Chapter 18 (I'm sorry, Kana)

2.6K 320 96
                                    

Happy Reading🍼
.
.
.

Sementara Mew, Ia kini terduduk lemas di ujung tempat tidurnya menyesali perbuatan kasarnya dan bentakkannya yang pertama kali Ia layangkan kepada Gulf, serta ucapan Gulf yang baru saja Ia dengar dengan sangat sangat jelas.

•••

Mew saat ini tengah membereskan kekacauan yang ada di kamarnya, Ia mengelap es krim yang tercecer di lantai serta memungut kertas dari buku warna yang tadi di robek Gulf.

Ia tahu Ia salah, Ia sudah menyesalinya, jika Ia bisa akan meminta maaf sekarang, namun nampaknya Gulf kini mengurung dirinya di kamar tamu, dan bukan waktu yang tepat juga untuk meminta maaf karena Ia tahu Gulf tidak akan mendengarkan apapun alasan Mew saat ini.

Ia lupa bahwa saat ini Ia sedang berurusan dengan sisi lain kekasihnya, yaitu sisi anak kecil yang berumur 6 tahun, yang melakukan segalanya berdasarkan keinginannya sendiri.

Bagi Mew, membentak Gulf itu tidak pernah Ia lakukan, Ia juga tidak berniat melayangkan bentakan kepada Gulf, Ia hanya lelah setelah bergelut dengan pikirannya sendiri dan tanpa sadar melampiaskan kepada Gulf yang hanya menginginkan dirinya untuk menemaninya di hari ulang tahunnya.

Setelah kamarnya bersih, Mew keluar dari kamarnya, Ia menatap pintu kamar tamunya yang masih setia menutup.

Ia berjalan menuju kamar tersebut, sesekali mengetuk pintu itu dengan harapan Gulf akan membukanya, namun hasilnya nihil.

Ia tidak mendapatkan jawaban apapun dan juga tidak ada tanda-tanda Gulf akan membukakan pintu untuk dirinya.

Kini, Ia menempelkan salah satu telinganya, samar-samar telinganya masih menangkap kekasihnya yang masih terisak.

"Kana, bisa bukakan pintunya sebentar? Phi minta maaf, sayang. Ayo keluar dan makan es krim bersama" ucap Mew seraya mengetuki pintu kamar tersebut.

Mew selalu berpikir es krim adalah jawaban dari segala jawaban jika dirinya sedang bersama Kana, tapi sekarang apa? Es krim bahkan tidak berpengaruh sedikit pun untuk meluluhkan hati Kana sekarang.

Mew membuang nafasnya kasar, apa yang harus Ia lakukan sekarang? Ia tidak berniat menyerah untuk membujuk, hanya saja kekasihnya kini butuh waktu.

Dirasa tidak akan ada respon dari Gulf, Mew menatap pintu yang masih setia tertutup itu nanar sembari menjauh dari kamar tersebut.

Kini kedua kakinya berjalan gontai menuju kamar mandi, mengingat dirinya yang belum mandi sejak pulang dari kantor tadi.

Ia membiarkan tubuh serta kepalanya terguyur air hangat yang berasal dari shower berpikir setelah Ia mandi dirinya dapat berpikir lebih jernih lagi.

Ia jadi teringat bahwa beberapa hari lalu Ia pernah mengucapkan kalimat janji yang begitu meyakinkan kepada Gulf.

"Maafkan Phi, sayang. Tapi Phi berjanji suatu hari nanti kamu akan merasakan apa itu kebahagiaan... tunggu sebentar lagi ya... "

Nyatanya kini Ia yang mengingkari itu, membuat seseorang menangis di ulang tahunnya bukankah terlalu jahat? Ulang tahun identik dengan hari bahagia, namun mengapa Mew membuatnya kian memburuk?

•••

Setelah selesai mandi, Ia mendudukan dirinya di sofa panjang sembari mengusak rambutnya yang basah dengan handuk di lehernya.

Kedua pandangannya tidak pernah berhenti menatap pintu kamar tamu, dengan sedikit harapan Gulf akan keluar dari kamar tersebut.

Mew melirik jam dinding yang terpajang, waktu hampir menunjukkan pukul 9.

'Kana Little SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang