chapter 10 (painful memory)

3.3K 438 84
                                    

Happy Reading🍼
.
.
.


Keesokan harinya...

Mew meregangkan tubuhnya tidak nyaman, Ia baru saja terbangun karena suara gaduh yang berasal dari luar kamarnya, saat terbangun Ia sama sekali sudah tidak menemukan Gulf di kamar itu.

Ia segera berjalan gontai keluar kamarnya untuk mencari sumber suara tersebut dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Sayang,Ada apa? Kenapa berisik sekali?!" ucapnya sedikit berteriak saat Ia telah sampai di ruang tamu, Ia mengucek matanya untuk menghilangkan kantuknya yang masih tersisa serta menyibak rambutnya yang berantakan ke belakang.

"HUAAAAAAAA.... HIKS... HIKS...HUAAAA....KAK MIU...HIKS"

Tiba-tiba terdengar suara tangisan yang menyerukan nama Mew yang berasal dari arah dapur, Mew sesegera mungkin menuju ke sumber suara itu seakan rasa kantuk yang masih menghantui dirinya tadi menghilang begitu saja.

Dan benar saja, Ia menemukan Gulf yang tengah meringkukkan badannya di sisi pojok dapur, kedua wajahnya Ia sembunyikan ke dalam lututnya untuk meredam tangisannya namun sia-sia.

"Kenapa menangis? Apa kamu bermimpi buruk lagi?" tanya Mew sembari berjongkok tepat di hadapan Gulf.

"Kenapa tidak membangunkan Phi-" Mew berniat mengelus tangan milik Gulf guna menenangkannya.

PLAK....

Tepisan kasar dari Gulf dilayangkan tepat ke tangan milik Mew yang berniat memegangnya, membuat Mew terperanjat kaget atas perlakuan yang baru saja Gulf lakukan dan memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

"Ja-jangan...sentuh...Kana..." lirih Gulf suaranya tercekat seperti kesulitan bernafas, tiap nafasnya tersenggal membuatnya kian terlihat menderita serta kedua matanya yang menunjukkan ekspresi takut. Tatapan kedua mata Gulf yang terasa asing saat menatap kekasih di hadapannya ini.

Gulf menggelengkan kepalanya tanpa melihat seseorang di depannya seakan Ia meminta siapapun yang ada di depannya pergi dari hadapannya sekarang juga karena merasa dirinya terancam.

"Gulf... ini Phi, P'Mew! Phi minta Gulf untuk bernafas, Tenanglah sayang tarik nafas, lalu hembuskan. Ikuti perkataan Phi, okey? Phi disini..." intruksi Mew perlahan, pertama Gulf tidak mengikuti apa yang di intruksikan oleh Mew Ia masih saja terisak serta memberontak saat Mew bersusah payah untuk menyentuhnya, kedua tangannya kini memeluk tubuhnya sendiri yang gemetar hebat.

"Tatap mata Phi, Apa Phi terlihat seperti orang yang akan menyakitimu? Phi tidak akan menyakitimu, Gulf. " pinta Mew sambil mengguncang bahu Gulf, perlahan Gulf mengangkat kepalanya, memutuskan untuk melihat ke kedua mata kekasihnya, rasa hangat dan nyaman ini menyelimuti dirinya, dia Mew dia benar-benar Mew, hanya ada dirinya dan Mew disini.

"Perlihatkan wajahmu, sayang. Ceritakan pada Phi kenapa kamu menangis pagi-pagi seperti ini?"

Gulf menggeleng pelan dengan tetap mempertahankan posisinya, Ia malah semakin meringkukkan badannya yang masih gemetar.

Mau tidak mau Mew berhenti bertanya untuk sejenak, sekarang Ia memposisikan dirinya duduk di sebelah Gulf dengan badan yang Ia senderkan di rak dapur-dapurnya seraya melingkarkan tangan kekarnya di bahu milik Gulf.

Mew menarik bahu Gulf perlahan untuk bersandar pada dirinya, sesekali Ia mengelus bahu kekasihnya itu untuk meredakan tangisannya.

"Tenanglah, Gulf. Ada Phi disini, menangislah sepuasmu" walau tidak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya Ia tahu tangisan Gulf terdengar sangat memilukan.

'Kana Little SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang