"Aku memperingatkanmu! Ingatlah Lily yang selalu berada di sisi kamu, sabar menghadapi kamu, terlebih dia tidak meninggalkan kamu!" Nafas Jacob putus-putus, Ia sungguh emosi. "Masih belum move on juga?" Jacob meledek.
"Diam!" Teriak Leo.
"Bodoh, manusia bodoh! Pantas memang kamu mendapat predikat itu!" Setelah mengatakan itu Jacob pergi.
Sementara Leo membanting semua barang yang berada didekatnya. Ia kesal sekaligus membenarkan perkataan Jacob.
"Sial!!! Sialan!!!! Sialan!!!! Aaarrggghhhh dasar perempuan lusuh sialan! Awas kamu! Aaarrggghhhh sialan!!!!!"
#
Kate tidak bisa tidur, teringat wajah Leo sore tadi, sepertinya luka yang ditorehkannya memang sedalam itu untuk Leo.
Kate menutup matanya, berusaha mengenyahkan wajah Leo dari ingatannya, tapi bukannya hilang, bayangan Leo semakin jelas terbayang.
Kate memutuskan untuk membuat teh hangat, berharap dapat membuatnya mengantuk lebih cepat.
Setelah selesai membuat teh, Kate duduk di depan TV tapi tidak menyalakannya.
Kate mendesah pelan. Hidupnya yang sudah tenang selama beberapa tahun terakhir kini semrawut. "Seharusnya aku tidak kembali lagi."
Kate pun melamun, mencari jalan keluar terbaik untuk permasalahannya. "Astaga, aku tidak mengecek surat perjanjian kerjasamanya, siapa tahu denda yang dibayar tidak sebanyak yang aku duga!"
Kate segera mengambil laptop, membuka email dan mencari scan surat perjanjian kerjasama. "Ya Tuhan, aku tidak percaya ini!" Kate menemukan surat perjanjian baru antara Leo dengan Elle pada emailnya. "Pantas saja Elle sampai meminta aku untuk berfikir ulang." Ucap Kate lirih, terang saja begitu karena Kate menemukan fakta jika denda yang diminta adalah 2,4 miliar, angka yang cukup fantastis.
Kate memijit kepalanya, sakit kepala. "Harus bagaimana ini ya Tuhan?"
___
Kate baru saja tidur pukul tiga pagi ada banyak hal yang difikirkannya sementara alarm sudah berbunyi kala dirinya baru tertidur selama dua jam.
Sakit kepala menyerangnya saat Ia memaksa bangun. "Uuhhh sakitt.."
Kate menangis. "Apakah aku tidak boleh hidup tenang, Tuhan? Aku bukan orang jahat, tidak ada niatku untuk berbuat jahat."
Nafas Kate sesak, untuk sampai pada tahap kehidupan seperti saat ini saja Kate harus jatuh bangun, bukan jalan yang mudah Kate lalui.
#
"Kate, kamu baik-baik saja?" Tanya Elle khawatir melihat wajah Elle yang pucat serta matanya yang sembab.
Kate menggeleng, Ia lelah jika harus bersikap seakan semua baik-baik saja, Ia jelas tidak dalam keadaan baik.
Elle membawa Kate menuju ruangannya. "Cerita pada aku, Kate."
Kate menggigit bibirnya. Ia ragu untuk bercerita, ini masalahnya sendiri. "Maaf, aku tidak ingin bercerita."
Elle mengangguk, Ia tidak memaksa walau ingin sekali Ia mendengar keluh kesah rekan kerja yang sudah Ia anggap sebagai saudaranya itu. "Baiklah, jika kamu butuh aku... Aku akan selalu ada Kate, kamu tidak sendiri."
Kate memandang Elle dengan tatapan terima kasih, Elle sudah mengerti dirinya.
#
Leo terngiang-ngiang akan ucapan Jacob semalam. Teringat juga akan perlakuan tidak menyenangkannya pada Lily.
Leo menghela nafas. Tidak seharusnya Ia melakukan hal itu pada Lily. Ia mengambil ponselnya menghubungi Lily. Dering keempat, telpon pun diangkat. Leo tersenyum saat mendengar suara lembut Lily di seberang sana.
"Halo."
"Halo sayang, maaf soal kemarin." Ucap Leo penuh sesal.
"Tidak apa-apa Mas." Jawab Lily.
"Aku jemput saat jam makan siang ya, mau makan dengan apa sayang?" Tanya Leo.
"Kalau masakan Italia, tidak apa-apa Mas?"
"Tentu sayang, see you."
"See you.." Balas Lily.
Leo memutus telpon, duduk di sofa yang berada di dekatnya dengan lengan yang bertumpu pada sofa. "Kate..."
#
28 Desember 2021 - 21:08