''Mungkin ini bukan puncak kesedihanku, ini baru awal dan masalah sebenarnya akan datang tanpa aku duga waktunya.''
.
Verrel segera menjauhkan wajahnya dari mobil yang diduduki Tiara. Ia berdehem pelan, dengan kedua bola mata bergerak gelisah.
''M-maaf, permisi.'' ucapnya kemudian. Verrel berjalan menjauh dengan cepat setengah berlari untuk menjauhi mobil Tiara.
Tiara tidak ingin menyia nyiakan kesempatan itu, ia segera turun lalu berlari menyusul Verrel yang sudah agak jauh. Beberapa kali ia berteriak memanggil nama cowok itu, tapi Verrel seolah menulikan pendengarannya. Ia tetap berjalan secepat mungkin agar Tiara tidak bisa mengejarnya.
Tiara tidak ingin menyerah karena sakitnya, walaupun saat ini ia sudah merasa sangat pusing. Tapi mungkin hanya ini kesempatan satu satunya bagi Tiara untuk bisa menyelesaikan masa lalunya secara nyata. Tidak hanya di dalam mimpi seperti beberapa waktu yang lalu.
Kekuatan Tiara menipis, seketika ia teringat kejadian sebelum ia pingsan waktu itu. Saat ia harus berlari dari kejaran pria mesum itu dan berakhir pingsan dan bertemu Verrel di mimpinya. Verrel bilang mereka sudah selesai saat itu, tapi Tiara tidak bisa mempercayainya karena itu hanya mimpi. Tiara ingin putus secara nyata.
''Kak, please!'' Sentaknya saat ia bisa mendapatkan lengan Verrel.
Nafasnya sudah tidak beraturan lagi, Tiara kelelahan. Tapi ia mencoba menguatkan diringa untuk bertahan sebentar dengan Verrel. Laki laki itu tidak berani menatap Tiara, ia mengalihkan pandangannya ke lain arah. Sedangkan Tiara berusaha mendapatkan perhatian Verrel.
''Kak, kenapa lari?'' tanya Tiara dengan nada putus asa. Beberapa kali ia menarik nafas dalam dalam agar bisa bertahan lebih lama.
Verrel diam saja, ia memejamkan matanya agar tidak melihat wajah sendu Tiara. Mungkin hanya Tiara yang bisa membuatnya setakut itu untuk menjawab sebuah pertanyaan. Pertanyaan simple namun sangat berat jika dipikirkan lebih dalam.
''Kak, jawab!'' ucap Tiara sambil menarik wajah Verrel agar menatapnya. ''Kamu kenapa? Kamu kemana aja?'' Tanya Tiara setelah tidak mendapat jawaban apa apa lagi.
Verrel menyentuh kedua tangan Tiara yang ada di pipinya, ''Maaf,'' ucap Verrel pelan. Lagi lagi kata maaf yang Tiara dengar, entah itu dalam mimpi maupun di kenyataan saat ini. Tiara hanya ingin alasannya, jawaban dari semua pertanyaannya selama ini. Kemana Verrel pergi dan apa alasannya, Bukan maaf!
''Aku tanya kamu kemana, kak. Aku nggak minta kata maaf kamu, aku cuma mau jawaban!'' Ucap Tiara.
Verrel menggeleng dengan kedua tangan yang masih memegangi tangan Tiara. Ia menurunkan kedua tangan Tiara dari pipinya untuk ia genggam bersamaan. ''Aku udah bilang, kan kalau kita udah selesai. Kamu lupain aku, Na. Biar aku juga bisa ngelakuin hal yang sama.'' Ucap Verrel dengan nada memohon.
Tiara terdiam, ''Jadi, itu bukan mimpi? Kamu beneran ada di sana waktu itu?'' tanyanya. Pandangan Tiara seketika kosong, kedua pertemuannya dengan Verrel ternyata adalah sebuah kenyataan. Bukan mimpi bodoh yang selama ini Tiara kira.
''Enggak, kamu nggak mimpi.'' ucap Verrel. Tangan kanannya naik untuk memegang sisi kanan wajah Tiara, ''Maaf, kita nggak bisa sama sama seperti dulu.'' Lanjutnya pelan.
Verrel mengusap air yang turun dari mata Tiara, harusnya ia tidak merasakan sesakit ini. Perjuangannya selama 2 tahun ini untuk move on dan melupakan Tiara tidak boleh berakhir seperti ini. Ia tidak lemah. Tapi melihat Tiara menangis, membuat satu bagian dalam hatinya seperti tertampar. Kesalahan baru yang ia buat pada gadis itu. Gadis yang sama yang pernah berada di dalam janjinya sendiri untuk tidak pernah ia buat menangis karena luka yang ia ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanficBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...