Chapter 19 (rumah terbaik)

3K 338 126
                                    

Happy Reading🍼
.
.
.

Ia tidak akan mau menjadi seperti ayah Gulf, yang memperlakukan Gulf dengan buruk sehingga memberikan trauma membekas, Mew tidak akan sebrengsek itu mengingat Ia sangat sangat menyayangi pria dengan nama belakang Kanawut itu.


🍫🍫🍫

Keesokan paginya...

Mew bangun lebih awal hari ini karena ponsel miliknya yang berada di nakas tempat tidurnya berbunyi beberapa kali membuat tubuhnya menggeliat tidak nyaman sebelum akhirnya di paksa bangun karena suara berisik tersebut, selain itu tidurnya sedikit tidak nyenyak karena tidur dalam posisi berpelukan semalaman, jujur saja tangan kirinya terasa keram sekarang, mau menggerakan pun Ia terlanjur tidak tega membangunkan Gulf.

Ia mengambil ponselnya dengan salah satu tangannya yang bebas, melihat siapa si penelepon yang pagi-pagi sudah menganggu tidurnya, Ia berniat untuk me-reject panggilan dan kembali tidur, namun tampaknya dirinya kini malah mengangkat telepon itu dengan segera begitu tahu nama yang tertera di layar ponselnya

"Ah Halo, Pho! Maaf agak lama mengangkat teleponnya, ada apa pagi-pagi menelepon?"

"....."

"Makan malam? Mengajak Gulf juga? Kalau malam ini sepertinya ngga bisa, Pho. Gulf sedang sakit..."

"....."

"Jika keadaan Gulf sudah lebih baik aku akan langsung menelepon Pho untuk mengatur jadwal ulang makan malam bersama"

"....."

"Terimakasih banyak Pho, akan aku sampaikan kepada Gulf, sampaikan juga salamku kepada Mae yaa, sampai jumpa"

"..... "

Fyuuh. Hampir saja. Untung saja Mew tidak langsung me-reject panggilan tersebut, bisa-bisa dirinya dalam masalah, tapi kini dirinya bertanya-tanya mengapa Pho nya mengajak makan malam dirinya dan juga Gulf? Jika dipikir-pikir orang tuanya itu jarang sekali bertemu dengan Gulf, dalam 2 tahun hubungan mereka dapat dihitung dengan jari, kalau tidak salah ingat saat dirinya dan Gulf baru menjalani 4 bulan berpacaran, disitulah Mew pertama kali mengenalkan Gulf kepada orang tuanya.

Tentu saja, tidak mudah jujur kepada orang tuanya jika saat ini dirinya telah menjalani hubungan spesial dengan junior laki-laki di kampusnya, namun ternyata respon kedua orang tuanya di luar dugaan, sama sekali tidak mempermasalahkan sebuah hubungan Mew dan juga Gulf.

Bagi mereka sebagai orang tua, mungkin memang ada rasa kekecewaan saat itu, namun apapun itu pilihan terbaik bagi sang putra adalah pilihan yang di tentukan oleh putra semata wayang mereka sendiri, yaitu Mew.

Kini, selesai menerima panggilan dari Pho nya itu, Mew kembali merebahkan dirinya di tempat tidur.

Ia melihat Gulf yang masih tertidur pulas lalu menyentuh keningnya untuk memastikan apakah demamnya sudah turun atau belum.

"Demamnya sudah turun, Phi mengkhawatirkan mu tahu" keluh Mew sembari mengeratkan pelukannya lalu mencium pucuk kepala Gulf.

"Eung... Phi?" Merasa seseorang tengah memeluk tubuhnya dengan erat, Gulf membuka kedua matanya perlahan, Ia melirik Mew yang kini berada di sampingnya, Gulf kemudian memanggil Mew dengan suara khas orang bangun tidur.

'Kana Little SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang