''Hidup gue nggak semulus yang lo lihat, gue juga punya luka yang sulit disembuhkan apalagi setiap saat luka itu ditambah terus.''
.
Sebenarnya olahraga di siang hari seperti ini sangat membosankan. Saat kelas lain kebagian waktu di pagi hari, kelas IPA 4--kelasnya Tiara malah kebagian jam siang yang kebanyakan sudah pada capek.Tiara mendribel bola basket dari ujung timur lapangan sampai ke barat, setelah itu ia melepaskan bolanya dan pergi ke pinggir lapangan. Bolanya tadi ditangkap oleh temanya yang kebetulan ada di depannya. Tiara capek, dia mau gambar aja. Lagipula pak Marwan--guru olahraga sedang tidak ada, jadi mereka semua bebas mau melakukan apa yang penting tidak keluar lapangan basket. Di lapangan itu sudah tersimpan semua macam alat olahraga sekolah, karena ruangannya yang sangat besar jadi gudang barang olahraga dipindah kesini sekalian.
''Tiara,''
Yang punya nama menoleh dan mendapati seorang gadis berambut sebahu berdiri di sebelahnya sambil menunduk. Tiara tau dia itu takut padanya, padahal ya Tiara memang nakal tapi dia tidak jahat pada gadis itu 'kan? Bahkan kemarin pagi Tiara yang menolongnya bersama Lyodra.
''Ya, kenapa, Nis?'' tanya Tiara yang masih sibuk duduk sambil menggambar. Kali ini Tiara menggambar apa yang ada di dalam imaginasinya. Seorang gadis dengan wajah samar yang berdiri diatas gedung bertingkat, dengan banyak orang dibawahnya dengan wajah tidak terlihat juga.
''Makasih ya,'' ucap gadis tadi sambil menyodorkan sebuah cardigan bersih kepada Tiara. Tiara menerimanya lalu mengangguk.
''Iya sama sama, lo udah nggak apa apa kan? Mereka masih bully lo nggak?'' tanya Tiara, ia berhenti menggambar lalu menarik tangan Nisa untuk duduk di sebelahnya. Nisa menurut tapi masih menunduk, ia juga agak menjaga jarak dari Tiara.
''E-enggak kok,'' jawab Nisa.
Tiara mengernyit tidak yakin, ia ragu kalau Nisa tidak berbohong. Gadis itu tidak mau menatapnya dari tadi. Memangnya dia semenakutkan itu ya? Padahal saat bercermin, Tiara sering mengagumi kecantikannya sendiri. ''Lo setakut itu sama gue? Atau ada yang lo sembunyiin?'' Tanya Tiara.
Nisa mengangkat wajahnya lalu menatap Tiara, tapi Tiara yang menatapnya balik membuat Nisa semakin takut. ''B-beneran kok, mereka--''
''Mereka masih bully lo, dan lo cuma diam? gue udah bilang kan, Nis lo harus berani. Jangan kelihatan lemah di depan banyak orang, lo itu punya harga diri. Lo harus lawan,'' ucap Tiara, dia meletakkan papan gambarnya di sampingnya lalu berdiri di depan Nisa.
''Gue nggak bisa,''
''Lo bukan nggak bisa, lo cuma takut. Memangnya lo mau kayak gini terus?'' Tanya Tiara yang dijawab gelengan pelan oleh Nisa.
''Nah, kalau gitu lawan. Lo bisa bilang sama gue kalau mereka gangguin lo lagi. Tapi lo nggak bisa bergantung sama gue, karena suatu saat kita pasti pisah sekolah.'' ucap Tiara, ia kembali duduk di sebelah Nisa. ''Lo itu kuat, Nis. Lo harus bisa kendaliin diri lo sendiri, jangan sampai mereka yang pegang kendali lo.'' lanjutnya, Tiara mengambil gambarannya beserta seragam dan kotak pensil di sebelahnya lalu pergi setelah menepuk pundak Nisa.
Nisa terdiam tapi ia mengangkat wajahnya lurus, ''Iya, Tiara bener. Gue bisa,'' gumamnya lalu berdiri dan berjalan keluar lapangan basket.
* * *
Bel istirahat kedua berbunyi lima menit yang lalu. Tiara duduk manis sambil menatap lapangan basket yang tengah dipakai bermain bekel. Iya bekel, setelah olah raga tadi anak laki laki yang kelelahan bermain basket langsung berlari ke kantin untuk membeli minum. Tinggal anak perempuan yang masih malas untuk ke kelas. Mereka memanfaatkan waktu untuk bermain bekel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanficBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...