''Katanya cinta tak pernah salah, takkan pernah berubah walau kadang hati tersakiti oleh salah. Katanya cinta tak pernah gagal, gagal tuk memaafkan karna cinta tak pernah salah, tapi mengapa cintaku kecewa?''
.Ruangan yang kini ditempati oleh Tiara terlihat begitu sepi karena hanya ada Tiara di dalamnya. Nuca dan Randy berada di sekolah karena keduanya tidak bisa meminta ijin libur karena kesibukan masing masing. Nuca sebagai ketua osis tentu harus bertanggung jawab pada tugas tugasnya. Sedangkan Randy yang sudah duduk di bangku kelas 12 harus banyak belajar dan tidak boleh meninggalkan materi sedikitpun demi nilai kelulusannya nanti.
Dengan berat hati, meski Tiara mengijinkan sepenuhnya, kedua laki laki itu akhirnya meninggalkan Tiara sendirian. Menitipkan gadis itu pada pihak rumah sakit dan seorang dokter khusus untuk mengecek keadaannya setiap satu jam sekali.
Tiara berpikir di dalam kesepiannya, seandainya ia tidak pernah dilahirkan, apakah peristiwa seperti ini akan dirasakan oleh orang lain? Di saat keluarganya benar benar hancur, dan ada penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhmu dari dalam. Tiara harap cukup dirinya saja yang merasakannya, karena rasa sakit itu begitu nyata membuatnya hampir tidak berdaya.
Tiara pasrah pada Tuhannya, seandainya hidupnya memang tidak akan lama lagi, ia rela mati. Karena memang siapa lagi yang menginginkannya? Dia tidak punya siapa siapa yang bisa benar benar dipercaya. Mungkin ada beberapa, tapi setelah yang terjadi pada Lyodra dan Ziva membuat Tiara takut untuk percaya lagi pada seseorang.
Di dalam lamunannya, Tiara tersentak saat suara notifikasi dari ponselnya terdengar tiba tiba. Ia segera menyalakan benda pipih itu untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan siang siang begini.
Anrez: Kita putus ya
Kedua matanya terpejam. Tiara mengulum bibir pucatnya dan menggigitnya kuat. Apalagi sekarang? Dia ditinggalkan lagi?
Tidak ada angin tidak ada hujan Anres memutuskannya secara tiba tiba? Apa yang terjadi sekarang?
Tiara: Kenapa? Aku ada salah ya?
Tiara membiarkan tangis mendominasinya. Di ruangan itu ia merasa sendiri---dan ditinggalkan. Sejenak Tiara mengatur pernafasannya. Ia benar benar lelah menangisi semuanya. Segala yang ia punya perlahan direnggut satu persatu oleh semesta. Entah itu memang bukan takdirnya atau dunia hanya tidak ingin melihatnya tertawa bahagia.
Anrez: Aku capek
Semakin deras lelehan air mata yang mengalir di pipi Tiara. Meski gadis itu sekuat tenaga mencoba membendung air mata yang berjatuhan, namun nyatanya mereka jauh lebih kuat terjun bebas di kedua pipinya. Tiara yang lemah adalah Tiara yang sesungguhnya.
''Yaudah, kalau itu mau kamu. Memang lebih baik kita udahan,--- daripada kamu semakin tersiksa karena terjebak sama cewek penyakitan kayak aku.'' Ucap Tiara. Kedua matanya menyendu, mencoba lebih keras lagi agar tidak kembali menangis sekarang.
Tiara: ''Yaudah kita putus, Anrez. Makasih ya udah pernah ada buat aku. Dan maaf, aku bukan yang terbaik buat kamu. I love you, bahkan sampai aku mati nanti, cuma kamu yang aku sayang.''
Setelah voice note yang Tiara kirim sampai pada Anrez, gadis itu segera mematikan ponselnya. Meletakkan benda pipih itu di atas meja, lalu ---menangis.
Tiara tidak pernah berpikir jika dunianya akan sekacau ini. Mimpinya akan sebuah dunia indah yang dipenuhi kebahagiaan, bersama papa, bersama mama, dan bersama orang orang yang ia sayang seketika hancur. Dalam sekejap saja, keretakan di dalam dunianya berubah menjadi puing puing yang tidak mungkin bisa disatukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
Fiksi PenggemarBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...