32.Jangan datang lagi

202 55 15
                                    

''Tentang semua rasa yang ada di dalam semesta, aku, kamu dan mereka adalah bagian dari sebuah luka milik sang waktu.''

.


Verrel mulai mengerti kondisi di sekitarnya. Ini adalah puskesmas desa yang belum pernah ia kunjungi sama sekali. Kata suster yang menungguinya, ia ditemukan hanyut di sungai oleh seorang nenek. Dan berakhir di tempat ini, menjalani pengobatan pelan pelan karena untuk membawanya ke rumah sakit yang ada di kota itu sangat sulit karena keterbatasan transportasi dan lain lain.

Verrel dirawat selama beberapa bulan karena kondisinya yang sangat parah saat itu. Namun pada akhirnya ia bisa selamat karena kebaikan orang orang yang ada di sana.

Juga suster muda yang menunggunya itu, namanya Mawar, cucu dari sang nenek yang menemukannya. Suster Mawar merawatnya dengan begitu tulus, dari mulai mengganti perban, menyuapi makan, mengajari Verrel berjalan sampai akhirnya laki laki itu dinyatakan sembuh total.

Di bulan ke empat, Verrel sebenarnya sudah memutuskan untuk kembali ke kota. Namun musibah baru saja menimpa Mawar, nenek satu satunya keluarga yang ia punya meninggal dunia. Saat itu Verrel tidak mungkin meninggalkan Mawar sendirian dirundung sedih. Juga karena wasiat terakhir sang nenek yang meminta Verrel untuk menemani Mawar saat ia tidak ada menahan keinginan Verrel untuk pergi. Bagaimanapun ia berhutang nyawa pada keluarga Mawar.

Hari demi hari berlalu, ternyata Mawar justru menaruh hati pada Verrel. Gadis itu meminta Verrel untuk selalu ada di sisinya, tidak pernah meninggalkannya seperti sang nenek.

Verrel diambang kebingungan, sudah hampir dua tahun ia menemani Mawar. Ia tidak pernah melupakan Tiara, bahkan setiap mimpinya selalu ada Tiara di dalamnya. Sebegitu besarnya Verrel merindukan Tiara. Namun justru ada hati yang menaruh rasa padanya di sini.

Dengan senyuman penuh permintaan maaf, Verrel menggenggam tangan Mawar, ''Aku juga sayang sama kamu,'' ucapnya yang seketika menerbitkan sebuah senyum di wajah Mawar.

Namun senyum itu harus luntur kala Verrel meneruskan kalimatnya, ''Sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya sepenuh hati.''

''Harus ya seperti adik?'' Tanya Mawar kala itu.

Verrel terkekeh lalu menepuk puncak kepala Mawar, ''Kalau seperti pacar, aku takut nggak bisa jaga hati kamu dengan baik. Bagaimana pun aku masih punya kehidupan lain di kota, aku punya pacar, kamu tau 'kan?''

Mawar mengangguk pelan, gadis berambut sebahu itu menatap Verrel sendu, ''Tapi di sini kamu punya aku, kan? Kalau kamu pergi aku sama siapa?'' Gadis itu bertanya dengan suara bergetar.

''Loh, kok nangis sih?'' Verrel lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya. Mengusap surai hitam Mawar dan meletakkan dagunya di atas puncak kepala gadis itu. ''Aku 'kan nggak akan pergi sebelum kamu punya suami, ingat kan?''

Mawar mengangguk dalam pelukan Verrel, gadis itu mengusap sendiri air matanya dengan punggung tangan setelah Verrel melepas pelukan mereka. ''Jangan pernah lupa sama aku, meskipun kita udah punya orang lain nanti ya?'' Tanya Verrel. Dan dijawab anggukan oleh Mawar.

Selama beberapa bulan, Verrel masih setia menemani Mawar. Beberapa kali ia bolak balik ke kota untuk membeli perlengkapan puskesmas, dan beberapa kali ia bertemu dengan Tiara juga keluarganya meski tidak semuanya secara langsung. Namun, ia belum punya kesempatan untuk kembali. Dan pada akhirnya ia memilih untuk menyakiti banyak orang.

Tepat di tahun kedua setelah kepergiannya, Mawar dipinang orang. Gadis itu akhirnya sah diperistri oleh seorang laki laki muda sukses dari kota. Dan setelah Mawar dibawa ke kota, saat itulah Verrel pulang ke Jakarta. Ia pulang, namun tidak ke rumahnya langsung. Ia menemui Tiara di kediaman gadis itu.

Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang