Elle menghampiri Kate dengan raut wajah tidak enak. "Kate.."
Kate menyadari ada hal yang tidak baik terjadi, Kate membawa Elle duduk di sebuah sofa untuk dua orang di ruangannya. "Ada apa? Apa terjadi kesalahan teknis?" Kate gugup, kesalahan teknis merupakan hal yang Ia hindari. Tidak ingin mengecewakan klien.
Elle menggeleng. "Aku tidak enak mengatakannya."
Hal itu semakin membuat Kate gugup. "Katakan saja, Elle."
"Pihak Mbak Lily bersikeras meminta kamu untuk mengurusi acaranya. Aku sudah mengatakan jika Vin juga tidak kalah kompeten dalam mengurus, tapi sayangnya mereka tetap memaksa." Elle menghela nafas.
Kate tidak habis fikir. Kemarin Lily memang tidak mengindikasikan jawaban menerima atas pengunduran dirinya.
"Aku minta kamu pertimbangkan hal ini, Kate. Pihak Mbak Lily meminta ganti rugi 2x lipat jika kamu tetap tidak ingin mengurus acaranya." Pinta Elle.
Kate menghela nafas. Ia tidak boleh egois dengan mementingkan egonya, dalam hal ini Ia tidaklah sendiri, ada Elle, Vin, Remi dan beberapa karyawan lain yang menggantungkan rezeki mereka pada usaha ini. Menanggung rugi 2x lipat bukanlah opsi yang bagus untuk usaha mereka. "Baiklah, aku akan mengurusnya."
Elle memeluk Kate, bahagia. "Terima kasih Kate, aku dan Vin akan berusaha sebaik mungkin mengerjakan proyek Mbak Razka dan Mas Tommy. Maafkan aku ya, aku mengerti perasaanmu mengenai proyek itu, tapi ya.. sekali lagi, maafkan aku."
Kate balas memeluk Elle. "Tidak apa-apa, Elle. Aku mengerti posisimu."
#
Kate tidak datang sendirian, Ia bersama Remi memenuhi janji temu dengan Lily.
"Aku sudah mendengar cerita dari Elle, sepertinya tidak mudah menangani klien ini." Ujar Remi, mereka sudah sampai di tempat yang dijanjikan tengah menunggu kehadiran Lily.
Kate menggeleng. "Tidak kok, Mbak Lily baik, orangnya menyenangkan."
Remi tidak menanggapi.
Lima menit kemudian Lily datang dengan Leo disampingnya.
Sementara Kate dan Remi sedang berbincang akrab, Leo yang melihatnya mengepalkan tangan. Tidak suka.
"Sudah menunggu lama Mbak?" Tanya Lily sesaat setelah Ia duduk.
Kate baru saja menyadari kehadiran Lily dan Leo. "Tidak kok Mbak, oh iya kenalkan ini rekan kerja saya yang juga akan mengerjakan event Mbak Lily, Remi."
Remi menundukkan sedikit kepala. "Remi, Mbak.. Mas." Ujar Remi ramah memperkenalkan diri.
"Halo Mas Remi. Saya Lily dan ini Mas Leo, calon suami saya." Lily turut serta memperkenalkan Leo pada Remi.
Setelah perkenalan singkat itu, mereka kembali membicarakan mengenai acara pernikahan Lily dan Leo.
#
Selama perbincangan Leo hanya diam, tapi terang-terangan menatap Kate.
Setiap kali pandangan Kate dan Leo bertemu, dengan cepat Kate mengalihkan pandangannya.
"Mbak, aku mau pakai bunga asli sebagai hiasan menuju altar hingga sampai di altar." Lily mengutarakan keinginannya.
Kate mencatat detail tersebut. "Baik Mbak."
"Kami pastikan bunga dalam keadaan segar Mbak." Remi ikut menimpali.
Lily tampak senang. "Terima kasih, Mas."
Kate merasa haus, Ia mengambil air mineral didepannya. Saat akan membuka segel air mineral itu Ia kesusahan sampai akhirnya Remi yang inisiatif membukakan. "Terima kasih, Remi."
"Sama-sama, jangan sungkan." Balas Remi.
Hal itu tidak luput dari perhatian Lily dan Leo. Jika bagi Lily hal sederhana yang dilakukan oleh Remi merupakan hal yang romantis, berbeda dengan Leo yang melihatnya tidak suka.
"Sayang..." Panggil Leo pada Lily. Ketika Lily menoleh ke arah Leo, tanpa diduga Leo mencium bibir Lily mesra.
Mata Lily terbelalak, begitu pula dengan Kate dan Remi yang tidak menyangka melihat kejadian itu. Reflek, Kate dan Remi memalingkan wajah.
"Mas, ih!" Lily malu karena tindakan intim Leo yang tiba-tiba terlebih dilakukan di depan orang lain, jika hanya berdua saja Ia akan habis-habisan membalas perlakuan manis Leo ini.
Sementara Kate dan Remi menjadi salah tingkah.
"Kira-kira ada lagi yang Mbak Lily ingin diskusikan?" Tanya Kate berharap jawaban Lily tidak sehingga Ia dan Remi bisa segera pergi.
Lily menggeleng. "Tidak Mbak, terima kasih atas waktunya. Aku senang banget karena Mbak Kate tetap menjadi event planner aku." Pandangan mata Lily beralih ke Remi. "Terima kasih juga Mas Remi, mohon bantuannya ya Mas." Ucap Lily ramah.
"Sama-sama Mbak, kalau begitu kami pamit dulu ya Mbak, Mas." Ujar Kate seraya membereskan barang-barangnya dibantu Remi.
"Sini aku bawakan tas kamu." Ujar Remi yang sudah membawa tas Kate.
Lagi-lagi, tindakan sederhana Remi mendapat perhatian dari Lily dan Leo, masih dengan penafsiran yang sama.
"Kami pamit ya Mbak, Mas." Pamit Remi.
Setelah menundukkan kepala sekali, Kate dan Remi berlalu, sesekali terlihat mereka bercanda sambil berjalan keluar kafe.
Beberapa kali Kate mengelus pundak Remi, hal itu tak luput dari pandangan Leo yang sudah mengeraskan rahang serta mengepalkan tangannya erat, Ia benci melihat Kate yang akrab dengan laki-laki lain dihadapannya. Sial! Kesalnya dalam hati.
#
"Lily ramah, tapi Leo.. Aku tidak suka dia!" Ucap Remi seraya menyetir mobil kembali ke kantor.
Kate diam saja walau mendengar.
"Berada di sebelah tunangannya tidak membuat pandangan matanya terjaga, dia selalu saja memandang kamu terang-terangan!" Remi kesal.
"Wajar saja kan dia beberapa kali melihat aku, dia kan duduk di depan aku, Rem." Kate tidak ingin Remi berfikiran macam-macam.
"Aku dapat membedakannya Kate, dia tertarik pada kamu." Remi menampik.
Kate menggeleng, tidak setuju. "Itu tidak benar." Kate meluruskan.
Dia bukan tertarik pada aku, tapi membenci aku. Ucap Kate dalam hati.
Remi tidak berkata lagi.
Kate memandang ke arah jendela, samar terlihat pantulan dirinya di kaca jendela. Aku turut berbahagia atas rencana pernikahanmu. Akhirnya kamu telah mendapat seseorang yang jauh lebih dari aku dalam berbagai hal. Doaku terkabul. Kate berkata dalam hati dan tersenyum, lega.
#
Leo kembali aneh hari ini, semakin menguatkan kecurigaan Lily ada sesuatu antara Leo dan Kate.
"Maaf Mas, aku mengganggu waktu kamu, ya." Lily mengalah lagi.
Leo menggeleng, Lily tidak salah karena justru dirinya yang mengajak Lily untuk bertemu dengan Kate. Ia mengira hari ini dirinya dapat membuat Kate merasa tidak berharga atau cemburu, setidaknya. Nyatanya semua niat itu menguap seketika, dirinyalah yang merasa tidak suka melihat kedekatan Kate dengan pria lain, dan bodohnya Ia melakukan tindakan bodoh di hadapan Kate mencium Lily didepannya berharap ada sisa ketidaknyamanan Kate melihatnya melakukan itu dengan orang lain, tapi lagi-lagi Leo ditampar kenyataan jika Kate sudah tidak peduli padanya.
Leo menutup mata. "Tidak kok." Leo terdiam beberapa saat. "Maaf atas tindakanku yang ceroboh, tadi."
Lily mendadak murung mendengar ucapan maaf Leo mengenai tindakan intimnya yang tiba-tiba itu.
#
25 Desember 2021 - 02:06
