Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Berjuta memori
Yang terpatri
Dalam hati ini
Mungkin hari ini
Hari esok atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski ku masih harapkanmuJakarta, 31 Desember 2021
13 hari berlalu, setelah kepergian Tiara. Begitu banyak hal yang terjadi untuk disesali. Mereka yang tak sempat ada untuk gadis itu di saat saat terakhirnya. Mereka yang terlambat untuk menyayanginya, mereka yang lupa jika gadis itu ada bukan untuk disia siakan. Juga, mereka yang tak sempat meminta maaf kepadanya.
Duka merundung semuanya, nyaris tak menyisakan tawa meski hanya segaris senyum di bibir. Terlalu perih, bahkan jika harus diungkapkan dengan kalimat, tak ada yang pantas untuk benar benar menggambarkannya. Tiara, sosok matahari bagi mereka sudah hilang. Meninggalkan sejuta kenangan dan rasa menyesal di bagian paling dalam hati mereka.
Meski sudah hampir 2 minggu lebih, kehilangan itu masih benar benar terasa. Begitu dalam, hingga rasanya tak ada lagi yang mampu tersenyum karenanya. Mereka yang dulu pernah sedekat nadi, kini seolah berjalan masing masing tanpa alas kaki.
Pemuda itu meremas ponselnya di telinga, kedua matanya pun turut memejam erat. Hingga, suara nada sambungan di ponselnya membuatnya membuka mata.
''Ya?''
Nuca merasakan detakan jantungnya berpacu cepat. Entah kenapa, mendengar suara berat di ujung sana membuatnya seketika tersentuh. Lantas, lelaki muda itu tersenyum tipis.
''Rez,''
Hampir 2 minggu berlalu, semakin hari Nuca dapat merasakan setiap perubahan sifat Anrez yang terasa lebih dingin. Anrez menjadi sangat sensitif, ia begitu cuek dan emosional. Anrez sering melamun sendirian, kemudian menangis secara tiba tiba. Hanya menangis, meneteskan air mata tanpa adanya suara. Seolah menyampaikan benar benar kesakitan dengan dirinya yang sekarang.
''Hm?''
Terdiam sejenak, Nuca mengumpulkan tenaganya yang tiba tiba hilang begitu saja. Hingga beberapa detik berlalu, Anrez tidak bersuara apa apa menunggu perkataan Nuca.
''Apa kabar?'' Satu kalimat lolos, Nuca tersendat dengan suaranya sendiri.
''Baik,''
Meski Randy masih sering mengabari Nuca tentang kondisi kesehatan Anrez, Nuca masih tidak bisa percaya jika tidak melihatnya sendiri. Meski ia bertanya pada Anrez saat ini, ia tetap tidak mampu untuk percaya begitu saja. Apa yang terjadi? Nuca adalah sahabat Anrez, ia tahu jika Anrez tidak pernah lagi merasa baik baik saja setelah gadisnya tiada. Nuca tahu dan pasti, Anrez masih selalu menangis setiap malam, merindukan Tiara sambil memanggil nama gadis itu. Anrez butuh pelukan Tiara, namun yang ia bisa hanya mengadukan rasa sesaknya kepada langit malam. Berharap bahwa Tiaranya akan datang, merengkuhnya seerat mungkin tanpa pernah pergi lagi. Tapi ia tak pernah mendapatkannya.
Suara langkah kaki terdengar, sepertinya Anrez tengah berjalan ke suatu tempat. Kemudian berhenti kala Nuca bisa mendengar suara angin yang menerbangkan daun daun kering. Anrez ada di balkon.
''Udah lama ya kita nggak ketemu?'' Tanya Nuca kala itu.
Lantas, Anrez terkekeh. Sebuah tawa kecil yang malah terdengar begitu pilu. Seperti, Anrez masih tersesat dalam kabut kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanfictionBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...