''Dan kita kembali menjadi asing seperti seharusnya.''
.
Malam itu, seluruh dunianya terasa runtuh. Ia bingung harus bagaimana menanggapinya. Ia bahagia? Atau sedih? Rasanya ia bahkan tidak bisa merasakannya dengan benar.
Semua tempat sudah hampir kosong, hanya tinggal beberapa orang yang masih berlalu lalang di sekitar sana. Langit menggelap disertai gemuruh petir ringan, pertanda hujan akan segera tiba. Tiara berdiri di halaman luas yang tadinya digunakan untuk berdiri para penonton pensi. Sekarang tempat itu sudah hampir sepi.
Tiara berjalan ke arah tempat berdirinya Anrez tadi, ia menangis. Tiara tidak tahu apa yang Anrez rasakan, tapi ia yakin rasanya pasti menyakitkan seperti yang ia rasakan juga. Ia tau mungkin rasa sukanya pada Randy hanya sebatas rasa kagum, berbeda dengan Anrez. Ia menyayangi pemuda itu, benar benar menyayanginya sampai ia tidak ingin Anrez kenapa kenapa karena ulah papanya.
Walaupun itu harus mengorbankan perasaannya sendiri.
Ia menemukan sebuah bunga mawar pink yang sudah hampir tidak berbentuk. Tangkainya patah dan sepertinya sudah terinjak injak beberapa kali. Tiara memungut bunga itu lalu membersihkan bungkusnya dengan perlahan. Ia yakin bunga itu adalah bunga yang sama yang tadi di bawa oleh Anrez. Ada sebuah kertas kecil di dalamnya bertuliskan namanya.
Tiara menatap bunga itu sendu, sekali lagi ia mematahkan hati seseorang. Dan juga hatinya sendiri.
''Anrez, maafin gue. Ini demi keselamatan bunda, dan lo.''
* * *
Baru satu minggu hubungannya dengan Randy berjalan, tapi Tiara sudah merasa bosan. Tidak, bukan dalam artian yang jahat. Tapi Tiara hanya merasa kalau ia tidak memiliki kecocokan dengan pemuda itu. Randy memberikan semua hal yang ia punya meskipun Tiara tidak pernah memintanya. Itu sedikit membuat Tiara risih dan tidak tenang. Apalagi bayang bayang Anrez masih saja menghantuinya.
Sudah hampir satu minggu Anrez tidak masuk sekolah. Dan selama itu ia mengabaikan hubungannya dengan Randy. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya sendiri, tapi yang jelas ia mengkhawatirkan Anrez.
Dan juga, Tiara merindukannya.
Mengabaikan semua larangan Raka, Tiara memutuskan untuk menemui Rinjani di rumah sakit. Wanita itu pasti tau dimana Anrez saat ini. Tiara tidak mungkin menemuinya langsung di rumahnya atau di apartemennya waktu itu. Bisa bisa papanya tau kalau ia berusaha menemui Anrez.
Tiara berharap tidak ada yang mengetahuinya saat ia sampai di rumah sakit nanti.
Wanita itu duduk di depan ruangan sambil mengayunkan kakinya. Sesekali bersenandung pelan menikmati udara sore hari yang menenangkan.
''Bunda,'' panggil Tiara. Suara pelan itu membuat Rinjani menoleh lalu seketika merubah wajahnya menjadi gembira. Wanita itu lantas berdiri lalu memeluk Tiara.
''Kamu kemana aja, sayang? Bunda kangen banget sama kamu,'' ucap Rinjani sambil memegang kedua pipi Seena.
Tiara tersenyum, ''Maaf, bunda. Tiara agak sibuk akhir akhir ini,'' ucap Tiara. Gadis itu berbohong, terlihat dari bola matanya yang berlari kesana kemari menghindari kontak langsung dengan Rinjani.
Tiara hanya berusaha menenangkan diri, juga menjauhkan dirinya dari Anrez dan Rinjani. Menghilangkan bayang bayang Anrez dan Verrel yang sejak kemarin membuatnya stres dan hampir gila. Tiara mencintai Verrel, tapi sekarang ia ingin mencintai Anrez juga. Mungkin dia egois, tapi hatinya sulit memilih antara dua laki laki itu. Keduanya berarti dalam hidupnya, sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (Anrez & Tiara) [✔]
FanficBagaimana jika seorang wakil ketua osis terhormat seperti Anrez harus berurusan dengan murid nakal seperti Tiara? Muhammad Anrez Adelio, laki laki dengan segala sifat dinginnya, terpaksa mengikuti perintah Raja Giannuca untuk memaksa Mutiara Glassi...