15

3.9K 146 33
                                    

Lily termenung dalam berbagai fikiran yang berkecamuk dalam benaknya. Banyak pengandaian yang Ia bayangkan. Jika saja Kate tidak kembali, pasti dirinya dan Leo akan tetap menikah, Mamanya tidak tertekan dan tidak akan terbaring tidak sadarkan diri di UGD. Seandainya...

"Lily..." Panggil Leo, Ia menyodorkan sebuah minuman dalam kemasan untuk Lily.

Lily tidak menanggapi atau menerima, dirinya terus menundukkan kepala. Kenapa hal ini harus terjadi padanya? Kenapa Leo tidak memilihnya? Apa dirinya tidak lebih baik dari Kate? Apa yang perempuan itu punya hingga sampai hati Leo melakukan ini padanya?

Leo duduk di sebelah Lily. "Aku minta maaf... Untuk semua kejadian tidak terduga hari ini."

Hening. Lily belum memberi tanggapan. 

"Aku sudah menelpon Papamu, mengabarkan. Beliau dalam perjalanan kesini." Ucap Leo lagi. Setelah mengatakan itu, Ia berdiri dari duduknya untuk menelpon Kate.

Lily menahan pergerakan Leo. "Mas... Apa kata maaf kamu merubah semua keadaan ini?" Tanyanya seraya menatap Leo dalam dan intens.

Leo balas menatap Lily iba. Ia menyadari semua kekacauan ini akibat ulah cerobohnya. Sungguh, Ia tidak berharap Lily merasakan perasaan menyedihkan seperti ini.

"Kamu tidak memberi aku kabar, aku tidak bisa menghubungi kamu dan menemui kamu. Sekalinya kamu datang, kamu memberi aku kabar bahwa kamu membatalkan pernikahan kita dan... Sudah menikahi perempuan lain. Karena semua itu, Mamaku sekarang terbaring tidak sadarkan diri, Mas... Kamu... Tega."

Mendengar semua itu membuat Leo semakin dilanda perasaan bersalah.

Suara derap langkah kaki yang terdengar panik terdengar menghampiri mereka. "Lily... Mama bagaimana keadaannya?" Tanya Papa Lily dengan suara terengah-engah baru saja tiba. 

Lily menatap Leo tajam sebelum menjawab. Leo menutup matanya, Ia menyadari kesalahan fatalnya yang membuat perempuan selembut dan sebaik Lily bisa memberikan tatapan setajam itu. 

"Tanyakan saja pada Mas Leo, Pa." Jawab Lily.

Papa Lily merasakan ada sesuatu yang terjadi, putrinya tidak pernah seperti ini. "Leo... Ada apa ini?"

Leo membalikkan tubuhnya menghadap Papa Lily. "Sebelumnya saya mohon maaf dengan sangat, Om. Semua biaya perawatan serta kompensasi lainnya akan saya berikan dan tanggung." Leo mengambil nafas. "Saya... Yang menyebabkan Tante tidak sadarkan diri." 

"Apa maksudnya?!"

"Sekitar dua jam lalu, saya datang ke rumah untuk memberitahukan jika saya ingin membatalkan pernikahan dengan Lily." Jawab Leo jujur, Ia sudah siap menerima konsekuensi apapun atas pilihannya.

Bugh. Tinjuan menyambangi pipi kiri Leo, membuatnya tersungkur. "Kamu benar-benar brengsek! Laki-laki yang tidak bisa dipercaya perkataannya!" Hardik Papa Lily.

Semua mata orang yang lalu lalang, tidak terkecuali dokter dan perawat memperhatikan mereka.

Lily membuang pandangan wajahnya ke arah lain, walaupun Ia sangat ingin membantu Leo untuk membersihkan lukanya atau sekedar memepan lelaki itu, tapi perasaan sakit di hatinya membuatnya hanya diam.

"Pergi kamu dari sini. Simpan uang kamu, keluarga kami tidak membutuhkan apapun dari kamu!" Usir Papa Lily.

Leo menganggukkan kepala, Ia menyadari kehadirannya hanya akan membuat situasi memanas. "Sekali lagi, saya mohon maaf. Semoga Tante lekas sadar dan pulih."

Dengan perlahan Leo meninggalkan Lily serta Papanya menuju bagian administrasi untuk mengurus pembayaran. 

Setelah bertanya pada beberapa perawat yang lalu lalang, akhirnya Leo sampai. "Permisi... Tolong rincian biaya perawatan untuk pasien di ruang UGD atas nama Ibu Sally." Ucap Leo pada seorang staf administrasi.

"Baik Pak, saya periksa terlebih dahulu."

Leo menganggukkan kepala.

"Saat ini pasien yang berada di ruang UGD hanya Ibu Sally Ong." Jawab staf menyebutkan nama Ibu Lily.

"Benar, berapa biayanya Sus?"

"Dua juta rupiah, Pak."

Leo mengangguk lalu mengeluarkan kartu debitnya pada staf administrasi tersebut. "Tolong tagihan atas nama Ibu Sally Ong untuk terus diberikan kepada saya."

"Baik Pak, atas nama Bapak siapa?"

Leo ragu-ragu untuk menyebutkan namanya. "Bisa saya tidak memberikan nama?"

Staf tersebut pun mengangguk. "Bisa Pak."

#

Seperti biasa, Kate duduk seraya memandangi kebun serta pemandangan ditemani secangkir teh. Meskipun jenuh, Ia berusaha menikmatinya.

Suara langkah kaki terdengar, itu pasti Leo. Tidak biasanya lelaki itu pulang telat seperti hari ini.

Kriiikk... Suara derit pintu kamar yang Kate sudah hafal itu terdengar.

"Sayang..." Suara Leo terdengar lirih dan lemas.

Reflek Kate menoleh ke arahnya.

Leo tersenyum lembut, terlihat dengan jelas gurat kesedihan pada wajahnya.

Apa yang terjadi? Tanya Kate dalam hati.

"Hari ini... Kamu menyambut aku pulang, meskipun hanya menoleh... Aku sangat senang." Ucap Leo bertolak belakang dengan raut wajahnya yang sendu seraya melakukan kebiasannya saat pulang dari manapun, mengelus rambut Kate.

Leo menghembuskan nafas dalam dan berat. "Hubungan kita... Tidak akan menjadi rahasia lagi... Aku bisa bilang pada dunia, bahwa kamu milikku, aku milikmu."

Kate tidak mengerti maksud perkataan Leo.

"Siang tadi aku ke rumah Mama Papa dan ke rumah Lily..."

Jantung Kate berdegup begitu kencang. Tidak mungkin... Tidak mungkin... Batinnya. Seketika pandangan matanya perlahan meredup lalu menggelap, hanya suara teriakan Leo yang terakhir kali Ia dengar.

Kate tidak sadarkan diri.

#

04 Juli 2022 - 11:09

Akhirnya bisa update lagi, hehe.

Gagal Move On? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang