intim seperti ini, tapi dia masih saja kaku, namun entah mengapa aku menyukainya, menyukai dia yang selalu malu-malu.
"Buka matamu, kamu harus melihat bagaimana kita menyatu. Atau..." Aku bukan bermaksud mengancamnya.
Kate membuka matanya lebar, bibirnya mengerucut. Aku terkekeh dan menciumi bibirnya beruntun.
Jujur aku masih sedikit kesal padanya, tapi aku tidak ingin hubungan kami kembali mengalami kemunduran jika aku menunjukkan kekesalanku. Kate tidak boleh lagi merasa tidak nyaman dengan keberadaan aku.
"Aku cinta kamu." Ucapku.
Kate belum menanggapi atau membalasnya.
"Katakan, kamu juga mencintai aku." Titahku, walaupun aku ragu akan perasaannya padaku, aku hanya ingin mendengar pengakuan yang sama darinya.
Kate membuka bibirnya. "Aku cinta kamu." Jawabnya. Membuat aku tersenyum.
Entah benar atau tidak jawabannya saat ini, namun pada akhirnya hanya aku yang akan menjadi satu-satunya orang yang dicintai Kate, dan tentunya anak kami yang akan dilahirkan olehnya.
Aku mengecup seluruh permukaan wajah Kate seraya membuka pakaiannya. Aku sudah tidak tahan, semoga penyatuan kami kali ini membuahkan hasil.
"Sayang..." Aku benar-benar sangat tidak tahan.
Kate menutup matanya lagi, selalu seperti itu. Egoku terusik saat melihatnya terus melakukan itu. "Buka matamu."
Kate kembali membuka matanya. "Jangan ditutup lagi, tatap aku."
Kate mengangguk, aku mulai melakukan foreplay, Kate harus sama bergairahnya dengan aku.
"Nngghh..." Desahnya.
Aku tersenyum puas. Kini aku mulai bergerak ke inti percintaan kami.
#
Keesokan Harinya
Aku tidak ingin meninggalkan Kate secepat ini. Tapi ada pekerjaan yang mendesak dan... Orang tuaku yang meminta bertemu sepertinya karena sudah mengetahui pernikahanku dan Kate.
Aku memang sengaja tidak menutupinya, justru aku senang, orang tuaku harus menerima pilihanku. Kate sudah menjadi bagian dari diriku. Kami tidak akan pernah terpisah lagi.
Sebelum pergi aku mengecup kening dan bibirnya. Berat rasanya, aku masih ingin memeluknya.
"Sayang... Aku pergi."
_____
"Tolong siapkan nanti akan ada terapis yang datang." Ucapku pada asisten rumah tangga kami sebelum benar-benar pergi.
"Baik Pak." Jawabnya.
#
Ponselku berdering, telpon dari Papa.
"Dimana kamu?" Ucap beliau setelah aku mengangkat telpon.
"Perjalanan ke kantor, Pa." Jawabku.
"Ke rumah, Papa tunggu!" Papa tidak ingin dibantah.
"Siang Pa, ada yang harus dikerjakan di kantor." Jawabku jujur.
"Oke. Papa tunggu."
____
Siang Harinya
Sebelum pergi ke rumah, aku menelpon salah satu penjaga yang berada di rumahku dan Kate.
"Terapis sudah datang?"
"Sudah, Pak."
"Oke."
Aku menutup telpon setelah memastikan Kate sudah mendapatkan perawatan.
#
Begitu pintu rumah dibuka, Papa dan Mama terlihat sudah menungguku.
"Siang Pa... Ma..." Ucapku menyapa.
"Batalkan pernikahan kalian, pernikahan itu tidak sah!" Teriak Mama frustasi.
Aku menghela nafas dan menutup mata belum menjawab
"Lancang kamu bertindak sejauh ini! Tunangan kamu itu Lily! Kenapa kamu malah menikahi perempuan tidak jelas itu, hah!" Papa menambah panas suasana.
Aku mengepalkan tanganku erat. Perempuan yang Papa katakan tidak jelas itu adalah istriku, aku sebagai suaminya tidak terima jika Kate di cap begitu sekalipun itu oleh orang tuaku sendiri. "Leo tidak akan membatalkan pernikahan dengan Kate. Dia bukan perempuan tidak jelas, dia istriku. Sekalipun Papa dan Mama tidak menerimanya, aku tidak peduli." Ucapku dengan tegas. Orang tuaku harus menyetujui pernikahan aku dan Kate sekalipun itu dengan terpaksa.
#
15 April 2022 - 21:52
Asik update lagi, hehe... Semoga bisa terus update dengan konsisten.
Terima kasih yang sudah membaca dan mendukung cerita ini. Sekali lagi terima kasih... Dukungan dari teman-teman membuat saya semakin semangat! ❤️